Upaya Bali Menjadikan Kebudayaan Sumber Kesejahteraan Masyarakat
Adaptasi dibutuhkan pada masa pandemi Covid-19 saat ini. Pergelaran seni dan budaya, termasuk penyelenggaraan pameran, seperti Bali Megarupa II 2020 juga terimbas dengan adanya pembatasan akibat pandemi Covid-19.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
Adaptasi dibutuhkan dalam menghadapi tatanan kehidupan baru di masa pandemi Covid-19 saat ini. Pergelaran seni dan budaya, termasuk penyelenggaraan pameran, seperti Bali Megarupa II 2020 juga terimbas dengan adanya pembatasan akibat pandemi Covid-19.
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menggelar Festival Seni Bali Jani II 2020. Serangkaian festival seni dan budaya itu, digelar pula pameran seni rupa Bali Megarupa II 2020. Pameran seni rupa Bali modern dan kontemporer tersebut dipersiapkan sebagai sarana penyemai perupa-perupa muda Bali menjadi kreator hebat di bidang seni rupa.
Masa selama tujuh bulan ini menjadi semacam masa inkubasi, masa perenungan, dan juga masa adaptasi. (Kun Adnyana)
Berbeda dengan penyelenggaraan Bali Megarupa I 2019 yang melibatkan lebih dari 100 seniman dari lintas generasi dan menggunakan empat lokasi pameran yang berbeda, maka penyelenggaraan Bali Megarupa II 2020, yang dibuka Gubernur Bali Wayan Koster di Museum Seni Agung Rai (Agung Rai Museum of Art/ARMA), Ubud, Gianyar, Rabu (28/10/2020), hanya menggunakan satu tempat pameran, yakni di Museum ARMA Ubud.
Dalam pembukaan pameran seni rupa Bali Megarupa II 2020, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana mengungkapkan, situasi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar tujuh bulan lamanya memberikan pembatasan yang memerlukan proses adaptasi dan transformasi, termasuk dalam pergelaran seni maupun pameran. Meski demikian, Kun Adnyana menyatakan elan kreatif seniman tetap dijaga eksistensinya.
”Masa selama tujuh bulan ini menjadi semacam masa inkubasi, masa perenungan, dan juga masa adaptasi,” kata Kun Adnyana. Kun Adnyana juga menyebutkan, pemerintah mengadakan pementasan dan pergelaran secara virtual dalam upaya menjaga kehidupan seni dan budaya di tengah pandemi Covid-19.
Dalam situasi itu pula, menurut Kun Adnyana, pergelaran pameran Bali Megarupa tetap dilaksanakan dengan bertransformasi melalui pameran secara langsung atau luar jaringan (luring) di Museum ARMA Ubud dan juga pameran secara dalam jaringan (daring) atau melalui galeri virtual.
Adapun Bali Megarupa 2020 merupakan pameran seni rupa modern dan kontemporer di Bali kali kedua sejak pameran pertama pada 2019. Bali Megarupa 2020 yang digelar mulai Rabu (28/10/2020) hingga Selasa (10/11/2020) menjadi bagian dari Festival Seni Bali Jani II 2020 yang mengangkat tema ”Candika Jiwa, Puitika Atma Kerthi”.
Usia muda
Bali Megarupa merupakan pameran seni rupa yang diinisiasi Pemprov Bali bersama kalangan seniman. Dalam kata pengantar pameran, kurator Bali Megarupa II 2020 I Wayan Setem menyebutkan, Bali Megarupa II 2020 menjadi barometer yang berkualitas dalam membaca perkembangan seni rupa perupa Bali mutakhir.
Dengan demikian, menurut Setem yang juga seniman dan akademisi itu, peristiwa Bali Megarupa akan menjadi ajang yang ditunggu untuk melihat, menakar, dan menjadi rujukan ke depan dalam membaca kecenderungan dan arah seni rupa Bali.
Dalam catatan kurator Bali Megarupa II 2020 Jean Couteau, seniman yang ambil bagian dalam pameran Bali Megarupa II 2020 adalah seniman muda. Bali Megarupa II 2020 diperuntukkan bagi seniman berusia 30 tahun ke bawah.
Ketika memberikan sambutan kurator pada pembukaan pameran Bali Megarupa II 2020 di Museum ARMA Ubud, Rabu (28/10/2020), Jean Couteau menyatakan, seniman muda agar terus mempelajari teknik rupa Bali tradisional sebagai spirit Bali, namun secara bersamaan pula, mendalami teknik rupa akademisi sehingga karyanya dapat diterima utuh dan matang serta dapat disambut secara nasional dan juga internasional.
Sebanyak 45 seniman perupa muda dilibatkan untuk menghadirkan 43 karya mereka dalam pameran seni rupa Bali Megarupa II 2020. Karya-karya yang ditampilkan berupa lukisan dua dimensi, karya tiga dimensi dalam bentuk patung dan instalasi, seni mural, dan juga video art.
Ketua Tim Kreatif Bali Megarupa Made Kaek Dharma Susila menerangkan, panitia mengundang sejumlah seniman muda di Bali untuk mengirimkan karya mereka selain membuka peluang bagi seniman-seniman muda lainnya.
Lebih dari 100 karya yang didata, menurut Made Kaek, terpilih 43 karya hasil seleksi untuk dipamerkan. ”Situasi pandemi Covid-19 ini memang membuat kami serba terbatas,” kata Made Kaek di sela-sela pembukaan pameran Bali Megarupa II 2020, Rabu (28/10/2020).
Perupa muda dari Komunitas Alas Tipis I Kadek Agus Sutrisnayana menyatakan, dirinya bersama dua rekannya di Komunitas Alas Tipis menyiapkan karya mural untuk ditampilkan dalam pameran Bali Megarupa II 2020. Agus bersama dua rekannya di Komunitas Alas Tipis menghadirkan sebuah karya seni mural di atas kanvas berukuran 200 sentimeter (cm) x 300 cm berjudul ”Synergy”.
Apresiasi
Pembukaan pameran Bali Megarupa 2020 di Museum ARMA Ubud, Rabu (28/10/2020), disemarakkan pementasan seni kolaborasi lintas media, yakni seni gerak, suara, rupa, warna, dan multimedia. Pergelaran seni berjudul ”Candika Jiwa, Melampaui Warna dan Rupa” itu disutradarai Ida Ayu Wayan Arya Satyani dengan melibatkan sejumlah seniman, di antaranya, penari dari Bumi Bajra Sandhi yang berkolaborasi dengan musisi Ajat Lesmana, perupa I Wayan Oka Supriadi, dan vokalis Keisha Audreyna Palar.
Pendiri Museum ARMA Ubud, Anak Agung Gde Rai, mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada seluruh pihak yang mewujudkan pameran seni rupa Bali Megarupa.
Saya berkeinginan kebudayaan sebagai satu mainstream dalam pembangunan Bali. Kebudayaan menjadi sumber nilai dan kehidupan yang akan memajukan masyarakat Bali. (Wayan Koster)
Agung Rai juga menyatakan dirinya mengapresiasi tim kurator dan tim kreatif Bali Megarupa karena memberikan kesempatan bagi seniman-seniman muda di Bali untuk tampil dalam ajang pameran yang mendapat pengakuan dari khalayak luas.
”Ini prestasi karena museum dijadikan venue untuk menampilkan seni baru,” kata Agung Rai. Hadir saat seremoni pembukaan, antara lain, pendiri Museum Seni Neka Ubud Pande Wayan Suteja Neka, tokoh Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati, Konsul Kehormatan Italia Giuseppe Confessa, dan Konsul Kehormatan Tunisia Nyoman Popo Danes.
”Saya mendapat kehormatan dalam penyelenggaraan Bali Megarupa yang kali ini dipusatkan di Museum Arma,” ujarnya.
Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutannya di pembukaan pameran Bali Megarupa 2020 juga menyatakan, Pemprov Bali menggagas dan menggelar festival seni dan budaya, termasuk Festival Seni Bali Jani dan pameran Bali Megarupa.
Kegiatan ini sebagai bentuk perhatian dan komitmen pemerintah terhadap perkembangan seni dan budaya di Bali. Koster menyatakan, kegiatan festival itu sejalan dengan visi Provinsi Bali, yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali menuju Bali era baru.
Koster menambahkan, kesenian dan kebudayaan Bali yang dikenal adiluhung dapat menjadi potensi pembangunan Bali ke depan, termasuk perekonomian. Situasi masa pandemi Covid-19, menurut Koster, menjadi momentum untuk mendesain ulang model pembangunan di Bali dan sekaligus upaya mengembalikan jati diri Bali sebagai pulau yang kaya akan seni dan budaya.
”Saya berkeinginan kebudayaan sebagai satu mainstream dalam pembangunan Bali. Kebudayaan menjadi sumber nilai dan kehidupan yang akan memajukan masyarakat Bali,” kata Gubernur Bali Wayan Koster.