Hari Batik Nasional, Saatnya Membeli Batik dari Perajin dan UMKM
Peringatan Hari Batik Nasional 2020 berisikan pesan agar tidak melupakan nasib perajin dan pengusaha batik berskala mikro, kecil, dan menengah. Kelompok ini dianggap paling terdampak selama pandemi Covid-19.
Oleh
Mediana
·5 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Perajin Batik Story Kriyan membuat batik dengan pewarna alam di RW 17 Kriyan, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (2/10/2020). Dalam dua tahun terakhir, para perajin turut dalam program Korea Arts and Culture Education Service tersebut. Sekitar 12 perajinnya merupakan ibu rumah tangga hingga anak putus sekolah. Produk mereka tidak hanya dipesan oleh pemerintah daerah, tetapi juga kementerian/lembaga, hingga luar negeri.
JAKARTA, KOMPAS -Ajakan untuk bersolidaritas membeli batik muncul saat perayaan Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober 2020 kemarin. Momen tersebut menjadi saat yang tepat untuk mendukung para perajin dan pengusaha batik berskala mikro, kecil, dan menengah agar tetap bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Melalui unggahan di akun Instagram, desainer Didiet Maulana menuliskan, "Hari Batik sedianya tidak hanya dirayakan dengan pesta postingan memakai batik atau pesta hashtag cinta batik, tetapi sangat indah apabila kita bisa mensupport membeli karya para pembatik. Bisa lihat postingan saya di mana para juragan batik ikut berkomentar. Thanks Guys!"
Sehari sebelumnya, dia juga mengunggah konten yang mengajak para influencer untuk merangkul satu atau lebih beberapa pembatik dan mempromosikan mereka di Instagram saat perayaan Hari Batik Nasional 2020. Harapannya, para pengikut akun influencer bisa langsung tertarik dan membeli. Semua pihak harus bersatu membantu pembatik dan pengusaha batik agar tetap bisa berkarya.
Didiet turut menyertakan cuplikan beberapa berita perajin dan pengusaha batik tulis atau cap terdampak pandemi Covid-19. Dia mengajak siapapun menyisihkan uang untuk membeli batik, bukan cetak mesin (printing), yang kini harganya sudah ada mulai dari Rp 100.000an.
Penasihat Divisi Data dan Informasi di Yayasan Batik Indonesia (YBI) Annisa Yudhoyono melalui akun Instagram juga mengunggah konten tentang tawaran siap menyiarkan promo gratis bagi perajin dan UMKM batik. Dia mensyaratkan hanya menerima batik tulis dan cap. Endorsement itu akan dilakukan melalui fitur Insta Story sepanjang Oktober 2020.
Sebagai upaya mendukung para perajin batik Indonesia yang terdapat selama pandemi korona dan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober.(Annisa Yudhoyono)
"Sebagai upaya mendukung para perajin batik Indonesia yang terdapat selama pandemi korona dan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober," tulis dia.
Anggota bidang humas YBI, Yanti Herianto memandang, pemahamanan bahwa batin tulis mahal tidak selalu tepat. Apabila berkunjung ke salah satu sentra batik di Madura, konsumen masih bisa menemukan kain batik tulis seharga Rp 50.000.
"Dengan membeli batik tulis atau cap, konsumen sebenarnya juga membantu terjaganya regenerasi perajin dan pengusaha batik," kata Yanti. Isu ini sudah berkumandang lama sebelum pandemi Covid-19.
Di beberapa sentra batik daerah, generasi muda enggan menjadi perajin dan pengusaha batik. Mereka umumnya memilih beralih profesi. Fenomena ini ditengarai karena pembuatan batik, khususnya batik tulis tidak bisa cepat. Proses pembuatan memerlukan kesabaran dan ketelatenan.
Gelar pameran
YBI menggelar pameran dan penjualan batik tulis atau cap sejak Juli 2020 di Rumah YBI, Jalan Cikatomas, Jakarta Selatan. Ragam motif batik berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Pameran dan penjualan di Rumah YBI berlangsung dengan skala kecil. Perajin bisa menitipkan produknya, tanpa dikenakan biaya. Selain luring, penjualan juga dilakukan melalui daring memakai fitur Instagram Live di akun resmi YBI.
Dari sekitar 100 perajin ikut pameran, menurut Yanti lebih dari 2.000 lembar kain batik tulis atau cap telah terjual. Pameran masih akan terus berlangsung sampai November 2020.
"Motif dan warna batik beragam, sebab batik dari luar Jawa pun sekarang mulai dikenal masyarakat, antara lain Batik Jambi, Batik Minang, dan Batik Papua," ucapnya saat menghadiri syukuran perayaan Hari Batik Nasional yang digelar YBI secara daring.
Sementara itu, Direktur Diplomasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Yusron B Ambary mengatakan, Kemlu juga mengembangkan pasar yang memudahkan UMKM batik agar tetap berjualan. Mereka dibantu beberapa duta besar RI di luar negeri.
"Nilai penjualan terkumpul mencapai miliaran rupiah. Detail transaksi akan disampaikan langsung oleh Bu Menlu," ujar Yusron saat menghadiri konferensi pers pembentangan Batik Garuda Nusantara dan peluncuran Kuklik Batik.
Lima orang duta besar RI akan ikut berpartisipasi saat peluncuran. Diantara mereka berkedudukan di Beijing, Paris, dan Washington DC.
Pheo Hutabarat, Ketua Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara, menyampaikan, aplikasi Kuklik Batik berfungsi sebagai sentra pasar batik digital. Kuklik Batik memasarkan batik tulis, batik cap tulis, dan batik tulis halus yang sudah dikurasi.
Saat ini, dia menyebut sudah ada sekitar 100 kain tersedia. Pheo memastikan kain tersebut memenuhi peruntukkan berbeda - beda, seperti batik gaya hidup dan batik lawasan. Dengan demikian, harapannya adalah konsumen dalam negeri ataupun diaspora bisa ikut membeli.
"Batik merupakan warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO. Jika dirunut sejarahnya, batik kaya cerita budaya," ujar dia.
Menurut Pheo, membeli batik tulis atau cap berarti mencintai batik dan mendukung perajin atau UMKM agar tetap tumbuh. Dia tidak menyalahkan pilihan individu - individu yang tetap memilih membeli karya batik buatan mesin cetak.
Dia menyampaikan, bersamaan dengan peringatan Hari Batik Nasional 2020, kain Batik Garuda Nusantara yang pembuatannya diinisiasi oleh Yayasan Tjanting Batik Nusantara dibentangkan di Museum Nasional, Jakarta. Kain batik tulis ini memiliki panjang 74 meter, tanpa potongan, dan dikerjakan selama setahun oleh sekitar 90 orang perajin batik.
DOKUMENTASI YAYASAN TJANTING BATIK NUSANTARA
Kain batik Garuda Nusantara sepanjang 74 meter dibentangkan di Museum Nasional, Jumat (2/10/2020), di Jakarta.
Pasar milenial
Sementara itu, di Twitter, unggahan konten dengan tagar #HariBatikNasional tetap berisi aneka foto warganet memakai pakaian batik. Di antara mereka mengunggah konten mengenai batik di berbagai kesempatan, antara lain kondangan, bekerja, dan upacara.
Dosen program studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret, Desy Nurcahyanti, berpendapat, proses membatik bukan sekadar mencanting. Desain motif melalui proses panjang yang salah satunya adalah kontemplasi.
Mengomunikasikan proses itu penting dilakukan. Apalagi, saat ini, generasi milenial adalah pangsa pasar besar.
"Di sisi lain, usaha batik tetap harus tumbuh dengan cara lebih mendekatkan diri kepada target pasar. Generasi muda perlu juga dilibatkan dalam pembuatan motif - motif batik," kata dia.