Kebiasaan dan Pembiaran Penyebab Kesalahan Ejaan Berbahasa
Universitas Multimedia Nusantara mengembangkan prototipe aplikasi koreksi penulisan dalam bahasa Indonesia bernama U-Tapis. Pengembangan lanjutannya bisa dilakukan kolaboratif.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —- Kesalahan penulisan ejaan dan peluluhan kata dalam bahasa Indonesia masih kerap terjadi. Bagi akademisi dan pekerja di industri media, kesalahan seperti itu berpotensi mengganggu produktivitas berkarya.
Dosen Penulisan Kreatif, Penulisan Akademis, dan Bahasa Indonesia Fakultas Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Niknik M Kuntarto, mengatakan, sesuai pengalamannya mengajar, persoalan itu dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya, kebiasaan menulis, kurangnya inisiatif untuk mengecek kembali tulisan, kurang membuka kamus, dan mahasiswa merasa tidak pernah diajarkan sejak sekolah.
Selain itu, kegiatan belajar-mengajar di jenjang pendidikan sebelumnya diduga juga membiarkan terjadinya kesalahan penulisan ejaan dan peluluhan kata. Tak heran, karena dibiarkan saja, kesalahan itu berurat-berakar.
Mahasiswa terbiasa mencontoh bahasa media di internet sehingga mereka kurang tahu letak kebenaran atau kesalahan. Guru ataupun dosen yang bukan mengajar bahasa Indonesia umumnya juga kurang memberikan kesadaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar.(Niknik M Kuntarto)
”Mahasiswa terbiasa mencontoh bahasa media di internet sehingga mereka kurang tahu letak kebenaran atau kesalahan. Guru ataupun dosen yang bukan mengajar bahasa Indonesia umumnya juga kurang memberikan kesadaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar,” ujarnya dalam webinar ”U-Tapis, Penapis Ejaan Otomatis”, Selasa (27/10/2020), di Jakarta.
Terkait penggunaan bahasa Indonesia di media massa daring, Niknik mengamati juga terdapat kesalahan ejaan dan peluluhan kata yang masih terulang. Dia menduga masih ada individu di industri media yang belum memahami penggunaan kata depan, kata awalan, konjungsi, pilihan diksi, dan tanda baca.
Setahun lalu, Niknik dan sejumlah dosen dari berbagai program studi di UMN berkumpul untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Dia lantas mencetuskan ide membuat aplikasi yang bisa menggugah individu, terutama mahasiswa, untuk peduli bahasa Indonesia. Ide itu disambut baik oleh dosen dari program studi Informatika.
Sejak itu, pengembangan aplikasi U-Tapis dikerjakan. Aplikasi ini menggunakan kecerdasan buatan. Saat ini, U-Tapis masuk fase uji coba.
Menurut dosen program studi Informatika UMN, Julio C Young, U-Tapis akan dikembangkan sebagai perangkat lunak untuk koreksi penulisan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya saja, saat ini, kemampuan U-Tapis masih memperbaiki kesalahan ejaan dan peluluhan kata saat individu mengetik penulisan, baik berwujud kalimat maupun paragraf.
U-Tapis menggunakan algoritma ”Symspell”. Algoritma Symspell bekerja dengan cara menerima masukan kata-kata yang dianggap valid, lalu melakukan modifikasi deletion terhadap setiap kata dan menghitung jarak atas modifikasi yang telah dilakukan. Setiap kemungkinan modifikasi dan perbaikan kata disimpan dalam sebuah tipe data menyerupai buku telepon atau look-up table.
Julio mengaku mengalami kendala saat melakukan pengumpulan konten untuk dipakai sebagai basis data berukuran besar atau web content crawling. Hal ini disebabkan ketidaktersediaan kamus bahasa Indonesia yang bersifat open source.
Kamus daring yang dimiliki pemerintah belum menyediakan perubahan bentuk kata sampai ke tahap kompleks, misalnya kata ”sedia” bisa berubah menjadi ”bersedia”, ”tersedia”, ”disediakan”, dan ”menyediakan”. Kamus daring hanya menyediakan kata ”sedia” beserta makna.
”Metode web content crawling memiliki kelemahan juga. Hasil data umumnya bukan data yang siap digunakan langsung. Algoritma Symspell belum memperhatikan konteks sebuah kata,” ujar dia.
Menurut Julio, pengembangan lanjut U-Tapis dapat menggandeng peneliti bahasa Indonesia lintas instansi. Hal itu akan memudahkan penguatan basis data berukuran besar untuk dibaca oleh teknologi kecerdasan buatan.
Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UMN PM Winarno menyampaikan, U-Tapis merupakan bagian dari upaya kampus berkontribusi terhadap inovasi peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Aplikasi koreksi ejaan sejenis sebenarnya sudah berkembang, terutama menyangkut bahasa Inggris. Dia mencontohkan, perangkat lunak Microsoft Word telah disisipkan fitur koreksi ejaan. Apabila fitur itu dihidupkan, kesalahan penulisan ejaan kata pada kalimat ataupun paragraf bahasa Inggris secara otomatis akan diperbaiki. Dalam tradisi masyarakat yang berbahasa Inggris, mereka umumnya sangat sensitif terhadap ejaan.
Dia mendukung pengembangan tingkat lanjut U-Tapis lebih kolaboratif. Ada berbagai peluang penambahan kemampuan U-Tapis, seperti kemampuan bekerja di sistem operasi ponsel pintar. Kesalahan penulisan, lalu dihapus ataupun diperbaiki, berpotensi mengurangi produktivitas saat bekerja.
”Perangkat lunak koreksi di bahasa Inggris sudah marak, sedangkan aplikasi sejenis di bahasa Indonesia relatif belum. Kami harap, U-Tapis bisa memperkaya khazanah teknologi terkait bahasa Indonesia,” ujar Winarno.