Simulasi Pembelajaran Tatap Muka SMA di NTB Mulai Dilaksanakan
Simulasi pembelajaran tatap muka mulai dilaksanakan di sejumlah SMAN, SMKN, dan SLBN di NTB. Simulasi bertujuan menyiapkan siswa jika nantinya pembelajaran secara langsung di kelas sudah bisa dilakukan kembali.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Setelah lebih dari enam bulan mengikuti pembelajaran jarak jauh, siswa sejumlah sekolah menengah atas negeri, sekolah menengah kejuruan negeri, dan sekolah luar biasa negeri di Nusa Tenggara Barat, Senin (14/9/2020) mulai mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka. Simulasi akan berlangsung selama tiga minggu ke depan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Aidy Furqan saat meninjau pelaksanaan simulasi di SMKN 2 Mataram mengatakan, simulasi bertujuan untuk mempersiapkan siswa masuk ke tatanan baru.
Menurut Aidy, setelah ada Surat Keputusan Bersama empat menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, zona kuning dan zona merah sudah boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka.
”NTB (zona oranye) sekarang sedang menuju zona kuning. Sehingga perlu ada simulasi agar tidak kaget. Kalau kaget, bisa kembali ke kondisi yang tidak terkendali sehingga jadi masalah,” kata Aidy.
Pelaksanaan simulasi harus mematuhi ketentuan pada SKB empat menteri tersebut. Sekolah bisa menggunakan sistem, antara lain, sif, blok, atau sliding sesuai dengan kondisi masing-masing.
Selain itu, durasi waktu simulasi per sif maksimal empat jam pelajaran. Jumlah peserta didik yang boleh mengikuti simulasi dalam satu sif50 persen dari siswa setiap sekolah. Pengaturan kelas diisi maksimal 18 orang.
Termasuk pemeriksaan masker. Kalau tidak bawa, kami beri masker. Setelah itu, sebelum masuk kelas, diarahkan cuci tangan. (Ilhamudin)
Selama simulasi, protokol kesehatan juga harus dilaksanakan. Misalnya menggunakan masker. Warga sekolah yang tidak menggunakan masker wajib dipulangkan dan dikenai denda sesuai dengan Peraturan Daerah Nomo 7 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Penyakit Menular.
Baca juga : Simulasi Sekolah Tatap Muka Dijalankan
Selain itu, selama simulasi, kantin tidak boleh dibuka dan sekolah tidak boleh mengadakan kegiatan olahraga. Juga dilaksanakan atas izin komite sekolah dan persetujuan orangtua atau wali siswa.
”Dari dua sekolah yang kami tinjau, populasi anak yang masuk sudah sesuai standar. Perlengkapan protokol kesehatan, seperti tempat cuci tangan, penyanitasi tangan, masker, sudah terpenuhi. Pengaturan tempat duduk juga sudah oke,” kata Aidy.
Tidak dapat izin orangtua
Menurut Aidy, memang tidak semua siswa bisa masuk. Itu karena mereka tidak mendapat izin dari orangtua. ”Kekhawatiran orangtua tentu karena banyak faktor. Tetapi mereka juga harus bisa menjamin layanan belajar dari rumah tetap berjalan,” kata Aidy.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi yang ikut memantau jalannya simulasi mengatakan, pelaksanaan simulasi yang akan berlangsung hingga 3 Oktober 2020 akan dievaluasi.
”Evaluasi tidak hanya proses belajar mengajar. Tetapi juga fasilitas lain. Termasuk area pakir, kantin, dan lainnya yang berpotensi menghadirkan kerumunan,” kata Gita.
Terkait pelaksanaan simulasi di Madrasah Aliyah dan sederajat, kata Gita, itu menjadi kewenangan Kementerian Agama.
Pantauan Kompas di SMAN 1 Mataram, salah satu dari tujuh sekolah yang melaksanakan simulasi di Kota Mataram, protokol kesehatan diterapkan secara ketat.
Menurut Wakil Kepala SMAN 1 Bidang Hubungan Masyarakat Ilhamudin Aminullah, sejak tiba, mereka langsung mengecek suhu tubuh siswa. ”Termasuk pemeriksaan masker. Kalau tidak bawa, kami beri masker. Setelah itu, sebelum masuk kelas, diarahkan cuci tangan,” kata Ilhamudin.
Saat pembelajaran, jarak tempat duduk juga diatur. Guru juga hanya berada di kelas selama 20 menit. Selama di kelas, guru juga wajib menggunakan masker, termasuk pelindung wajah.
”Kami juga tidak kasih tugas dalam bentuk kertas. Semua lewat Whatsapp,” kata Gusti Ayu Meri Ariani, salah satu guru di SMAN 1 Mataram.
Wakil Kepala SMAN 1 Mataram Bidang Kurikulum Burhanuddin menambahkan, karena lebih ditekankan pada pembiasaan tatanan baru, materi yang disampaikan esensial atau perlu saja. Termasuk tambahan materi tentang penerapan protokol kesehatan.
”Selesai pembelajaran, mereka harus cuci tangan dulu. Saat pulang, tidak semua langsung diperbolehkan keluar. Tetapi hanya yang sudah datang jemputannya,” kata Burhanuddin.