”Menemukan Kembali Peradaban” dalam Festival Film Madani
Festival Film Madani 2020 akan diselenggarakan secara daring di platform Kwikku, Klikfilm, Viddseeid, serta kanal Youtube Madani Film Festival dan Dewan Kesenian Jakarta. Penyelenggaraan ini mempertimbangkan pandemi.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Para pengunjung hadir dalam pembukaan Festival Film Madani di Djakarta Theatre XXI, Jakarta, Rabu (17/10/2018).
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah kejenuhan menghadapi situasi pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhir, Festival Film Madani mengusung tema mengenai upaya memulihkan dan menemukan kembali bentuk baru bertahan hidup. Hal itu dilakukan dengan melihat kembali persoalan keberagaman.
Pekerja seni dan Festival Board di Festival Film Madani, Inaya Wulandari Wahid, Selasa (17/11/2020), di Jakarta, mengatakan, masyarakat di banyak negara terkena dampak pandemi Covid-19. Di tengah suasana kejenuhan menghadapi pandemi, sejumlah kelompok masyarakat berupaya pulih dan menemukan bentuk baru bertahan hidup.
Sebagai perhelatan film yang inklusif, Festival Film Madani konsisten mengangkat isu terkini di masyarakat. Festival Film Madani 2020 akan diselenggarakan secara daring di platform Kwikku, Klikfilm, Viddseeid, serta kanal Youtube Madani Film Festival dan Dewan Kesenian Jakarta pada tanggal 20 November-4 Desember 2020. Festival Film Madani mengambil tema ”Re(dis)covery”, yang berarti pemulihan dan penemuan kembali.
”Pandemi Covid-19 membawa efek positif, salah satunya adalah menuntun memasuki dan melihat masalah yang selama ini tertutup, misalnya persoalan keberagaman. Pandemi membantu memulihkan, lalu menemukan kembali makna keberagaman,” ujar Inaya.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Inaya Wahid, Aktivis dan Seniman
Hikmat Darmawan, kritikus film sekaligus anggota Festival Board Festival Film Madani, mengatakan, ”madan” sempat diterjemahkan sebagai civil society atau masyarakat peradaban. Adapun peradaban ditandai dengan sikap kepedulian terhadap kelompok tertinggal dan rapuh di masyarakat.
Dia mengutip kisah antropolog Margaret Mead yang pernah ditanya penanda sebuah peradaban. Antropolog ini tidak menjawab dengan perkakas, melainkan dengan penemuan tulang femur yang patah dan tumbuh kembali. Masyarakat yang masih hidup di alam liar mengenal, jika ada manusia yang punya tulang femur patah, dia ditinggalkan. Jika manusia itu sembuh, berarti ada manusia lain yang merawat.
”Tema Festival Film Madani tahun 2020 adalah ’Pulih dan Menemukan Ulang’. Tema ini sejalan dengan makna dari ’madani’ sendiri. Pada awal pandemi Covid-19, gotong royong antarwarga telah berkembang meskipun di sisi lain masih ada pertentangan dan gesekan antar-golongan,” ujarnya.
Menyetel ulang peradaban
Dengan demikian, pandemi Covid-19 menjadi peluang menyetel ulang peradaban yang bisa dibawa untuk masa depan. Film menjadi medium untuk menginternalisasikan nilai-nilai peradaban.
Tema Festival Film Madani tahun 2020 adalah ’Pulih dan Menemukan Ulang’. Tema ini sejalan dengan makna dari ’madani’ sendiri.
Penulis skenario dan film programmer, Ifan Adriansyah Ismail, memaparkan, pandemi Covid-19 memaksa warga mengambil jeda sambil memulihkan. Dalam proses ini, manusia dibawa ke dalam kesadaran bahwa hidup itu pendek. Tema Festival Film Madani, ”Re(dis)covery” mengajak pengunjung memaknai hal itu.
”Menengok kembali nilai-nilai berharga, seperti dalam Islam, tetapi terbenam atau terabaikan karena berbagai faktor, seperti keributan politik,” ucapnya. Dalam Festival Film Madani, Ifan terlibat mengurasi dan menayangkan film pendek. Dia bersama Kineforum juga akan menyajikan kelas tentang perfilman.
Pendiri East Cinema, Sofia Setyorini, kembali terlibat Festival Film Madani. Untuk festival tahun ini, dia akan fokus menayangkan film-film dari Afghanistan. Sejak sebelum pandemi Covid-19, masyarakat di Afghanistan, termasuk pembuat film, hidup di bawah tekanan konflik. Baru-baru ini, film director dan pegiat hak asasi manusia, Saba Sahar, ditembak. Bioskop yang jadi rumah bagi pembuat film dipaksa dihancurkan.
”East Cinema selalu fokus mengangkat film dari daerah konflik dalam negeri dan luar negeri. Dalam Festival Film Madani tahun 2020, kami menghadirkan film-film Afganistan untuk mengajak pengunjung terbuka, peduli, terhadap konflik berkepanjangan dan pengaruhnya terhadap pembuatan film,” kata Sofia.