Membantu Pendidikan Anak Miskin Akan Bermanfaat Juga bagi Siswa Lain
Penelitian terbaru menunjukkan, beasiswa pendidikan untuk siswa miskin tidak hanya meningkatkan capaian belajar siswa bersangkutan, tetapi juga siswa-siswa lain.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Istimewa/Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud
Murid-murid di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, menunjukkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang diserahkan Presiden Joko Widodo, Selasa (9/5/2017).
Pendidikan harus terutama memperhatikan anak-anak yang rentan, termasuk anak-anak miskin. Penelitian terbaru menunjukkan, menargetkan pendidikan anak-anak miskin bukan hanya bermanfaat bagi anak-anak miskin tersebut, tetapi juga secara signifikan meningkatkan capaian pendidikan pada anak-anak lain.
Penelitian dilakukan tim Research for Equitable Access and Learning (REAL) Center di Fakultas Pendidikan Universitas Cambridge. Tim peneliti menganalisis program CAMFED (Kampanye Pendidikan Perempuan) di Tanzania yang mendukung pendidikan anak-anak perempuan yang terpinggirkan selama dua tahun. Tim memperhitungkan dampak program tersebut tidak hanya pada anak-anak perempuan yang terpinggirkan, tetapi juga pada anak-anak lain di sekolah di mana program itu dilaksanakan.
Hasil studi itu menunjukkan bahwa pencapaian pendidikan anak laki-laki dan perempuan lainnya di sekolah anak-anak perempuan tersebut meningkat secara signifikan melalui efek ”limpahan” yang meningkatkan sistem pendidikan yang lebih luas. Satu hal yang menarik, untuk setiap 100 dollar AS yang dibelanjakan per anak perempuan per tahun, program tersebut menghasilkan keuntungan pembelajaran yang setara dengan dua tahun pendidikan tambahan untuk semua anak perempuan dan laki-laki di sekolah tersebut.
Membantu anak-anak yang paling terpinggirkan pasti membutuhkan biaya lebih banyak dan sebagian besar hanya mempertimbangkan dampak biaya tersebut pada siswa yang menjadi sasaran program. Namun, program seperti CAMFED juga memiliki manfaat tambahan selain mempertahankan anak perempuan yang rawan putus sekolah. (Profesor Ricardo Sabates)
”Membantu anak-anak yang paling terpinggirkan pasti membutuhkan biaya lebih banyak dan sebagian besar hanya mempertimbangkan dampak biaya tersebut pada siswa yang menjadi sasaran program. Namun, program seperti CAMFED juga memiliki manfaat tambahan selain mempertahankan anak perempuan yang rawan putus sekolah,” kata Profesor Ricardo Sabates, peneliti utama, seperti dikutip Science Daily pada 20 November 2020.
KOMPAS/STEFANUS ATO
Para pelajar Sekolah Alam Prasasti, Kampung Piket Indah, Desa Sukatenang, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, bermain bersama di taman sekolah mereka pada Selasa (24/11/2020) siang. Anak-anak itu merupakan anak yang sempat putus sekolah, anak yatim piatu, atau anak dari keluarga miskin.
Meskipun biaya untuk menjangkau siswa yang paling terpinggirkan tersebut mungkin lebih mahal, kata Direktur REAL Center Profesor Pauline Rose, dampaknya melampaui sasaran yang ditargetkan. ”Penelitian ini menjelaskan mengapa reformasi sistem (pendidikan) harus berfokus pada hal tersebut, pada yang paling membutuhkan dukungan. Sistem pendidikan yang berfungsi untuk anak-anak yang paling terpinggirkan berfungsi juga untuk semua orang,” katanya.
CAMFED merupakan organisasi nonpemerintah untuk meningkatkan pendidikan anak perempuan yang terpinggirkan di Afrika dan baru-baru ini mendapat anugerah Yidan Prize 2020 untuk pengembangan pendidikan. Di Tanzania, program beasiswa memungkinkan ribuan anak perempuan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Selama ini, analisis efektivitas biaya hanya mengukur dampak program terhadap penerima manfaat langsung yang dalam hal ini anak perempuan yang terpinggirkan di Tanzania. Biaya program juga terlihat lebih mahal ketika target cakupannya lebih luas.
Biaya program tersebut, ketika hanya mempertimbangkan target penerima (anak-anak perempuan yang terpinggirkan) terlihat sangat mahal, yaitu 130,41 dollar AS per tahun untuk setiap anak perempuan penerima manfaat. Ini jika dibandingkan dengan biaya per siswa lain di sekolah itu yang hanya 15,40 dollar AS per siswa per tahun.
Capaian akademis meningkat
Hasil program tersebut menunjukkan, capaian akademis siswa penerima bantuan meningkat signifikan dibandingkan teman-temannya yang bukan penerima bantuan. Nilai tes bahasa Inggris mereka meningkat sekitar 35 persen. Ini juga terjadi pada anak perempuan bukan penerima program di sekolah yang sama, sedangkan nilai anak laki-laki meningkat 25 persen. Anak perempuan penerima program juga 25 persen lebih kecil kemungkinan putus sekolah.
Para peneliti kemudian menghitung keuntungan belajar siswa pada program CAMFED per unit biaya. Ketika ukuran ini diubah menjadi tahun pembelajaran yang setara, mereka menemukan bahwa untuk setiap 100 dollar AS yang dibelanjakan untuk setiap anak perempuan terpinggirkan yang menjadi target, hasil belajar bahasa Inggris meningkat setara dengan 1,45 tahun tambahan sekolah untuk semua siswa.
Ketika peningkatan proporsi perempuan marjinal yang masih bersekolah diperhitungkan, peningkatan akses dan pembelajaran untuk semua perempuan dan laki-laki di seluruh sekolah CAMFED sebenarnya setara dengan dua tahun tambahan bersekolah per 100 dollar AS.
Meskipun sulit untuk membandingkan hasil ini dengan program lain, studi ini menunjukkan bahwa efektivitas biaya pekerjaan CAMFED di Tanzania setidaknya sebanding dengan intervensi serupa di sub-Sahara Afrika yang tidak menargetkan kelompok terpinggirkan. Program CAMFED mungkin juga memiliki manfaat lebih jauh di luar sistem sekolah, misalnya di antara saudara kandung dan komunitas perempuan muda yang didukungnya.
Sabates mengatakan, ”Penelitian ini menunjukkan peningkatan nyata dalam pembelajaran dimungkinkan ketika kita berinvestasi pada anak-anak dengan risiko terbesar ditinggalkan (anak-anak rentan).” Hasil penelitian ini diterbitkan di Jurnal Efektivitas Pembangunan pada 19 November 2020.
Pemerintah Indonesia juga mempunyai sejumlah program beasiswa bagi siswa dari keluarga miskin mulai beasiswa untuk sekitar 18 juta siswa melalui Program Indonesia Pintar (PIP) hingga beasiswa bagi 736.000 mahasiswa melalui beasiswa Bidik Misi dan Kartu Indonesia Kuliah. Belum ada penelitian terkait efektivitas program-program ini.
Kompas
Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk penerima di Aceh sudah tiba di Banda Aceh, Senin (25/4/2016). Adapun jumlah penerima KIP di Aceh 295.063 orang. Distribusi dimulai sejak akhir April dan ditargetkan rampung pada akhir Mei. Kartu Indonesia Pintar merupakan program pemerintah untuk memastikan semua anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu terdaftar sebagai penerima bantuan tunai pendidikan sampai lulus SMA/SMK/MA.