Sejumlah pemuda sepakat bahwa semangat Sumpah Pemuda kekinian ialah beradaptasi untuk menghadapi ketidakpastian dunia.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kawula muda menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Perubahan lanskap ekonomi, sosial budaya, dan politik menuntut sikap adaptif. Tanpa itu, sulit bagi para pemuda untuk menjawab beragam persoalan ke depan.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92 dilakukan dengan semangat persatuan. Hal ini terlihat dari logo peringatan Sumpah Pemuda berupa dua insan yang terhubung yang mewakili semangat itu. Keduanya memiliki perpaduan warna yang beragam, seperti beragamnya suku, agama, ras, dan bahasa. Warna biru mewakili lautan dan warna hijau mewakili hutan atau pertanian sebagai salah satu dari sekian banyak sumber daya alam negeri.
Isna Nur Insani (22) memaknai Sumpah Pemuda sebagai spirit untuk adaptif di tengah ketidakpastian karena pandemi Covid-19 ataupun gejolak sosial dan politik, seperti penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Adaptif baginya mendorong diri untuk senantiasa berpikir kreatif, inovatif, dan kritis agar jadi penyelesai masalah baik pribadi maupun warga.
”Jumlah lapangan kerja yang terbatas ketimbang pencari kerja menimbulkan ketimpangan kesejahteraan. Diri sendiri harus adaptif supaya dapat solusi, seperti menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berbisnis atau aktivitas lain berupa layanan jasa selain berjualan barang. Jika tidak, akan selalu bergantung pada orang lain dan pemerintah,” ucap Isna, Senin (26/10/2020).
Salah satu bentuk adaptasinya adalah lewat aktivitas di Komunitas Semarak Inspirasi yang bergerak di bidang pendidikan dan literasi. Bersama warga lain di Salatiga, Jawa Tengah, komunitas ini memfasilitasi 25 siswa untuk pembelajaran jarak jauh yang lebih nyaman.
Komunitas ini menggalang dana untuk donasi, paket data, sembako, dan sumbangan pembangunan lewat kampanye daring, salah satunya di platform Aksiberbagi.com.
Bagi Michael Hananta (22), Sumpah Pemuda jadi pengingat bahwa generasi muda harus bersinergi untuk berkontribusi lebih kepada khalayak luas. Apalagi, tantangan disrupsi sosial dan gejolak sosial-politik menghadang.
Untuk itu, secara sadar generasi muda mau tidak mau harus resilien atau mampu beradaptasi dan jadi penyelesai masalah secara efektif serta tidak takut menyuarakan kebenaran. ”Yang penting harus mau terus belajar dan menggali inspirasi dari orang lain,” ucap Michael.
Lulusan baru dari Institut Teknologi Bandung ini, misalnya, giat memoles curriculum vitae, LinkedIn, latihan menulis motivation letter, dan belajar teknik wawancara serta melahap buku-buku tentang kepemimpinan, kerja sama tim, dan public speaking. Tujuannya, supaya punya nilai tawar lebih dalam dunia kerja.
Sementara itu, pegiat Lapak Baca Bogor, Sofyan Tsaury, melihat perjuangan warga, buruh, mahasiswa, dan elemen lain dalam menyuarakan aspirasinya sebagai perwujudan Sumpah Pemuda. Sebab, perjuangan itu mewakili kegeraman ataupun keresahan hati.
Adapun keresahan hatinya ialah literasi. Kegemaran membaca masih jadi pekerjaan rumah karena jauh panggang dari api. ”Saya bukan intelektual atau ahli. Bagi saya, membaca itu penting sehingga bergiat di literasi,” ujar Sofyan.
Ia dan komunitasnya menggiatkan lapak baca sekali sepekan di Taman Ekspresi, Kota Bogor, Jawa Barat. Mereka juga jemput bola menyambangi warga dengan aktivitas lain, seperti mendongeng dan permainan anak.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali saat peluncuran logo Hari Sumpah Pemuda ke-92 menggelorakan semangat untuk bersatu dan bangkit sebagaimana tergambar dalam logo tersebut.
”Logo dibuat seakan menyambung dan tidak terputus, melambangkan semangat persatuan dan kerja sama untuk melawan Covid-19. Bagian huruf Sumpah Pemuda menimbulkan kesan tegas sebagai salah satu sifat pemuda yang energik dan aktif,” ucap Zainudin. Spirit Sumpah Pemuda termaktub lewat lima program priotas. Pertama, perbaikan tata kelola, kompetensi aparatur sipil negara, penyederhanaan regulasi, penyesuaian birokrasi, dan peningkatan kecepatan pelayanan publik.
Kedua, pemberdayaan pemuda menjadi kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat kewirausahaan. Ketiga, penguatan ideologi Pancasila dan karakter serta budaya bangsa di kalangan pemuda.
Keempat, pemassalan dan pemasyarakatan olahraga yang menimbulkan kegemaran untuk hidup lebih sehat dan bugar di kalangan masyarakat. Kelima, pembinaan usia dini dan peningkatan prestasi atlet yang terencana dan berkesinambungan.