Simulasi Belajar Tatap Muka SMA/SMK di Jateng Pertimbangkan Kondisi Lokal
Dari hasil evaluasi simulasi selama dua pekan, diketahui antara lain, 95 persen pelaksanaan protokol kesehatan berjalan baik. Namun, ada catatan siswa yang tinggal di pondok pesantren dan menggunakan transportasi umum.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana melanjutkan simulasi pembelajaran tatap muka terbatas di tujuh SMA/SMK setelah uji coba selama dua pekan sebelumnya dinilai lancar. Namun, simulasi akan mempertimbangkan mikrozonasi terkait kondisi Covid-19 di setiap wilayah.
Sebelumnya, selama dua pekan mulai Senin (7/9/2020), simulasi pembelajaran tatap muka dilakukan di tujuh sekolah dari tiga daerah, yakni SMKN 2 Tegal, SMAN 2 Tegal, SMA Pius Tegal, SMKN 1 Temanggung, SMAN 1 Parakan (Temanggung), SMAN 2 Wonosobo, dan SMKN 2 Wonosobo.
Dalam pelaksanaannya, jumlah siswa yang mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka juga dibatasi. Setiap sekolah hanya boleh melibatkan maksimal 30 persen dari total siswa.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Rabu (30/9/2020), mengatakan, dari evaluasi diketahui antara lain, 95 persen pelaksanaan protokol kesehatan berjalan baik, sekitar 97,4 persen ada dukungan orangtua, dan 82 persen komunikasi orangtua dan guru berjalan baik.
”Di samping itu, ada temuan tiga siswa SMK yang kemarin memang tinggalnya di pondok (pesantren). Itu kami cek betul apakah bertemu dan taat menjalankan protokol kesehatan atau tidak. Lalu dua siswa yang menggunakan transportasi umum. Solusinya, kami minta belajar jarak jauh saja,” katanya.
Ada sejumlah sekolah lain yang akan disiapkan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. (Ganjar Pranowo)
Ganjar menuturkan, ada sejumlah sekolah lain yang akan disiapkan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Adapun pelaksanaannya harus mempertimbangkan zonasi atau kondisi kasus aktif Covid-19 di suatu wilayah. Itu juga berlaku pada tujuh sekolah yang sudah melakukan simulasi.
Bahkan, tujuh sekolah itu bisa sewaktu-waktu ditutup jika berada di zona merah. ”Kami meminta cek ke dinas kesehatan dan Satgas terkait mikrozonasinya. Kalau masuk zona merah, sekolah itu ditutup. Zonasi, sistem transportasi, dan dukungan orangtua menjadi pertimbangan,” ujarnya.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Padmaningrum, menambahkan, simulasi pembelajaran tatap muka di tujuh sekolah menurut rencana akan dimulai kembali pada Senin (5/10/2020). Adapun penambahan jumlah siswa sebanyak 100 persen dari jumlah peserta pada simulasi awal.
Ia menambahkan akan ada penambahan sekolah peserta simulasi, yakni tiga SMK di Jateng, serta SMA Pradita Dirgantara (Boyolali) dan SMA Taruna Nusantara (Magelang). ”Kedua SMA itu berasrama dan jumlah siswanya nanti dibatasi sekali, berkisar 12-33 persen, tergantung jumlah siswa,” kata Padmaningrum.
Menurut Padmaningrum, pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan akan benar-benar diperhatikan. Begitu juga dalam kesiapan sarana prasarana penunjang dalam simulasi pembelajaran tatap muka.
Adapun para siswa SMA/SMK yang tinggal di pondok pesantren dipastikan tak boleh ikut simulasi pembelajaran tatap muka. ”Mereka tinggal di pondok karena jarak dengan sekolah lebih dekat ketimbang dari rumah. Sementara ini, pembelajaran jarak jauh dulu,” ujarnya.
Menurut laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng yang dimutakhirkan Rabu (30/9/2020) pukul 12.00, terdapat 22.426 kasus positif kumulatif dengan rincian 3.632 orang dirawat, 16.827 sembuh, dan 1.967 meninggal. Ada penambahan 347 kasus positif dalam 24 jam terakhir.