Memiliki pengetahuan dan keahlian spesifik tidak cukup untuk memenangkan pasar kerja sekarang dan masa depan. Individu harus memiliki kecerdasan emosional dan intelektual.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar tenaga kerja sekarang dan masa depan menuntut individu memiliki pengetahuan dan keahlian spesifik, kecerdasan emosional, dan intelektual. Ketiganya harus berjalan seimbang.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, ketiganya bisa dilatih baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Dia memandang, sejumlah orang kesusahan menyeimbangkan ketiganya. Misalnya, ada pekerja memiliki tingkat pengetahuan dan keahlian spesifik bagus, tetapi mereka sering kali tidak terbuka terhadap kritik dan cemas terhadap keberhasilan orang lain.
”Padahal, hal terpenting adalah individu selalu memiliki pola pikir untuk terus bertumbuh, mau belajar, dan daya tahan,” ujar Rhenald saat menghadiri The 20th Kanisius Education Fair, Sabtu (12/9/2020), di Jakarta.
Rhenald berpendapat, pesatnya perkembangan teknologi informasi komunikasi memengaruhi permintaan keterampilan baru di pasar kerja. Datangnya pandemi Covid-19 juga berpengaruh penting.
Rata-rata negara di dunia berupaya melipatgandakan produktivitas energi terbarukan. Kebanyakan negara sekarang juga berlomba-lomba berinovasi teknologi dan mencari cara yang tidak merusak alam.
Kantor yang tadinya di pusat-pusat perkantoran bergeser ke rumah-rumah. Inovasi bergeser dari laboratorium di kantor menuju di rumah.
Pertanian menggeliat kembali. Akan tetapi, cara bertani berubah. Kebanyakan warga kini berlomba-lomba memanfaatkan lahan sempit mereka di rumah untuk bertani.
”Perubahan akan selalu terjadi. Lulusan semestinya selalu punya pola pikir terus bertumbuh. Apa pun program studi atau bidang ilmu yang Anda pilih, saya harap lakukan terbaik. Jangan lupa ambil waktu mempelajari keterampilan-keterampilan berkaitan dengan teknologi digital,” kata Rhenald yang juga pendiri Rumah Perubahan.
Saat bersamaan, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Smart Learning and Character Centre Eko Indrajit mengatakan, teknologi informasi komunikasi sekarang dipakai di semua bidang kehidupan. Seluruh pekerjaan sekarang dan masa depan menuntut inter ataupun multidisiplin ilmu.
Peran guru akhirnya menjadi arsitek dan pembimbing selama proses pembelajaran. Siswa tinggal mencari sumber bahan belajar yang melimpah ruah di internet.
Meski demikian, Eko berharap siswa tidak perlu gundah memikirkan pekerjaan masa depan. Kepada siswa khususnya, dia berpesan agar siswa selalu fokus pada bidang ilmu dan hasrat mereka.
”Kunci sukses adalah saat anda suka, mendalami, dan menguasai bidang ilmu. Lalu, Anda berani mengeksplorasi diri sampai batas kapasitas atau istilah kerennya adalah push your limit,” ujarnya.
Jawab kebutuhan
Eko menilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kebijakan Merdeka Belajar sudah tepat. Kebijakan ini sejalan dengan tren pekerjaan masa depan sekaligus menjawab heterogenitas kebutuhan pendidikan di Indonesia.
Seluruh institusi pendidikan di seluruh dunia pun sedang berevolusi menjawab perubahan yang dipicu oleh teknologi informasi komunikasi. Evolusi mereka mencakup mulai dari sistem sampai paradigma pendidikan.
”Saya tekankan kembali agar kalian (siswa) tidak perlu khawatir. Tetap fokus menekuni bidang ilmu yang disukai, tetapi tidak lupa eksplorasi diri. Lalu, kalian selalu membantu sesama sehingga diri kalian bahagia,” kata Eko yang juga alumni SMA Kolese Kanisius.
Kepala SMA Kolese Kanisius Eduard C Ratu Dopo SJ mengatakan, selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ), sekolah tetap berupaya mempertahankan filosofi pelayanan pendidikan khas Kolese Kanisius. Nilai yang dia maksud adalah mengedepankan kompetensi dengan tidak melupakan hati nurani dan mengembangkan bela rasa terhadap sesama dengan penuh kesungguhan.
”Kami tetap menerapkan pelayanan pendidikan secara holistik. Penguatan literasi di segala bidang. Siswa belajar sesuai hasrat mereka atau semangat merdeka belajar,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pameran pendidikan Kanisius telah diselenggarakan sejak tahun 2000. Setiap tahunnya diikuti sejumlah perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Kedutaan besar dari sepuluh negara tidak pernah absen berpartisipasi, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda.
The 20th Kanisius Education Fair diikuti oleh perguruan tinggi dari 19 negara, termasuk Indonesia. Target acara adalah memperkenalkan siswa Kolese Kanisius terhadap dunia pendidikan tinggi. Sebaliknya, kampus-kampus itu juga bisa mengenal pelayanan pendidikan yang diselenggarakan SMA Kolese Kanisius.
”Setiap tahun, rata-rata 35 persen lulusan diterima di perguruan tinggi di luar negeri dan 65 persen di perguruan tinggi dalam negeri,” katanya.