Mahasiswa baru membutuhkan pengenalan iklim akademik di perguruan tinggi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
Mahasiswa baru membutuhkan pengenalan iklim akademik di perguruan tinggi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Ini yang membuat orientasi studi dan pengenalan kampus atau ospek menjadi krusial bagi mahasiswa baru. Namun, ekses dari pelaksanaan ospek yang hanya memicu ketegangan relasi senior-yunior tak lagi relevan dengan zaman.
Beberapa waktu lalu beredar video ospek daring di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Terlihat beberapa mahasiswa senior memarahi mahasiswa baru karena tak mengenakan ikat pinggang.
Dikutip dari Kompas.com (15/9/2020), Rektor Unesa Nurhasan menjelaskan, itu merupakan bagian dari Pengenalan Kehidupan Mahasiswa Baru di salah satu fakultas yang digelar secara daring. Dia menyatakan, kejadian itu akibat kesalahan dalam koordinasi kegiatan. Dia pun menjadikan insiden itu sebagai evaluasi untuk perbaikan ke depan.
Lutfi Harjanto, mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung, berpendapat, ospek virtual semestinya menjadi langkah awal yang bagus buat para senior merevolusi sistem ospek yang udah ketinggalan zaman. Ospek yang terlalu mengedepankan bentakan dan senioritas sudah tak relevan lagi.
”Seharusnya sekarang lebih mengedepankan kolaborasi, entah sesama mahasiswa atau antar-angkatan atas angkatan bawah, dan pokoknya senioritas itu harusnya enggak sekental dulu,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta, Rabu (16/9/2020).
Paling tidak, dia melanjutkan, unsur senioritas dalam ospek bisa dikurangi agar mahasiswa baru tidak kepikiran untuk membalas dendam kepada angkatan di bawahnya. ”Senioritas itu menciptakan ketegangan antar-angkatan dan jatuhnya malah ga ada sense of collaboration. Mabanya takut banget sama senior dan seniornya semena-mena banget sama maba,” ujarnya.
Mahasiswa baru Universitas Katolik Indonesia Atmajaya, Jakara, Fellisitas Yessy, menambahkan, ospek masih sangat relevan selama membantu mahasiswa mengenal dan beradaptasi dengan dunia kampus. Dia sudah mengikuti beberapa sesi ospek di kampus. Ospek tersebut membuatnya memiliki bayangan seperti apa perkuliahan berjalan.
Ada beberapa tugas yang diberikan untuk membantu mahasiswa baru beradaptasi dan mengenal teman sekitar. ”Menurutku, ospek masih sangat relevan kalau diisi dengan kegiatan positif yang memang bertujuan membantu maba untuk adaptasi dan mengenal kampus baru, bukan sekadar jadi ajang galak-galakan kating, seperti kasus Unesa itu. He-he-he,” katanya.
Mahasiswa semester lima Universitas Negeri jakarta, Hana Nabilah (20), menjelaskan, ospek menjadi ajang untuk mengenal teman dan kehidupan di kampus. Bagi lulusan SMA, lanjutnya, pasti akan banyak hal yang mesti ditanyakan terkait dengan proses kuliah. Ospek pun membuka ruang perjumpaan dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM).
Hana masuk ke UNJ tahun 2018. Di sini dia berkenalan dengan UKM yang khusus mengajar anak kecil. Pada tahun pertama dia sempat aktif dan mendapat banyak pengalaman di organisasi itu. Dia pun berkenalan dengan mahasiswa dari luar jurusan. ”Tapi, ospeknya juga jangan mencolok dan marah-marah seperti yang sedang ramai di media sosial itu,” ujarnya.
Pengamat pendidikan Darmaningtyas menjelaskan, ada perbedaan cara belajar di sekolah dengan di perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan dosen tidak selalu harus mendiktekan pelajaran dari a sampai z. Pergeseran pola belajar ini harus diberitahukan kepada mahasiswa baru agar tidak kaget.
Melalui ospek, pengenalan tata kehidupan kampus ini harus menjadi materi dominan. Ini, misalnya, memberi gambaran cara belajar efektif, cara menyiapkan materi skripsi sejak dini agar penyusunan skripsi bisa berjalan cepat, hingga cara membangun relasi di kampus. Pengenalan kegiatan ekstrakurikuler pun akan membuat kehidupan di kampus lebih bermakna.
Oleh sebab itu, dia mengkritisi kegiatan ospek yang tidak substansial. Dengan alasan untuk pendisiplinan mahasiswa baru sekalipun, lanjut Darmaningtyas, ospek tidak bisa menggunakan format yang semena-mena.
Itu karena disiplin tidak muncul dari kegiatan yang hanya berlangsung beberapa hari itu. Disiplin berangkat dari proses day to day di kehidupan kampus. Dimulai dari disiplin dosen saat datang mengajar hingga konsistensi mahasiswa dalam mengumpulkan tugas.