Seniman Terus Bergerak Menjalin Solidaritas dan Berkarya
Tanpa menunggu bantuan pemerintah, sejumlah seniman memilih terus bergerak mandiri menghadapi dampak pandemi Covid-19. Diantara mereka menggalang solidaritas sesama seniman.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 telah berjalan sekitar tujuh bulan tidak mematahkan semangat para seniman. Hingga kini, mereka terus bergerak menjalin solidaritas dan menciptakan karya.
Pendiri Asosiasi Seniman Riau Aristofani Fahmi, dalam festival #TerusBergerak yang digagas Gerakan Turun Tangan, Sabtu (3/10/2020), di Jakarta, mengatakan, persoalan mendasar seniman selama pandemi Covid-19 adalah kesejahteraan. Beberapa seniman di bidang seni musik telah menjual alat musik untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari.
Menurut dia, pemerintah Provinsi Riau mempunyai anggaran yang difokuskan untuk program pemulihan kesehatan dan ekonomi kerakyatan, berupa bantuan tak terduga. Subsidi bagi seniman bisa diambil dari anggaran program itu.
Meski demikian, untuk mengakses bantuan tersebut, seniman mesti berkoordinasi dengan dinas pariwisata atau dinas kebudayaan. Hingga sekarang, Asosiasi Seniman Riau masih menunggu realisasinya.
Sambil menunggu, asosiasi yang baru berumur dua bulan ini memilih bergerak mandiri. Aristofani menceritakan, asosiasi membentuk lumbung pangan seniman atau Lumpang. Sesama seniman mengumpulkan sembako, seperti beras.
Pengumpulan mirip dengan cara kerja lumbung padi tempo dulu. Artinya, lumbung sembako tidak boleh kosong. Sejauh ini telah terkumpul sekitar 200 kilogram bahan pokok. Hasil itu dibagikan kepada maestro seni yang membutuhkan.
Program berikutnya adalah memanfaatkan dana desa untuk pengembangan sanggar seni budaya. Sekolah bisa memanfaatkan sanggar untuk pembelajaran kesenian secara berkelanjutan. Dia mengatakan, sejauh ini belum banyak sekolah yang piawai mengelola kegiatan ekstra kuliner terkait seni.
"Kami juga berencana memakai pasar seni yang memanfaatkan ruangan di sudut kota untuk beberapa waktu mendatang. Pasar seni akan dipakai menampung aktivitas produksi sampai pemasaran karya, termasuk pemutaran film lokal," kata dia.
Pendiri Yayasan Bina Balet Indonesia, Mariska Febriyani, mengaku pernah sekali menerima bantuan sembako dari pemerintah selama pandemi Covid-19. Sementara kesejahteraan seniman dan pekerja seni semakin terdampak. Hal itu membuat dia berinisiatif membuat aksi Seniman Bantu Seniman.
Aksi itu dikemas melalui program Fundraising for Indonesia Workers Through Online Master Class. Setiap akhir pekan terdapat kelas seni budaya yang diajar oleh seniman master. Dana yang terkumpul disalurkan ke individu seniman ataupun organisasi seni budaya.
Perlu pemerintah
Manajer Komunikasi Koalisi Seni Bunga Manggiasih menyampaikan, hasil survei Koalisi Seni menunjukkan sekitar 234 acara seni batal diselenggarakan Maret - April 2020. Koalisi Seni telah berupaya mendorong pemerintah agar mengeluarkan kebijakan yang membantu seniman dan pekerja seni tetap bertahan selama krisis pandemi.
"Kami telah menggulirkan wacana kepada pemerintah agar ada solusi untuk menekan kerugian yang harus ditanggung seniman akibat pembatalan atau penundaan kegiatan," kata dia.
Bunga menyebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah melaksanaan pendataan bagi seniman ataupun pekerja kreatif terdampak untuk diberikan bantuan. Beberapa pemerintah daerah, seperti Malang dan DKI Jakarta, juga mencairkan bantuan bagi seniman. Kedua langkah tersebut perlu dikawal.
Berangkat dari realitas kondisi darurat pandemi Covid-19, dia memandang perlunya sistem penanganan dampak seni budaya yang lebih baik. Sebagai contoh, pemerintah membangun pendataan dan penganggaran dukungan. Pemerintah bisa melibatkan swasta untuk pendanaan seni melalui dana tanggung jawab korporasi.
Model baru
Penggagas Festival Film Bahari, Kemala Astika, menyebut pandemi Covid-19 belum jelas kapan berakhir. Oleh karena itu, dia bersama pegiat festival dan masyarakat pesisir memilih untuk menyiapkan diri terhadap segala kemungkinan. Misalnya, memakai model baru platform seni pertunjukan.
Festival Film Bahari lahir dan berkembang sejak tiga tahun lalu yang berlokasi kegiatan di Cirebon, Jawa Barat. Konsep festival adalah ruang belajar. Masyarakat pesisir terlibat, mulai dari menyediakan rumahnya untuk penginapan, jual beli makanan, sampai pemutaran film.
Festival Film Bahari tahun ini rencananya tetap digelar. Kegiatan akan dilaksanakan secara daring dan luring. Harapannya adalah bisa menggairahkan kembali geliat seni budaya warga pesisir yang mati suri selama pandemi.
Festival akan digelar dengan mengoptimalkan protokol kesehatan. Belum ada kabar pemerintah daerah akan turun mendukung tidak menghalangi penyelenggaraan.
"Tiga tahun lalu, saat kami pertama kali datang, kehidupan komunitas seni budaya masyarakat pesisir memprihatinkan. Mereka punya banyak potensi seni tradisi, meski hampir punah," kata Kemala.