Hari Guru Sedunia 2020 menyerukan kepada pemerintah untuk melindungi keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, dan pekerjaan guru selama masa pandemi Covid-19.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perayaan Hari Guru Sedunia tahun 2020 mengingatkan tantangan yang dihadapi guru selama pandemi tidak mudah. Selama pandemi Covid-19, kepemimpinan dan inovasi guru diperlukan untuk memastikan tidak ada pelajar yang tertinggal dalam pembelajaran.
Hari Guru Sedunia diperingati setiap 5 Oktober. Sejak 1994, UNESCO merayakan Hari Guru Sedunia untuk memperingati ulang tahun penandatanganan rekomendasi ILO/UNESCO 1996 tentang Status Guru.
Tema peringatan tahun 2020 adalah ”Guru: Memimpin dalam Krisis, Menata Masa Depan Pendidikan”. UNESCO memperkirakan hampir 1,6 miliar pelajar di dunia terdampak oleh penutupan sekolah. Krisis Covid-19 juga telah memengaruhi lebih dari 63 juta guru.
Dalam pernyataan bersama, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Organisasi Buruh Internasional (ILO), Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef), dan Educational International mengatakan, guru bisa bekerja secara individu ataupun kolektif untuk menemukan solusi supaya pendidikan terus berlanjut.
Oleh karena itu, ketahanan sistem pendidikan harus dibangun agar dapat merespons Covid-19 dan krisis lainnya dengan cepat dan efektif. Caranya melalui pembiayaan edukasi, investasi pendidikan awal guru yang berkualitas tinggi, dan melanjutkan pengembangan profesional tenaga kerja pendidik.
Untuk membangun tenaga kerja guru yang lebih tangguh di saat krisis, semua guru harus dilengkapi dengan ketrampilan digital dan pedagogis untuk mengajar dari jarak jauh metode daring, luring, dan campuran. Pemerintah harus memastikan ketersediaan infrastruktur dan konektivitas digital merata.
UNESCO, ILO, Unicef, dan Educational International sepakat menyerukan kepada pemerintah untuk melindungi keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, serta pekerjaan guru.
Falsafah kehidupan dikatakan, kalau ingin memperbaiki pendidikan, maka perbaikilah pendidik.
”Falsafah kehidupan dikatakan, kalau ingin memperbaiki pendidikan, maka perbaikilah pendidik,” ujar Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman, Kamis (8/10/2020), di Jakarta.
Dalam situasi darurat Covid-19, dia mengatakan, guru juga dituntut melaksanakan peran tambahan di luar nonakademik. Bersama orangtua, guru berperan mempersiapkan keselamatan fisik dan psikologis peserta didik.
Memahami siswa
Guru SMP Negeri 1 Permata Kecubung, Sukamara, Kalimantan Tengah, Taufik Nufantoro, mengatakan, sekolah sempat buka kembali selama sebulan. Pembukaan kembali ini didukung karena kabupaten masuk zona hijau Covid-19.
Sekolah kembali tutup sampai sekarang. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) lebih banyak dilakukan dengan cara guru kunjung. Ini karena tempat tinggal siswa terkendala akses jaringan telekomunikasi seluler.
Selama menjalankan praktik guru kunjung, Taufik menjadi lebih memahami kondisi siswa dan keluarganya. Saat kunjungan, dia beberapa kali menemukan muridnya suka membantu orangtua bekerja dan telat makan.
”Kalau sebelum pandemi, saya merasa siswa harus mengerti guru. Setelah pandemi Covid-19, saya merasa sebaliknya,” katanya.
Taufik yang sehari-hari mengajar Matematika kini memilih menggunakan bahan material alam sebagai media belajar, seperti dedaunan dan kayu. Dia berharap, upaya itu bisa memudahkan siswa memahami materi.
Ranti Elvira, guru SMP Negeri 2 Mempura, Kabupaten Siak, Riau, memiliki beberapa siswa berkebutuhan khusus. Dia memutuskan mendatangi rumah siswa untuk memudahkan mengajar serta menanyakan kendala dan opsi solusi.
Kendalanya adalah perjalanan menuju rumah siswa. Dia harus melewati hutan dan kebun kelapa sawit.
”Saya dituntut lebih komunikatif terhadap kondisi siswa. Pendampingan langsung membuat saya mudah terus memotivasi siswa terus belajar. Di antara mereka berkebutuhan khusus kerap kehilangan rasa percaya diri sehingga tetap butuh didampingi,” kata Ranti.
Luwes
Kepala Raudhatul Athfal Istiqal Jakarta Zatiyah Lesyani mengatakan, penerapan pembelajaran selama pandemi berubah dari sebelumnya. Dia bersama guru lainnya dituntut luwes.
Bagi siswa yang orangtuanya bekerja dari rumah, dia akan mengajar jarak jauh menggunakan metode daring pada pagi hari. Sementara bagi anak yang orangtua bekerja di kantor, dia akan mulai mengajar malam hari.
Zatiyah membuat grup percakapan orangtua-guru di aplikasi pesan instan. Selain kirim materi belajar, grup ini berfungsi sebagai dukungan psikologis kepada wali murid.
Menurut dia, siswa Raudhatul Athfal berasal dari lima kota di DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Sejak masuk tahun ajaran 2020/2021, siswa diberikan media dan panduan belajar. Guru sempat membuatkan zonasi tempat tinggal sehingga memudahkan ketika ada agenda kunjungan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memandang, pandemi Covid-19 mengajarkan nilai sosial lebih utama daripada teknologi informasi komunikasi. Sejumlah guru bergerak secara kolektif demi menghasilkan inovasi pembelajaran.
”Belajar dan berbagi adalah kunci menghadapi pandemi. Teknologi informasi komunikasi berfungsi memaksimalkan pembelajaran,” ujarnya.
Terkait kebutuhan guru, Nadiem mengklaim, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melatih sekitar 65.000 guru di bidang pengajaran berbasis teknologi informasi komunikasi. Baru-baru ini, Kemendikbud juga meluncurkan program Guru Belajar yang bertujuan meningkatkan kemampuan guru merancang PJJ dengan penyederhanaan beban kurikulum, mengelola pembelajaran melibatkan siswa, dan pemakaian teknologi.