Pandemi, Perguruan Tinggi Eropa Tetap Gencar Gaet Mahasiswa Indonesia
Indonesia masih menjadi target pasar pendidikan tinggi asing. Penawaran belajar dari kampus dan beasiswa dari lembaga asing tetap bermunculan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, perguruan tinggi di Eropa tetap berusaha menggaet penerimaan mahasiswa, termasuk dari Indonesia. Mereka menjamin pembelajaran tetap akan berkualitas meskipun dalam kondisi pandemi.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket, Rabu (18/11/2020), di Jakarta mengatakan, pihaknya tetap menggelar Pameran Pendidikan Tinggi Eropa (European Higher Education Fair/EHEF) tahun ini yang akan digelar 23-28 November 2020. EHEF rutin digelar sejak 2008.
Untuk tahun ini, dengan mempertimbangkan pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, EHEF digelar secara daring. Sekitar 140 perguruan tinggi dari 12 negara Uni Eropa ditambah Swiss dan Inggris akan bergabung.
Setiap tahun kami menggelar EHEF di Indonesia. Kami selalu melihat antusiasme dari warga negara Indonesia. (Vincent Piket)
”Setiap tahun kami menggelar EHEF di Indonesia. Kami selalu melihat antusiasme dari warga negara Indonesia. Mereka berasal dari berbagai provinsi di luar DKI Jakarta, seperti Sumatera dan Kalimantan. Kami optimistis warga negara Indonesia tetap bergairah menyambut EHEF 2020,” ujarnya.
EHEF 2020 turut menyertakan kegiatan konsultasi dan penawaran beasiswa, salah satunya melalui Erasmus Plus. Jumlah mahasiswa internasional di Uni Eropa selama pandemi berlangsung masih didata. Meski demikian, Piket memastikan pengelola perguruan tinggi di Eropa sekarang mengedepankan pembelajaran jarak jauh daring, campuran, kegiatan komunitas luring dengan pembatasan jarak sosial yang ketat, dan jaminan pelayanan kesehatan bagi pelajar.
Sama seperti negara di belahan dunia lainnya, negara-negara di Eropa saat ini belum bisa memprediksi kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Kemunculan vaksin sangat diharapkan.
Piket mengemukakan, pihaknya memperkirakan pembelajaran di perguruan tinggi kemungkinan kembali ”normal” pada September 2021. Itu pun jika pelajar dan pendidik telah menjalani vaksinasi.
”Uni Eropa saat ini membatasi ketat orang asing yang ingin bepergian ke dalam negara-negara kawasan Eropa. Kondisi berbeda berlaku bagi aktivitas pendidikan dan penelitian,” katanya.
Beasiswa pascasarjana
Sementara itu, British Council kembali menawarkan program beasiswa pascasarjana bernama ”The GREAT Scholarships”. Program ini ditujukan bagi calon mahasiswa pascasarjana dari sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang akan mendaftar ke universitas-universitas di Inggris pada tahun 2021. Peserta yang berhasil memperoleh beasiswa itu akan menerima minimal 10.000 poundsterling dari biaya pendanaan sekolah mereka.
Selain British Council, dana dari The GREAT Scholarships berasal dari GREAT Britain Campaign Pemerintah Inggris dan lembaga pendidikan tinggi Inggris yang berpartisipasi.
Untuk tahun 2021, sebanyak 12 perguruan tinggi di Inggris tergabung menjalankan program The GREAT Scholarships. Universitas yang dituju antara lain Imperial College London, University of Bristol, dan University of Cambridge.
Country Director British Council Indonesia Hugh Moffatt menjelaskan, perguruan tinggi di Inggris tetap terbuka bagi calon mahasiswa internasional selama pandemi Covid-19. Penerimaan mahasiswa tetap dilakukan meskipun proses pendaftaran dan metode belajar akan berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
”Menanggapi situasi pandemi Covid-19, satuan pendidikan tinggi di Inggris berupaya maksimal untuk memastikan kesehatan fisik dan mental mahasiswa internasional terlindungi. Kualitas pembelajaran tetap diperhatikan agar jangan sampai turun,” ujarnya.
Moffatt menambahkan, Asia bagian timur dan Indonesia tetap merupakan kawasan prioritas bagi Inggris untuk menarik mahasiswa pascasarjana internasional. Secara khusus menyangkut Indonesia, setiap tahun rata-rata terdapat 3.000 pelajar berkewarganegaraan Indonesia menempuh studi pendidikan tinggi di Inggris.
Mengutip dw.com, Michael Gaebel, Director of Higher Education Policy di European University Association, mengatakan, hasil survei menunjukkan 25-75 persen siswa internasional tidak mendaftar untuk semester musim dingin. Penguapan miliaran dollar AS dari biaya pendidikan kemungkinan besar akan sangat dirasakan oleh lembaga pendidikan tinggi di Inggris dan Amerika Serikat.
Pelajar internasional membayar hingga 50.000 dollar AS setiap tahun untuk studi di Amerika Serikat. Di Inggris, pelajar internasional mengeluarkan biaya lebih dari 12.500 dollar AS per tahun.
”Jika Anda menempatkan diri Anda pada posisi seorang pelajar dari Bangladesh, Thailand, ataupun China, ada terlalu banyak ketidakpastian,” katanya.
Gaebel menyampaikan, sebagian besar institusi pendidikan tinggi di Eropa didanai publik. Meski demikian, dia belum bisa mengatakan tidak akan ada konsekuensi anggaran akibat kondisi pandemi Covid-19.
Sejumlah perguruan tinggi meningkatkan pengeluaran untuk pembelajaran daring. Kemungkinan lainnya adalah adanya kebutuhan tambahan staf untuk memenuhi persyaratan jarak sosial saat pelaksanaan kelas yang lebih kecil.
General Secretary of the University and College Union, Jo Grady, seperti dikutip dari The Guardian, memandang, untuk jangka pendek, pemerintah perlu mendukung mahasiswa yang memutuskan kehidupan belajar di luar kampus selama masa pandemi Covid-19. Ini berarti pemerintah perlu menjamin universitas tetap memperoleh pendapatan. Lalu, pemerintah berinvestasi lebih banyak kepada akses layanan kesehatan mental dan karier.