Peran pemuda dalam pembangunan sangat dibutuhkan, termasuk di saat wabah Covid-19. Ide dan gagasan mereka difasilitasi dalam Simposium 92 Tokoh Pemuda di Tengah Pandemi pada 25 Oktober 2020.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober menjadi momentum untuk menghimpun dan menyelaraskan gerakan dan inovasi-inovasi dari pemuda. Kegiatan simposium 92 tokoh pemuda yang sedang disiapkan dalam peringatan tahun ini diharapkan dapat menghadirkan gagasan dan inovasi guna mengoptimalkan peran pemuda dalam pembangunan berkelanjutan.
Direktur Riset Merial Institute Fadli Hanafi menyampaikan, melihat dari sejarahnya, pada dasarnya anak muda akan terus berperan bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Namun, pada kenyataannya, saat ini pemuda kerap menemui sejumlah kendala dan tantangan sehingga peran pemuda tersebut belum optimal.
”Sejak pandemi Covid-19 mulai melanda dan menghantam sektor strategis, tantangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang dihadapi pemuda semakin berat. Di sisi lain, pada 2030 akan menjadi beban usia produktif sehingga menyulitkan untuk mempertahankan dan mewujudkan pembangun berkelanjutan,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (20/10/2020).
Fadli menilai, salah satu tantangan utama yang menghambat pembangunan berkelanjutan adalah belum adanya langkah yang sejalan dalam meningkatkan kompetensi para pemuda. Hal ini penting karena rendahnya kompetensi atau sumber daya manusia dari pemuda akan membuat Indonesia terus terjebak dalam kondisi sebagai negara dengan pendapatan menengah.
Dalam menjawab tantangan tersebut, Merial Institute bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga menginisiasi simposium pemuda bertajuk ”92 Tokoh Pemuda di Tengah Pandemi” sebagai rangkaian kegiatan Festival Bonus Demografi. Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun dan menyelaraskan gerakan pemuda yang juga bertepatan dengan momentum 92 tahun peringatan Sumpah Pemuda.
”Acara ini juga merupakan salah satu bentuk dalam mengumpulkan dan menginventarisasi ide-ide brilian dari tokoh-tokoh muda lintas sektor. Mereka akan memberikan pandangan dan masukannya bagaimana strategi pembangunan maupun peran pemuda ke depan,” tuturnya.
Fadli menambahkan, nantinya simposium ini akan menghasilkan buku terkait intisari pemikiran dari 92 tokoh pemuda dan rilis tentang kinerja satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada aspek kepemudaan. Dalam jangka panjang, simposium ini juga diharapkan menjadi langkah untuk menyinergikan kementerian dan lembaga negara untuk menjalankan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2017 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan.
Direktur Program Merial Institute Fajar Iman Hasanie memaparkan, Festival Bonus Demografi akan diadakan melalui serangkaian acara diskusi yang mengangkat isu kesehatan, pendidikan, kepemimpinan, jender, dan diskriminasi. Para pembicara yang ditampilkan mulai dari tokoh pemuda berpengaruh, mahasiswa, komunitas, organisasi kepemudaan, hingga anggota DPR atau birokrat milenial.
Adapun puncak acara Festival Bonus Demografi diadakan pada 25 Oktober. Sejumlah menteri direncanakan mengisi acara tersebut. Mereka, antara lain, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadim Makariem, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
”Kami juga mengundang perwakilan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan Pramuka sehingga lebih komprehensif ketiak simposium berlangsung. Berbagai perspektif ini diharapkan mampu menghadirkan rekomendasi, temuan, dan gagasan yang produktif serta berdampak pada pembangunan pemuda ke depan,” ujarnya.