Jaga Pertumbuhan Anak Selama Pandemi Melalui Permainan dan Aktivitas Fisik
Permainan dan aktivitas fisik dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan anak selama pandemi Covid-19. Bermain sama dengan menstimulasi semua aspek perkembangan anak. Orangtua berperan besar dalam hal ini.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI mendorong orangtua untuk tetap memantau pertumbuhan anak selama pandemi. Salah satu caranya adalah dengan mengajak anak bermain dan beraktivitas fisik setiap hari.
Dokter spesialis anak, I Gusti Ayu Trisna Windiani, mengatakan, bermain sama dengan menstimulasi semua aspek perkembangan anak. Bermain punya beberapa manfaat, seperti mengoptimalkan pertumbuhan fisik, mengajarkan anak mengontrol diri dan emosi, mengajarkan cara berinteraksi, mengembangkan keterampilan, meningkatkan kreativitas, dan membuang energi berlebih pada anak.
”Bermain menstimulasi beragam aspek perkembangan anak, antara lain sensorik, motorik, kognitif, moral dan spiritual, serta sosial dan emosional. Bermain bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, misalnya sambil memandikan anak atau berkebun,” kata Trisna pada pertemuan virtual yang diselenggarakan oleh IDAI, Jumat (4/9/2020).
Di sisi lain, kini anak sulit bermain dengan bebas karena pandemi Covid-19. Mereka terpaksa menghabiskan waktu di rumah. Bermain gawai pun jadi pilihan anak untuk menghabisan waktu. Mereka jadi jarang bergerak. Padahal, anak perlu bergerak aktif untuk mendukung pertumbuhannya.
Trisna menyarankan orangtua untuk menyeimbangkan waktu luang, waktu istirahat, dan waktu beraktivitas fisik untuk anak. Menurut rekomendasi IDAI, anak berusia kurang dari setahun dapat diajak bermain interaktif di atas lantai beberapa kali sehari. Anak di kelompok usia ini tidak disarankan memperoleh screen time (waktu untuk menggunakan gawai).
Anak berusia 1-3 tahun disarankan beraktivitas fisik minimal 180 menit per hari. Aktivitas fisik dapat dilakukan sambil bermain sepanjang hari. Adapun anak usia 1-2 tahun tidak dianjurkan mendapat screen time, sedangkan anak 2-3 tahun boleh mendapat screen time maksimal 1 jam.
Orangtua kadang lupa bahwa anak bisa sedih dan stres. Jadilah teman bagi mereka untuk menghadapi ini.
Anak di kelompok umur 3-6 tahun dapat beraktivitas fisik setidaknya 180 menit per hari, 60 menit di antaranya merupakan aktivitas sedang hingga berat. Waktu bermain gawai bagi mereka tidak boleh lebih dari sejam. Semakin sedikit waktu memainkan gawai akan semakin baik.
Kelompok usia 6-12 tahun memperoleh screen time paling lama 90 menit. Mereka ada di usia yang tepat untuk diajari tentang manajemen waktu. Orangtua dapat memberi kesempatan ke anak untuk mengatur waktu sendiri secara bertahap.
Sementara itu, anak berusia 12-18 tahun screen time yang dianjurkan tidak lebih dari 2 jam. Anak di kelompok usia ini dianggap sudah mengerti konsep keseimbangan waktu. Mereka dapat diajak berdiskusi untuk menyiasati aturan screen time selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih berlangsung.
Ketua Satuan Tugas Remaja Bernie Endyarni Medise mengatakan, orangtua perlu mendampingi anak yang mengalami perubahan emosi selama pandemi, khususnya remaja (anak berusia 10-18 tahun). ”Orangtua kadang lupa bahwa anak bisa sedih dan stres. Jadilah teman bagi mereka untuk menghadapi ini,” kata Bernie.
Ia menyarankan agar orangtua dan remaja membuat rutinitas harian bersama. Rutinitas itu bersifat fleksibel dan mencakup aktivitas luar ruangan, seperti bermain di halaman rumah. Orangtua juga perlu memberi privasi bagi remaja.
Dokter spesialis kedokteran olahraga, Listya Tresnanti, mendorong agar anak dan remaja tidak berhenti beraktivitas fisik selama pandemi. Kurangnya aktivitas fisik membuat anak rentan mengalami obesitas. Selain itu, kesehatan dan kebugaran tubuh pun dapat menurun.
”Kurang gerak merupakan salah satu faktor risiko penyakit. Akibat kurang gerak, seseorang berpeluang menderita penyakit diabetes melitus tipe II sebesar 27 persen, penyakit kardiovaskuler 30 persen, serta kanker kolon dan payudara 21-25 persen,” kata Listya.
Ia merekomendasikan agar anak berlatih fisik sedikitnya 60 menit per hari. Latihan fisik yang disarankan mengandung unsur aerobik (untuk meningkatkan denyut jantung dan mempercepat laju napas), penguatan otot, dan penguatan tulang.
”Latihan fisik tidak hanya memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Ini juga bisa mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Olah fisik juga berdampak positif terhadap konsentrasi dan daya ingat,” kata Listya.