Surabaya Ubah Jam Belajar Daring Cegah Pelajar Ikut Demonstrasi
Pemerintah Kota Surabaya mengubah jam pembelajaran dalam jaringan untuk mencegah kalangan murid sekolah dasar dan sekolah menengah pertama terlibat dalam demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satu murid sekolah dasar dan 57 siswa sekolah menengah pertama di Surabaya, Jawa Timur, ternyata turut dalam demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020), yang diwarnai kericuhan, perusakan aset negara, dan sarana umum.
Kenyataan itu mendorong Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan bereaksi dengan mengubah jam pembelajaran dalam jaringan (daring atau online) untuk mencegah anak-anak kembali terlibat dalam unjuk rasa. Salah satu pertimbangan, demonstrasi penolakan RUU Cipta Kerja yang telah disahkan oleh DPR akan kembali berlangsung dan dikhawatirkan melibatkan pelajar.
Kami berharap dengan pergeseran jam pembelajaran ini dapat mencegah anak-anak tidak terlibat dalam kerumuman massa apalagi demonstrasi. (Supomo)
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo, Senin (19/10/2020), mengatakan, jam pembelajaran daring akan digeser menjadi kurun pukul 09.00-16.00 WIB. Sebelumnya, waktu bersekolah daring untuk murid sekolah negeri (SD dan SMP) dimulai pukul 08.00 dan berakhir sebelum tengah hari.
”Kami berharap pergeseran jam pembelajaran ini dapat mencegah anak-anak tidak terlibat dalam kerumuman massa, apalagi demonstrasi,” kata Supomo.
Keberadaan 58 siswa ini diketahui setelah penangkapan oleh tim Polri saat pengamanan unjuk rasa di Jatim pada Kamis (8/10/2020) itu. Demonstrasi yang ricuh dan disertai perusakan sehingga memaksa aparat menangkapi pelaku tersebut terjadi terutama di Surabaya dan Malang.
Polda Jatim menangkap 634 orang di dua kota terutama di Jatim tersebut. Sebanyak 14 orang ditahan sebagai tersangka perusakan, sedangkan 620 orang yang notabene kebanyakan pelajar sudah dilepaskan.
Warga Surabaya
Sebanyak 58 anak yang sempat ditangkap itu ternyata merupakan warga Surabaya. Situasi ini membuat sedih Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Apalagi, saat ini, situasi secara umum belum pulih karena wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Untuk itulah, anak-anak yang terlibat dalam unjuk rasa kemudian dikumpulkan dan diberi pengarahan oleh Risma di SMP Negeri 1 Surabaya, Senin siang. Dalam pemeriksaan dan pendampingan, anak-anak itu ternyata terlibat demonstrasi tanpa mengetahui substansi RUU Cipta Kerja alias ikut-ikutan. Dengan demikian, anak-anak ini dimanfaatkan.
”Orangtua kalian banting tulang bekerja, mencari uang, membelikan handphone dan pulsa agar kalian bisa belajar dan kelak berhasil mengangkat derajat keluarga. Tapi, ikut dalam demonstrasi dan seandainya kalian babak belur, terluka, dan harus dirawat, itukah balasan kalian kepada orangtua?” kata Risma kepada anak-anak.
Risma meminta anak-anak untuk lebih fokus belajar daripada mengikuti sesuatu yang belum diketahui dan dipahami.
”Ibu (saya) tidak terima siapa pun yang mengganggu anak-anak, akan Ibu hadapi. Ibu bangun Surabaya ini juga untuk kalian anak-anakku supaya bisa sukses dan bisa bersaing dengan anak-anak dari luar,” katanya.
Anak-anak kemudian diminta memohon maaf kepada orangtua, guru, dan kepala sekolah yang hadir dalam acara. Mereka kemudian diperlihatkan sejumlah contoh anak-anak Surabaya yang berhasil meski berasal dari keluarga tidak mampu. Anak-anak terus diingatkan untuk lebih fokus belajar dan bersama keluarga mewujudkan cita-cita.
Risma mengatakan, dirinya memprotes kepada semua pihak yang melibatkan anak-anak dalam demonstrasi. Melibatkan anak-anak dalam aksi merupakan tindakan eksploitasi. Dalam situasi wabah saat ini, anak-anak yang dilibatkan dalam kerumuman juga menjerumuskan anak-anak dalam risiko tertular Covid-19 dari orang terjangkit yang tidak bergejala dan tidak menyadari telah membawa virus itu.
Ibu (saya) tidak terima siapa pun yang mengganggu anak-anak, akan Ibu hadapi. Ibu bangun Surabaya ini juga untuk kalian anak-anakku supaya bisa sukses dan bisa bersaing dengan anak-anak dari luar. (Tri Rismaharini)
Menurut laman resmi https://lawancovid-19.surabaya.go.id/ yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya, Covid-19 yang menyerang sejak pertengahan Maret lalu atau tujuh bulan terakhir telah menjangkiti 15.375 warga ”Bumi Pahlawan”. Wabah telah mengakibatkan kematian 1.132 warga Surabaya. Meski demikian, sebanyak 14.030 pasien berhasil dinyatakan sembuh. Posisi pada Senin ini, masih ada 213 pasien yang dirawat di rumah sakit.