Uji Coba Diperluas, 57 SMA/SMK di Banyuwangi Belajar Tatap Muka
Sebanyak 7.861 siswa dari 57 SMA/SMK di Banyuwangi mengikuti sekolah tatap muka minggu ini. Pada uji coba sekolah tatap muka tahap kedua, jumlah sekolah yang terlibat meningkat dari semula 14 sekolah pada tahap pertama.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sebanyak 7.861 siswa dari 57 SMA/SMK di Banyuwangi, Jawa Timur, mengikuti sekolah tatap muka minggu ini. Sekolah tatap muka digelar secara terbatas dan bersifat uji coba.
Pelaksanaan uji coba sekolah tatap muka dilaksanakan dengan berbagai ketentuan yang disepakati oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur, sekolah, wali murid, dan siswa. Siswa yang hendak mengikuti sekolah tatap muka harus lebih dahulu mendaftarkan diri.
Hal itu disampaikan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Banyuwangi Istu Handono di Banyuwangi, Senin (16/11/2020). ”Minggu ini akan ada 57 SMA/SMK yang dijadwalkan mengikuti kegiatan uji coba pembelajaran tatap muka terbatas tahap kedua. Jumlah ini bertambah dibanding tahap pertama minggu lalu yang hanya 14 sekolah dari total 191 SMA/SMK sederajat di Banyuwangi,” ucapnya.
Sebelum sekolah tatap muka digelar, para siswa terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada sekolah masing-masing. Tercatat ada 7.861 siswa yang mendaftar mengikuti uji coba sekolah tatap muka tahap kedua dari total 36.444 siswa SMA/SMK se-Banyuwangi.
Sekolah tatap muka ini bukan merupakan kewajiban. Siswa yang hendak mengikuti sekolah tatap muka harus mengantongi surat pernyataan izin orangtua.
Jumlah siswa di setiap kelas kami kurangi dari semula 36 siswa menjadi 18 siswa. Jam pelajaran juga dikurangi, dari 45 menit menjadi 30 menit. Dalam sehari siswa hanya mendapat dua mata pelajaran. (Mohammad Imron)
Istu mengatakan, pada uji coba sekolah tatap muka tahap kedua kali ini diprioritaskan untuk siswa kelas X. Alasannya, siswa kelas X sama sekali belum pernah masuk sekolah sejak tahun ajaran dimulai.
”Sejak tahun ajaran 2020-2021 guru dan murid atau antarmurid hanya bertemu melalui pembelajaran jarak jauh. Jadi, uji coba dilakukan agar siswa masih memiliki semangat belajar karena sejak jadi siswa SMA/SMK belum pernah sekolah tatap muka,” kata Istu.
Salah satu sekolah yang baru saja memulai kembali sekolah tatap muka ialah SMA Negeri 1 Giri, Banyuwangi. Berdasarkan pantauan Kompas di SMA Negeri 1 Giri, siswa dan guru disiplin mengenakan masker selama proses belajar-mengajar.
Setiap kelas juga telah dilengkapi hand sanitizer. Duduk para siswa juga dibuat berjarak. Selain itu, jam pelajaran juga disesuaikan agar tidak terjadi penumpukan siswa.
”Jumlah siswa di setiap kelas kami kurangi dari semula 36 siswa menjadi 18 siswa. Jam pelajaran juga dikurangi dari 45 menit menjadi 30 menit. Dalam sehari siswa hanya mendapat dua mata pelajaran,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana dan Humas SMA Negeri 1 Giri Mohammad Imron.
Imron menambahkan, jam pulang siswa juga dipercepat. Siswa kini bersekolah dari pukul 07.15 hingga pukul 11.15. Sebelumnya siswa pulang pukul 15.15.
Istu dan Imron mengakui salah satu kendala yang sulit dikendalikan ialah tidak berkerumunnya para siswa sepulang sekolah. Keduanya yakin mampu mengatur siswa agar tidak berkerumunun saat masih dalam lingkungan sekolah. Namun, untuk memastikan para siswa tidak berkerumun, pihak sekolah dan dinas pendidikan terus berupaya mencari formula yang tepat.
”Hari ini kami minta semua siswa diantar dan dijemput orangtua. Siswa yang belum dijemput kami kumpulkan terlebih dahulu di aula sekolah,” kata Imron.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Suratno menuturkan, uji coba sekolah tatap muka dijenjang SMK/SMA merupakan kewenangan Jawa Timur.
Sementara Dinas Pendidikan Banyuwangi yang memiliki wewenang untuk jenjang PAUD hingga SMP sederajat belum memberikan izin sekolah tatap muka.
”Di tingkat kabupaten, jenjang PAUD, SD, dan SMP sederajat masih menunggu zona risiko Covid-19 turun dari oranye menjadi kuning. Selama belum kuning atau hijau, kami masih belum berani mengizinkan sekolah tatap muka,” ujar Suratno.