Perjumpaannya dengan Ni Pollok di Denpasar, 1932, memberi arti penting bagi insinyur dan seniman asal Belgia, Le Mayeur. Le Mayeur mendapatkan cahaya yang diburunya dan energi kreatifnya pada sosok Ni Pollok.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Perjumpaannya dengan Ni Pollok, perempuan Bali asal Banjar Kelandis ketika menonton pementasan tari Bali di Denpasar, 1932, memberi arti penting bagi insinyur dan seniman asal Belgia, Adrien Jean Le Mayeur De Merpres. Le Mayeur mendapatkan cahaya yang diburunya dan energi kreatifnya pada sosok Ni Pollok.
Sebaliknya, Ni Pollok tidak hanya menjadi model yang mengangkat nama Le Mayeur di kancah seni rupa internasional. Ni Pollok juga mendampingi Le Mayeur dan mengabdikan hidupnya demi seni dan kehidupan kreatif Le Mayeur.
Ni Pollok kemudian mewariskan studio dan sekaligus rumah tinggalnya bersama Le Mayeur di pesisir Pantai Sanur, Kota Denpasar, kepada pemerintah. Kediaman Le Mayeur itu menjadi Museum Le Mayeur.
Meskipun keduanya berbeda asal, berbeda keyakinan, dan terpaut perbedaan usia yang jauh, namun keduanya dipersatukan oleh cinta (Wayan Westa)
Kisah percintaan antara seniman Le Mayeur dan Ni Pollok serta kontribusi dari kehidupan Le Mayeur dan Ni Pollok terhadap kebudayaan Bali itu diangkat dalam seminar dengan topik “Semara Turida, Kisah Cinta Ni Pollok dan Le Mayeur di Bali” di Museum Le Mayeur, Sanur, Kota Denpasar, Jumat (6/11/2020).
“Meskipun keduanya berbeda asal, berbeda keyakinan, dan terpaut perbedaan usia yang jauh, namun keduanya dipersatukan oleh cinta,” kata I Wayan Westa, budayawan dan penulis penerima penghargaan Hadiah Sastra Rancage 2014, dalam seminar tersebut, Jumat (6/11).
Seminar bertajuk “Semara Turida, Kisah Cinta Ni Pollok dan Le Mayeur di Bali” diselenggarakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum Bali, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, serangkaian program optimalisasi museum. Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi UPTD Museum Bali I Putu Sedana mengatakan kegiatan seminar itu juga digelar loka karya melukis untuk kalangan pelajar di Museum Le Mayeur.
Kepala UPTD Museum Bali I Wayan Andra Septawan mengatakan seminar tersebut juga menjadi media penyebarluasan informasi keberadaan museum dan koleksi museum. Melalui kajian para pembicara dalam seminar, masyarakat diharapkan dapat mengetahui gambaran perjalanan Le Mayeur dan kehidupannya bersama Ni Pollok, serta mengenali makna yang tersirat dan tersurat dalam lukisan Le Mayeur.
Selain Westa, pembicara lain dalam seminar dengan topik “Semara Turida, Kisah Cinta Ni Pollok dan Le Mayeur di Bali” adalah seniman dan akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan Gulendra dan sejarawan yang juga Wakil Rektor II ISI Denpasar I Gusti Ngurah Seramasara. Pemaparan dan diskusi dalam seminar itu dipandu penyair I Wayan Sunarta.
Lebih lanjut Westa menambahkan, Ni Pollok berperan besar bagi kehidupan seni dan proses kreatif Le Mayeur. Dan sebaliknya, Le Mayeur berperan mengangkat derajat Ni Pollok menjadi sosok perempuan milenial di zamannya, yakni kurun 1932.
Le Mayeur mengajarkan Ni Pollok tentang berhitung, membaca, dan menulis. Ni Pollok berkembang menjadi perempuan Bali yang mampu berbahasa asing, yakni Inggris dan Perancis, dan membaca buku berbahasa asing.
Tropis dan eksotis
Le Mayeur tiba di Bali tahun 1932 dan pertama kali mendarat di Buleleng sebelum ke Denpasar. Saat itu, Bali sudah dipromosikan Belanda sebagai daerah pariwisata. Insinyur lanskap dan seniman asal Belgia itu berhasrat mengembangkan kemampuannya melukis dengan mengunjungi sejumlah negara dan tempat yang beriklim tropis dan eksotis.
Akademisi ISI Denpasar Gulendra mengatakan, Le Mayeur sangat menyukai cahaya dan kehangatan sinar Matahari. Le Mayeur pernah mengunjungi sejumlah negara dan tempat menarik dalam petualangannya sebagai seniman, di antaranya, Perancis, Tunisia, India, dan Kamboja. Le Mayeur juga mendatangi Tahiti, Polinesia, dan Bali.
“Dia (Le Mayeur) suka menyaksikan pertunjukan tari Bali,” kata Gulendra tentang kehidupan Le Mayeur di Bali. Le Mayeur kemudian berjumpa sejumlah penari Bali di Denpasar, di antaranya, Ni Pollok dan Ni Reneng. Le Mayeur pun banyak melukis dengan menjadikan penari Bali itu sebagai modelnya. Le Mayeur kemudian memperistri Ni Pollok dan keduanya memilih tempat tinggal di pesisir Pantai Sanur.
Lukisan karya Le Mayeur pernah dipamerkan di Singapura dan pamerannya itu mendapat apresiasi yang sangat baik. Le Mayeur dinyatakan semakin terpacu berkreativitas dan lebih tekun melukis.
Dia (Le Mayeur) suka menyaksikan pertunjukan tari Bali (Gulendra)
“Sejak Ni Pollok menjadi modelnya, lukisan Le Mayeur mengalami perubahan, terutama dalam kecenderungan tematiknya,” kata Gulendra. “Dari lanskap pantai dan laut menjadi figuratif. Kehadiran Ni Pollok membuat lukisan Le Mayeur menjadi lebih berwarna dan berbunga,” ujar Gulendra.
Edukasi
Sejarawan Gusti Seramasara mengungkapkan, Le Mayeur mengeksploitasi Ni Pollok secara kreatif. Ni Pollok menjadi sumber inspirasi karya-karya Le Mayeur. Seramasara menyebutkan, Le Mayeur mengawini Ni Pollok karena Le Mayeur sangat menyadari tradisi dan adat Bali. “Ketika laki-laki dan perempuan hidup dalam satu rumah dan saling mencintai, harus dilanjutkan dengan perkawinan,” kata Seramasara.
Setelah Indonesia merdeka, Le Mayeur pernah menerima kunjungan Presiden RI Soekarno pada 1956. Sehubungan kunjungan Soekarno itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bahder Djohan mencetuskan gagasan untuk menjadikan studio dan rumah Le Mayeur dan Ni Pollok sebagai museum. Le Mayeur setuju gagasan tersebut.
Seramasara mengungkapkan, catatan menyebutkan Le Mayeur membuatkan akte untuk menghadiahkan rumah itu ke Ni Pollok pada 1957. Setelah itu, Ni Pollok membuat akte penyerahan rumah beserta isinya ke Pemerintah Republik Indonesia. Ni Pollok menyerahkannya ke pemerintah melalui Gubernur Bali Anak Agung Bagus Sutedja. Le Mayeur meninggal di Belgia tahun 1958 pada usia 78 tahun. Ni Pollok wafat di Bali tahun 1985.
“Salah satu ayat dalam akte menyebutkan rumah itu dihadiahkan agar dijadikan bengkel seni bagi pengembangan seni lukis di Bali,” ujar Seramasara.
Sedana menyatakan, Museum Le Mayeur adalah museum khusus dengan koleksi lukisan karya Le Mayeur dan peralatan rumah tangga. Jumlah koleksi Museum Le Mayeur sebanyak 88 lukisan. Sebagian lukisan yang asli dipajang di Museum Le Mayeur dan sebagian lainnya disimpan. Terdapat pula lukisan reproduksi dari karya Le Mayeur yang dipajang di Museum Le Mayeur tersebut.