Layanan Jak Wi-Fi di sejumlah permukiman di Jakarta membantu warga yang harus mengikuti pembelajaran jarak jauh. Wi-Fi gratis ini membantu menekan pengeluaran membeli kuota data. Hanya saja, layanan ini belum merata.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bagi beberapa pelajar, layanan Wi-Fi gratis di DKI Jakarta sangat membantu untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh. Di sisi lain, masih banyak warga yang ternyata belum mengoptimalkan layanan ini.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan layanan Wi-Fi gratis di 4.956 titik di Jakarta sejak Jumat (28/8/2020). Layanan bertajuk Jak Wi-Fi ”Internet untuk Semua” ini diluncurkan salah satunya untuk mendukung para siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Salah satu titik yang memberikan layanan Wi-Fi gratis ini adalah balai warga RW 002 Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat. Kamis (3/9/2020) siang, sejumlah siswa dari jenjang SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi, berdatangan ke balai warga ini.
Phila Delphia (15), siswa kelas X SMK PGRI 4 Jakarta, mengatakan, hampir setiap hari datang ke balai warga RW 002 untuk mengikuti PJJ. Itu ia lakukan untuk menghemat pengeluaran paket data. Maklum, selama ini, ia hanya mendapatkan jatah paket data internet 3 gigabita dari ibunya. Paket data diberikan untuk sebulan.
”Selama PJJ, kadang enggak sampai sebulan (paket datanya) sudah habis. Kadang sebulan harus beli dua kali,” katanya saat ditemui di balai warga RW 002.
Di sisi lain, di balai warga RW 002, Phila tidak lagi belajar sendiri. Di sana ia bisa belajar bersama teman-teman satu kelasnya sehingga bisa saling berdiskusi untuk menjawab soal. Hal ini menurut dia penting untuk menumbuhkan semangat belajar.
Layanan Wi-Fi gratis juga menarik minat Dicky Restu Maulana (18), calon mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk datang ke balai warga RW 002 Galur. Ia memanfaatkan Wi-Fi gratis itu untuk menonton video dan webinar dari kampus. Tayangan itu merupakan bagian dari persiapan masuk kuliah.
”Lumayan videonya resolusi tinggi dan hampir 2 jam. Kalau pakai paket data, boros banget. Makanya, ke sini,” katanya.
Selama PJJ, kadang enggak sampai sebulan (paket datanya) sudah habis. Kadang sebulan harus beli dua kali.
Menurut Ketua RW 002 Galur, Sunarsa, sebelum ada program Jak Wi-Fi, pengurus RW sudah lebih dulu memasang Wi-Fi gratis di balai warga sejak 10 Agustus 2020. Fasilitas Wi-Fi tersebut diberikan dengan memanfaatkan dana operasional RW.
”Warga di sini banyak yang mengeluhkan pengeluaran paket data buat PJJ. Akhirnya, kami inisiatif pasang Wi-Fi. Sekarang, kami jadi punya dua layanan Wi-Fi,” katanya.
Selain itu, pengurus RW juga membuat bilik pembatas secara mendiri menggunakan plastik dan pipa sebagai kerangkanya. Tujuh bilik pembatas tersebut diletakkan di atas meja-meja ruangan berukuran 10 x 8 meter persegi tersebut sebagai sekat antarsiswa.
Awalnya, hanya ada lima siswa yang datang ke balai warga RW 002 untuk mengakses Wi-Fi gratis. Selanjutnya, dari hari ke hari, jumlahnya terus bertambah. Puncaknya adalah sehari sebelum acara peresmian layanan Jak Wi-Fi pada 28 Agustus 2020. Setidaknya, ada 27 siswa yang berdatangan ke balai warga.
”Akhirnya, saya minta anak-anak yang enggak kebagian tempat datang pukul 10.00. Jadi, mereka menunggu anak-anak yang di dalam selesai baru masuk ke balai. Mereka rela nunggu di depan balai,” ungkapnya.
Situasi tersebut kontras dengan layanan Jak Wi-Fi di Kelurahan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat. Setidaknya ada dua titik yang sudah dipasangi Wi-Fi gratis, yakni kantor kelurahan dan pos RW 005. Jarak keduanya lebih kurang hanya 50 meter.
Akan tetapi, pada Kamis pagi, tak ada satupun siswa yang memanfaatkan layanan Wi-Fi gratis tersebut untuk PJJ. Di pos RW 005, hanya terlihat dua anak yang sedang bermain gawai. Lewat gawai yang tersambung ke Jak Wi-Fi, kedua anak itu menonton Youtube.
”Sudah selesai tadi belajarnya di rumah pakai paket data. Sekarang ke sini buat nonton Youtube karena kata ibu paket datanya sudah mau habis,” kata Nauval (7), siswa kelas II SD Negeri Duri Pulo 07, sambil duduk di depan pos RW.
Sekitar 5 meter dari tempat Nauval, juga ada Attar (6) yang asyik menonton Youtube. Siswa kelas I SD Duri Pulo 07 pagi tersebut selalu mengerjakan tugas di rumahnya yang berjarak sekitar 10 meter dari pos RW. Ia mengerjakan tugas menggunakan paket data.
Lurah Duri Selatan Ghufri Fatchani mengatakan, fasilitas Jak Wi-Fi memang diprioritaskan untuk anak-anak yang sedang mengikuti PJJ. Untuk itu, layanan Wi-Fi dilengkapi dengan password. Hanya anak-anak yang membutuhkan saja yang bisa mengakses.
”Pos RW 005 sebenarnya tidak representatif untuk dipasang Wi-Fi karena halamannya sempit. Namun, kemudian tetap dipasang di situ karena di situ yang padat penduduknya,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Saat ini, ia sedang menyiapkan fasilitas tempat duduk bagi para pelajar yang ingin menggunakan layanan Wi-Fi gratis di aula kantor kelurahan. Hanya saja, aula tersebut kini sedang digunakan sebagai tempat penyimpanan bantuan sosial untuk korban kebakaran.
”Warga di sini mungkin 50 persen yang kesulitan membeli paket data untuk PJJ. Untuk itu, kami ingin mencoba membantu,” katanya.
Di saat layanan Wi-Fi gratis belum dimanfaatkan secara optimal di sejumlah titik, beberapa warga di kampung lain justru kini sangat membutuhkan layanan ini.
Ikhsan (16), warga RT 016 RW 008 Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, misalnya. Setiap pekan, ia harus membayar tetangganya agar bisa ikut mengakses Wi-Fi milik tetangganya itu. Wi-Fi tersebut ia gunakan untuk mengikuti PJJ. ”Bayar Rp 12.000 ke tetangga biar ikut pakai Wi-Fi. Lumayan bisa pakai seharian tanpa batas,” kata siswa kelas X SMK Negeri 35 Jakarta ini.
Selama ini, bibi Ikhsan yang selalu membayar Wi-Fi tersebut, masing-masing untuk Ikhsan dan adiknya. Sebab, Ikhsan dan adiknya merupakan anak yatim.
Hingga saat ini, Ikhsan mengaku belum pernah mendengar kabar tentang layanan Wi-Fi gratis di kampungnya. Apabila nantinya Wi-Fi tersebut tersedia di dekat rumahnya, ia mengaku tidak akan menyia-nyiakannya.