Batik Garuda Nusantara Sepanjang 74 Meter Jadi Duta Diplomasi Indonesia
Kain batik Garuda Nusantara memiliki motif utama Garuda serta diselingi motif Parang, Sido Mukti, Truntum, dan Sekar Jagad. Motif-motif tersebut diharapkan bisa memperkuat diplomasi Indonesia ke luar negeri.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
Kompas
Kain batik Garuda Nusantara (Dokumentasi Yayasan Tjanting Batik Nusantara)
JAKARTA, KOMPAS - Maestro pembatik Indonesia Nur Cahyo bersama 90 pengrajin berhasil menyelesaikan pembuatan kain batik Garuda Nusantara sepanjang 74 meter, Jumat (25/9/2020). Pengerjaan batik itu berlangsung selama 12 bulan dengan total jam kerja mencapai sekitar 216.000 jam.
Yayasan Tjanting Batik Nusantara (TBN) menginisiasi karya kain batik Garuda Nusantara pada tanggal 1 Agustus 2019, bertepatan dengan sepuluh tahun pengakuan UNESCO terhadap batik.
Presiden Joko Widodo dan ibu negara Iriana Joko Widodo menorehkan pencantingan pertama di stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia waktu itu. Presiden memberi nama kain batik Garuda Nusantara karena karya ini diawali dengan motif "Gurdo". "Gurdo" berarti garuda yang merepresentasikan simbol Garuda Pancasila.
Pengerjaannya berpindah- pindah melibatkan 90 orang perajin berusia 25 sampai 60 tahun.
Proses pembatikkan dilanjutkan oleh pengrajin batik dan Nur Cahyo di delapan sentra batik di Indonesia secara berpindah-pindah, antara lain Pekalongan, Lasem, Bangkalan, dan Surakarta. Dengan kata lain, pengerjaannya berpindah- pindah melibatkan 90 orang perajin berusia 25 sampai 60 tahun.
Nur Cahyo mengaku senang mengerjakan kain batik Garuda Nusantara. Tantangan pengerjaan terletak pada panjang kain dan jumlah perajin. Kain batik tersebut tidak dipotong-potong. Dia berperan lebih banyak sebagai pengarah.
"Dia (Ketua Dewan Pembina TBN Pheo Hutabarat) adalah orang Batak yang peduli terhadap batik. Saya senang diberikan mandat mengerjakan karya ini," ujar Nur Cahyo.
Pembatikan kain batik Garuda Nusantara menggunakan ratusan kilogram malam (wax) dan sekitar 3.000 canting dengan ukuran 0, 0,5, dan 1 mili meter.
DOKUMENTASI YAYASAN TJANTING BATIK NUSANTARA
Kain batik Garuda Nusantara
Ketua Dewan Pembina TBN Pheo Hutabarat menceritakan, motif kain batik Garuda Nusantara dimulai dengan motif Garuda, diselingi empat motif tradisional yaitu Parang, Truntum, Sido Mukti, dan Sekar Jagad. Pemilihan empat motif ini melalui riset.
Diplomasi ke luar negeri
Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri berkomitmen meningkatkan diplomasi Indonesia dengan negara-negara luar. Pada tahun 2019, Indonesia diangkat menjadi bagian dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa - Bangsa. Pada saat penunjukkan tersebut, para delegasi memakai pakaian batik.
Berangkat dari kejadian itu, TBN mulai mengkaji motif batik tradisional yang pas. Motif Parang diharapkan bisa menjadi simbol menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa kenal lelah. Motif Truntum berarti cinta tulus, memberi perhatian, dan perlindungan kepada warga negara Indonesia.
Motif Sido Mukti sebagai simbol pengharapan agar Indonesia punya ekonomi kuat. Adapun motif Sekar Jagad sebagai simbol ungkapan cinta perdamaian di tengah kekerasan yang kini terjadi di Indonesia dan dunia.
"Kami berharap, karya ini bisa menjadi ikon perdamaian dunia," kata Pheo.
Menurut dia, pengakuan UNESCO terhadap batik perlu diikuti tindakan nyata. Misalnya, menjadikan batik sebagai bagian dari pencitraan Indonesia ke luar negeri.
Semula, TBN berencana membawa kain batik Garuda Nusantara keliling dunia dimulai dari Eropa dan berakhir di Asia sebagai bagian dari diplomasi Indonesia. Namun, rencana ini tidak jadi dilakukan karena ada pandemi Covid-19. Sebagai gantinya, kain batik Garuda Nusantara akan dibentangkan di Museum Nasional, Jakarta, pada 2 Oktober 2020.
"Keunikan lain kain batik Garuda Nusantara adalah tertanam teknologi realitas tertambah (AR). AR ini telah dilengkapi data mengenai narasi cerita di balik karya serta makna motif-motif yang dipakai," imbuh Pheo.