Presiden Jokowi mengajak perguruan tinggi di Indonesia untuk bertranformasi menjadi lebih dinamis, menciptakan terobosan, serta membangun iklim kompetisi guna meningkatkan daya saing. Indonesia maju menjadi tujuannya.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta perguruan tinggi di Indonesia untuk adaptif memperbarui diri guna bertransformasi menjadi entitas pendidikan yang dinamis dan mampu menciptakan generasi unggul untuk mewujudkan Indonesia maju. Untuk itu, sejumlah kebijakan baru harus dirumuskan dan dilaksanakan.
Presiden pada peluncuran program Merdeka Belajar Episode 6 secara virtual di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (3/11/2020), menyampaikan empat pesan, yakni tentang perubahan kurikulum, adaptasi terhadap normal baru, paradigma baru di era digital, dan pentingnya kolaborasi.
Perguruan tinggi harus membuka diri terhadap paradigma-paradigma baru dan cara-cara baru yang lebih responsif.
Dalam hal kurikulum, Presiden menyatakan, perguruan tinggi perlu merelaksasinya, dari yang kaku menjadi fleksibel. Untuk itu, perguruan tinggi harus membuka diri terhadap paradigma-paradigma baru dan cara-cara baru yang lebih responsif.
”Dari mono menjadi multi, dari mono menjadi inter, bahkan transdisipliner, dari berorientasi theory building menjadi problem solving bahkan impact making,” kata Presiden.
Terhadap normal baru, Presiden meminta perguruan tinggi untuk menyiapkan standar normal baru. Untuk itu, standar harus dirumuskan dalam berbagai kebijakan di lingkungan kampus, di antaranya indikator kinerja utama dosen, program prioritas perguruan tinggi berikut alokasi anggarannya, infrastruktur, dan prosedur standar operasi baru.
Demikian pula halnya di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berbagai standar normalitas baru, menurut Presiden, harus dirumuskan.
”Dosen yang baik adalah dosen yang memfasilitasi mahasiswanya belajar apa saja, kepada siapa saja, melalui media apa saja, dan dilakukan kapan saja. Perguruan tinggi yang baik adalah perguruan tinggi yang membangun ekosistem merdeka belajar dan memanfaatkan materi dan media belajar yang terbuka luas,” kata Presiden.
Perguruan tinggi harus berlomba-lomba agar inovasi digital bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa, bisa dimanfaatkan untuk kemandirian pangan, kemandirian energi, dan pengembangan UMKM di berbagai sektor.
Saat ini, Presiden melanjutkan, adalah awal abad digital. Berbagai riset dan pengembangan teknologi di bidang digital seharusnya memperoleh prioritas sehingga berbagai teknologi mutakhir dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang.
”Perguruan tinggi harus berlomba-lomba agar inovasi digital bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa, bisa dimanfaatkan untuk kemandirian pangan, kemandirian energi, dan pengembangan UMKM di berbagai sektor,” kata Presiden.
Terakhir, Presiden mengajak perguruan tinggi untuk bertranformasi menjadi lebih dinamis, menciptakan terobosan, serta membangun iklim kompetisi guna meningkatkan daya saing. Oleh sebab itu, perguruan tingi mesti menjalin sinergi dan kolaborasi dengan badan usaha milik negara dan swasta, matching fund, dan talent pull berbasis digital.
”Ini dan model-model kerja sama lain penting untuk mengoptimalkan kemampuan, mendorong prestasi yang lebih baik. Karena itu jangan terjebak pada rutinitas perguruan tinggi. Harus punya waktu, harus punya energi, dan harus punya keberanian untuk melakukan perubahan. Harus terus-menerus mengembangkan inovasi dengan memanfaatkan dan mengembangkan imu pengetahuan dan teknologi, menciptakan generasi unggul untuk mewujudkan Indonesia maju,” kata Presiden.
Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu mengangkat tema ”Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi”. Turut menyampaikan pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim. Hadir pada acara virtual tersebut, antara lain, para rektor dan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.