Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Pelibatan masyarakat untuk pendidikan semakin penting untuk menjaga keberlanjutan pendidikan di masa pandemi ini.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Hasil survei pembelajaran jarak jauh pada April, Mei, Juli 2020 menunjukkan, kualitas pembelajaran jarak jauh belum meningkat. Meskipun ini berasal dari survei dan kelompok sampel berbeda, paling tidak ini bisa menjadi cerminan kondisi pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19 ini.
Survei pada April dan Juli dilakukan Save the Children Indonesia, dan survei pada Mei dilakukan Wahana Visi Indonesia (WVI). Dari ketiga survei ini diketahui, semakin banyak anak tidak mempunyai atau kesulitan mengakses internet (tidak mendapatkan bahan pembelajaran yang memadai, serta kesulitan mengerjakan PR).
Empat bulan setelah survei diperkirakan kondisinya masih relatif sama. Bantuan kuota internet mulai September lalu yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan akses internet, ternyata belum dapat menjangkau semua siswa yang memiliki gawai. Hingga kini masih ada siswa yang belum menerima bantuan kuota internet.
Jika dilihat dari jumlah siswa, guru, mahasiswa, dan dosen yang telah menerima bantuan kuota internet, sebanyak 35,7 juta, ini baru sekitar separuh jumlah siswa, guru, mahasiswa, dan dosen. Bantuan kuota internet ini pun hanya akan berlangsung hingga Desember 2020.
Upaya-upaya lainnya untuk mengefektifkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) juga masih menghadapi sejumlah kendala dalam implementasinya. Penyediaan modul pembelajaran bagi guru, orangtua, dan siswa, misalnya, belum dapat terakses semua guru. Kendala utama masalah keterbatasan akses dan biaya.
Survei terhadap 1.202 guru oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama sejumlah lembaga pada 3 September-3 Oktober 2020 menunjukkan, guru-guru di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) cenderung terkendala mendapatkan modul tersebut. Demikian juga kurikulum darurat justru cenderung digunakan oleh guru-guru di wilayah non-3T dan jenjang kelas yang lebih tinggi.
Dengan kasus Covid-19 yang masih tinggi, kurva kasus belum menurun di Indonesia, pembelajaran belum akan bisa kembali seperti sebelum pandemi. Pembelajaran jarak jauh masih akan menjadi pilihan, dan kendala yang dihadapi pun minimal masih relatif sama.
Memperkuat kolaborasi
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, sekolah, dan juga masyarakat. Saatnya memperkuat kolaborasi antarpemangku kepentingan pendidikan ini, terutama masyarakat, untuk menjaga keberlangsungan pendidikan di masa pandemi ini.
Kolaborasi dengan pemerintah daerah harus diperluas. Sekolah ”punya” desa, kecamatan. Pemerintah desa biasanya juga ada dana khusus, ada dana desa yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pendidikan di masa PJJ ini. (Imelda Usnadibrata)
”Kolaborasi dengan pemerintah daerah harus diperluas. Sekolah ’punya’ desa, kecamatan. Pemerintah desa biasanya juga ada dana khusus, ada dana desa yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pendidikan di masa PJJ ini,” kata Imelda Usnadibrata, Kepala Pendidikan Save The Children Indonesia, Rabu (11/11/2020).
Imelda mencontohkan proyek pendidikan Save the Children di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang berhasil mengadvokasi masyarakat di tingkat desa. Pemerintah desa pun menyetujui alokasi dana desa untuk mendukung kegiatan pendidikan di masa pandemi ini. Melalui lomba literasi terbangun kolaborasi guru dan orangtua untuk mendampingi dan memotivasi anak terus belajar.
Di Sulawesi Tengah, Save the Children Indonesia bekerja sama dengan pemerintah desa menginisiasi jam belajar. Pemerintah desa membuat surat edaran, imbauan ke keluarga-keluarga untuk mendampingi anak-anak belajar pada jam yang disepakati, pukul 08.00-12.00 dan pukul 19.30-21.30. Kegiatan ini melibatkan orangtua, aparat desa, tokoh masyarakat, dan pemuda yang bertugas memonitor kegiatan ini.
Hasilnya, komitmen orangtua menemani anak belajar bukan hanya berdampak positif pada proses belajar anak, tetapi juga membangun keterikatan emosional yang lebih baik antara orangtua dan anak. Ini modal penting untuk proses belajar di rumah selama pandemi ini.
Upaya serupa dilakukan WVI, antara lain dengan membagikan buku dan modul belajar untuk anak-anak di Papua yang banyak terkendala gawai dan akses internet. ”Kami juga membagikan sekitar 3.400 radio. Ketika akses gawai dan internet belum merata, radio masih menjadi salah satu model belajar yang efektif di sana,” kata Mega Indrawati, Education Team Leader WVI, Kamis (12/11/2020).
Untuk itu, WVI bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) untuk melatih guru mengajar melalui radio. Program siaran Labewa (Lagu dan Belajarnya Anak Wamena) yang merupakan kerja sama WVI, RRI Wamena, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya dinilai berhasil dan mendapat apresiasi sebagai program ana radio terbaik dari Komisi Penyiaran Indonesia Pusat pada Agustus lalu.
”Peran serta masyarakat sangat penting (dalam pendidikan). Waktu kami mengadakan FGD (diskusi kelompok terfokus) dengan para guru, ada harapan dari para guru supaya pemerintah lebih banyak kerjasama dengan komunitas pendidikan, termasuk LSM, tokoh masyarakat, dan juga sektor swasta,” kata Mega.
Pengalaman Save the Children Indonesia dan WVI tersebut menjadi bukti bahwa masyarakat bisa digerakkan dan dengan sukarela terlibat memajukan pendidikan. Ini modalitas yang kuat untuk memperkuat kolaborasi pendidikan di masa pandemi ini. Perlu upaya lebih pemerintah karena pendidikan di masa pandemi ini tidak bisa ditangani dengan cara biasa.