Adaptasi kebiasaan baru sekolah bukan sekadar melaksanakan protokol kesehatan dalam pembelajaran tatap muka, tetapi juga mengupayakan pembelajaran yang efektif ketika siswa tidak bisa masuk sekolah secara bersamaan.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Guru membimbing muridnya mengoperasikan mesin bubut saat mengikuti pelajaran praktik di SMK Mikael, Solo, Jawa Tengah, Selasa (3/11/2020). Sekolah itu mulai menyelenggarakan pembelajaran tatap muka selama empat jam sehari dengan menerapkan protokol kesehatan. Murid yang mengikuti pembelajaran tatap muka diwajibkan lolos tes cepat Covid-19.
Memasuki bulan kesembilan penutupan sekolah, tantangan pembelajaran jarak jauh semakin berat. Ancaman hilang belajar semakin besar karena kualitas pembelajaran tak kunjung meningkat. Membuka sekolah pun menjadi pilihan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sejumlah daerah mulai menggelar uji coba pembelajaran tatap muka karena pembukaan sekolah di masa pandemi Covid-19 berarti harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Bahkan, untuk selanjutnya, diperkirakan sekolah tidak akan bisa normal seperti sebelum pandemi.
Karena itu, disiplin protokol kesehatan mutlak diperlukan. Surat Keputusan Bersama Empat Menteri tentang Relaksasi Pembukaan Sekolah di Zona Hijau dan Kuning telah mengatur soal itu, tetapi masih banyak tantangan dalam pelaksanaannya.
Hasil pengawasan persiapan adaptasi kebiasaan baru di 46 sekolah di delapan provinsi yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sejak Agustus 2020 menunjukkan, sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan protokol kesehatan. Dukungan para pemangku pendidikan sangat dibutuhkan untuk memastikan kesiapan infrastruktur dan protokol adaptasi kebiasaan baru.
Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti mencontohkan SMKN 11 Kota Bandung, Jawa Barat, yang mendapat dukungan pendanaan dari komite sekolah untuk menyiapkan infrastruktur dan protokol adaptasi baru. Adapun SMPN 4 Kota Solo, Jawa Tengah, mendapatkan dukungan pendanaan dari Pemerintah Kota Solo.
”Pemkot Solo membiayai seluruh biaya rapid test untuk seluruh guru/karyawan dan 119 siswa yang mendapatkan persetujuan orangtua untuk mengikuti pembelajaran tatap muka,” kata Retno.
Sekolah juga harus menyiapkan skenario jika terjadi perubahan status zona. Perubahan zona bisa terjadi sewaktu-waktu. Pada 5-11 Oktober 2020, misalnya, lebih dari 50 kabupaten/kota yang sebelumnya berstatus zona hijau berubah status menjadi zona kuning, bahkan zona merah.
Jadi, harus selalu siaga, harus ada upaya antisipasi, harus siap tutup (sekolah) lagi. Pemahaman ini harus disosialisasikan ke masyarakat, terutama orangtua. Buka tutup sekolah bukan hal yang aneh. (Laura Navika Yamani)
”Jadi harus selalu siaga, harus ada upaya antisipasi, harus siap tutup (sekolah) lagi. Pemahaman ini harus disosialisasikan ke masyarakat, terutama orangtua. Buka tutup sekolah bukan hal yang aneh,” kata Laura Navika Yamani, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Minggu (15/11).
Metode pembelajaran
Menyiapkan warga sekolah untuk adaptasi baru juga berarti menyiapkan sistem pendidikan baru. Pembelajaran tatap muka tidak cukup sekadar membagi jumlah siswa untuk masuk sekolah secara bergantian (sif) agar jarak aman penyebaran Covid-19 tetap terjaga, tetapi juga terutama terkait adaptasi metode pembelajaran.
Tantangan bagi sekolah, terutama guru, untuk memadukan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dinas pendidikan agar memerintahkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di level sekolah untuk memilih materi-materi pembelajaran tatap muka dan PJJ.
”Sebaiknya materi pembelajaran tatap muka adalah materi dengan tingkat kesulitan tinggi dan membutuhkan bimbingan guru secara langsung. Sedangkan materi PJJ adalah materi yang anak bisa belajar secara mandiri. Kalau ini belum siap, tunda (dulu) buka sekolah,” kata Retno.
Kompas/Hendra A Setyawan
Murid-murid SDIT Nurul Amal, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, mengikuti kegiatan belajar mengajar secara tatap muka, Kamis (12/11/2020). Selain pembelajaran luring, pihak sekolah juga melakukan pembelajaran secara daring bagi siswa yang tidak diizinkan mengikuti pembelajaran tatap muka.
Bukan pula sekadar membedakan materi untuk tatap muka dan PJJ, konsep pembelajaran campuran (blended learning) ini harus mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dengan PJJ. Jangan sampai materi pembelajaran tatap muka tidak berkaitan sama sekali dengan materi PJJ, demikian pula sebaliknya.
Beberapa negara di Eropa, seperti Jerman, Norwedia, dan Denmark, sudah mulai mengadopsi metode pembelajaran campuran untuk membuka sekolah di masa pandemi. Pembelajaran campuran menjadi cara untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan efektif di tengah pandemi.
”Pemerintah harus memikirkan blended learning menjadi pilihan model pendidikan ke depan. Meski vaksin ditemukan, kita tidak tahu ke depan akan bagaimana,” kata Imelda Usnadibrata, Kepala Pendidikan Save The Children Indonesia, Rabu (11/11/2020).
Pandemi ini sudah mengubah tatanan masyarakat, termasuk dalam pendidikan. Jika sebelum pandemi pembelajaran campuran merupakan pilihan, mulai saat ini menjadi kebutuhan. Penyiapan guru untuk memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran semakin dibutuhkan juga infrastruktur digital yang merata.