Jawa Timur Finalisasi Rencana Pembelajaran Tatap Muka
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan kabupaten/kota menyiapkan rancangan pembelajaran tatap muka dalam masa wabah Covid-19 untuk dilaksanakan paling cepat awal 2021.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan rancangan pembelajaran tatap muka tingkat SLTA dalam masa wabah Covid-19 untuk dilaksanakan paling cepat awal 2021. Langkah serupa juga disiapkan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk jenjang SD dan SLTP.
”Kami sedang melaksanakan finalisasi rencana pembelajaran tatap muka,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Senin (23/11/2020).
Saat ini, menurut Khofifah, ada 1.080 SLTA yang sedang uji coba pembelajaran tatap muka. Pelaksanaan masih dalam pantauan untuk evaluasi. Pemerintah menginginkan persekolahan berjalan efektif dan memenuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.
Khofifah, mantan Menteri Sosial, mengatakan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah memberi lampu hijau agar kegiatan belajar mengajar di sekolah bisa dilaksanakan pada awal 2021. Namun, keputusan untuk itu diserahkan ke pemerintah daerah yang harus turut mendapat dukungan komite sekolah dan orangtua/wali peserta didik.
Sekolah diminta mempersiapkan diri dengan saksama untuk pembelajaran tatap muka. Terutama memenuhi protokol pencegahan Covid-19, antara lain penyemprotan disinfektan rutin, penyediaan sarana cuci tangan dan pensanitasi, penataan kursi untuk memastikan jaga jarak, dan pengawasan penerapan tata cara pengurangan risiko penularan.
Ruang atau prasarana yang ada dan belum akan dioptimalkan untuk kegiatan khusus, misalnya aula, disarankan menjadi kelas darurat. Selain itu, metode pembelajaran belum akan menghapus cara belajar dalam jaringan atau online yang selama ini berlangsung sehingga perlu ditempuh kombinasi.
Untuk pengawasan, kami membuka laman resmi SIAGUS atau Sistem Informasi Aplikasi Guru Surabaya.
Lama waktu belajar di sekolah karena peserta didik tidak istirahat untuk menekan potensi berdekatan dan pulang setelah kegiatan selesai juga masih perlu penyempurnaan.
”Finalisasi merupakan tahapan agar masterplan pembelajaran menjadi komprehensif,” kata Khofifah, perempuan pertama yang menjabat gubernur Jatim.
Di Surabaya, ibu kota Jatim, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menerbitkan edaran yang meminta tenaga pendidikan di SD dan SMP mulai beraktivitas di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan. Ini tertuang dalam Surat Edaran Wali Kota Surabaya Nomor: 800/10371/436.7.1/2020 tentang Pengaturan Kerja di Kantor.
”Ini dalam rangka persiapan pembelajaran tatap muka,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo.
Supomo mengatakan, Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan menyatakan bahwa kewenangan pembelajaran tatap muka dikembaliken ke daerah masing-masing.
Pengawasan
Surabaya merespons dengan langkah awal meminta guru negeri dan swasta mulai melaksanakan kegiatan di sekolah. Pembelajaran dalam jaringan juga dibawakan oleh guru dari sekolah. Selain itu, gugus tugas dan dinas pendidikan menyusun langkah-langkah strategis untuk diterapkan ketika persekolahan dimulai kembali agar efektif dan sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Menurut Supomo, guru atau tenaga pendidikan yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta masih diminta bekerja dari rumah. Hal ini mencegah potensi kalangan rentan tertular Covid-19 yang bisa berdampak mematikan.
”Untuk pengawasan, kami membuka laman resmi Sistem Informasi Aplikasi Guru Surabaya (SIAGUS),” kata Supomo. Aplikasi ini mencatat kehadiran guru di sekolah dan seluruh aktivitas belajar mengajar yang dilaksanakan.
Di beberapa sekolah negeri dan swasta seluruh jenjang di Surabaya, sebelum ada edaran, kalangan guru dan tenaga pendidikan sebenarnya sudah beraktivitas di sekolah. Namun, mereka menerapkan sistem bergantian dan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
”Yang sakit tidak boleh datang sampai dipastikan sembuh. Memeriksa suhu tubuh pengunjung, meminta pengunjung cuci tangan dan selalu bermasker, serta menjaga jarak di sekolah sudah menjadi kebiasaan,” ujar Supomo.