Pemerintah Kota Surabaya gencar melakukan upaya, termasuk tes usap terhadap guru SD dan SMP, sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya gencar melakukan upaya, termasuk tes usap terhadap guru SD dan SMP, sebagai salah satu cara memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Setelah hampir satu bulan Dinas Kesehatan Surabaya melakukan tes usap dan menemukan 393 guru yang terkonfirmasi positif Covid-19, saat ini jumlah guru yang terpapar tinggal empat orang.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, berdasarkan data terbaru per Kamis (3/10/2020), data kumulatif guru yang telah diuji usap sebanyak 4.460 orang. Dari jumlah tersebut, hasil yang sudah keluar berjumlah 3.686 orang. Rinciannya adalah pasien terkonfirmasi ada 394 orang dan negatif berjumlah 3.280 orang.
Jangan lagi ngobrol tanpa mengenakan masker. Jangan sampai itu terjadi karena tidak ada yang tahu virus korona ada di mana.
”Sekarang, guru yang terkonfirmasi hanya tinggal empat orang. Mereka dari Kecamatan Wonocolo dan saat ini menjalani karantina di Hotel Asrama Haji,” kata Febria di dapur umum, Balai Kota Surabaya.
Dia menjelaskan, pasien-pasien yang terpapar tersebut sebagian besar statusnya sebagai orang tanpa gejala (OTG) dan tidak memiliki komorbid (penyakit penyerta). Maka, dapat dipastikan proses kesembuhan mereka bisa berlangsung cepat, bahkan tak sampai dua pekan.
Proses penyembuhan para guru tersebut tidak berbeda dengan yang dilakukan pasien lain. Untuk itu, tes usap terus berlangsung untuk memastikan seluruh guru SD dan SMP di Surabaya bebas dari virus korona.
Tidak hanya itu, Febria mengungkapkan, salah satu strategi agar pasien yang terpapar dapat lekas pulih adalah dengan cara masif melakukan deteksi dini. Jadi, ketika diketahui hasil tes usap tenggorokan terkonfirmasi positif, dinkes langsung bergerak cepat untuk melakukan penanganan. Pemeriksaan masif dilakukan dari awal deteksi sehingga terapi cepat agar pasien banyak yang sembuh.
Febria menambahkan, guru yang memiliki komorbid (penyakit penyerta), diwajibkan untuk ekstra menjaga kondisinya agar tidak kambuh. Misalnya, penyakit diabetes wajib mengonsumsi obat-obat yang dianjurkan agar diabetesnya terkendali. ”Jadi, seperti diabetes, tidak mungkin sembuh, tetapi segala upaya bisa dilakukan agar diabetes terkendali,” ucapnya.
Jangan makan bersama
Untuk itu, dihimbau kepada para guru agar memperketat dalam menjaga protokol, terutama menjaga jarak, mengenakan masker, dan rajin cuci tangan, olahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat dan berjemur sebelum pukul 09.00 WIB. Jika kelak para guru datang ke sekolah, mereka dilarang makan bersama dan saling bertukar makanan yang telah disentuh.
”Jangan lagi mengobrol tanpa mengenakan masker. Jangan sampai itu terjadi karena tidak ada yang tahu virus korona ada di mana,” katanya. Hingga Rabu (2/9/2020), jumlah pasien kumulatif yang dinyatakan sembuh di Kota Surabaya mencapai 9.989 orang.
Angka itu merupakan bagian dari jumlah kumulatif pasien konfirmasi sebanyak 12.436 orang. Adapun pasien yang dalam perawatan berjumlah 1.501 orang, terdiri dari rawat jalan 692 orang, rawat inap rumah sakit 569 orang, Hotel Asrama Haji 163 orang, dan RS lapangan 77 orang.
Sementara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan, Pemkot Surabaya gencar melakukan tes usap massal kepada para guru SD dan SMP. Cara ini untuk menjamin kesehatan di sekolah. ”Jadi, tes swab untuk para guru akan terus dilakukan. Meskipun banyak guru ditemukan positif, tren kesembuhan di Surabaya juga sangat banyak, yang sembuh lebih besar daripada yang sakit, setiap hari sekarang seperti itu,” tutur Risma.
Menurut Risma, yang saat ini terus dilakukan adalah memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan mengobati yang sakit. Bahkan, dia mengaku tidak terlalu mengurusi mutasi virusnya. ”Fokus saya, ya, memutus mata rantai penyebarannya dan mengobati yang sudah sakit,” ujarnya.