Gerakan Seniman Masuk Sekolah Kembali Diselenggarakan
Sejak 2017, Direktorat Jenderal Kebudayaan merealisasikan Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Lebih dari 4.000 seniman berpartisipasi dalam gerakan tersebut untuk mengajar seni budaya di sekolah dasar sampai menengah.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menggelar Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Sebanyak 210 seniman akan mengajar 4.200 siswa di 210 satuan pendidikan jenjang sekolah dasar sampai menengah. Keterlibatan para seniman diharapkan menjawab solusi terhadap minimnya guru seni budaya.
Ratusan seniman itu berasal dari 16 kabupaten/kota di Indonesia, antara lain Pati (Jawa Tengah), Pandeglang (Banten), dan Padang Pariaman (Sumatera Barat). Mereka akan mengajar di kabupaten/kota yang sama.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid, Rabu (2/9/2020), di Jakarta menjelaskan, upaya tersebut menjadi bagian dari Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang telah berjalan sejak tahun 2017. Lewat GSMS, siswa mendapatkan pengajaran seni budaya langsung dari seniman.
Kami mengakui jumlah guru yang mengajar seni budaya terbatas. Kebanyakan pengajar malah berlatar belakang bidang lain alias merangkap. (Hilmar Farid)
GSMS bukan bertujuan mendidik siswa menjadi seniman, melainkan meningkatkan cara mengekspresikan diri dan melatih karakter baik. ”Kami mengakui jumlah guru yang mengajar seni budaya terbatas. Kebanyakan pengajar malah berlatar belakang bidang lain alias merangkap,” ujarnya.
Kepala Seksi Kesenian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman Ani Novalia menuturkan, di daerahnya, guru kesenian tidak mempunyai pendidikan khusus seni. Mereka umumnya memiliki hasrat seni budaya, tetapi sehari-hari mengajar mata pelajaran lain.
Kabupaten Padang Pariaman sudah beberapa kali berpartisipasi di GSMS. Setiap tahun, kepala sekolah selalu antusias mengajukan ke dinas karena merasa diuntungkan dengan hadirnya GSMS.
Untuk tahun 2020, dinas memutuskan memilih 62 sekolah menengah pertama untuk menjadi lokasi penyelenggaraan GSMS. Dinas mengutamakan sekolah yang berlokasi di daerah pelosok.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pati Paryanto mengatakan, Pati mengikuti GSMS sejak gerakan ini digulirkan tahun 2017. Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran khusus untuk mendukung GSMS. Ketika pandemi Covid-19 menghadang, pemerintah daerah memutuskan tetap mempertahankan anggaran untuk GSMS.
”Ada alokasi anggaran lainnya mengalami pemfokusan. Kami peduli terhadap seni tradisi di Pati yang kini hampir punah. Seni tradisi memuat pesan moral dan pendidikan karakter amat penting bagi tumbuh kembang anak,” ujar Paryanto.
Hilmar mengatakan, sejak tahun 2017, skala implementasi GSMS baru mencakup tingkat kabupaten/kota. Alasannya, alokasi anggaran pelaksanaan dijalankan dengan konsep berbagi antara Kemendikbud dan pemerintah daerah. Dia berharap GSMS bisa terus berkembang menjadi skala nasional. Oleh karena itu, dia meminta masukan berbagai pihak, seperti seniman, sekolah, serta dinas pendidikan dan kebudayaan, mengenai penajaman pengembangan GSMS.
Kabupaten/kota berkurang
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Restu Gunawan mengatakan, GSMS tahun 2020 semula akan diikuti 64 kabupaten/kota. Akan tetapi, pandemi Covid-19 menyebabkan pemerintah kabupaten/kota melakukan pemfokusan kembali anggaran sehingga hanya 16 kabupaten/kota yang berpartisipasi.
Untuk mengikuti GSMS, dinas pendidikan dan kebudayaan setempat akan menyeleksi seniman. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud hanya memberikan panduan umum, seperti kemampuan pedagogis. Sejak 2017 hingga sekarang sudah lebih dari 4.000 seniman berpartisipasi dalam gerakan ini.
Menurut dia, GSMS tahun 2020 tetap dijalankan saat pandemi Covid-19 karena pemerintah ingin tetap memberikan pembelajaran seni budaya. Keterbatasan kondisi belajar-mengajar diharapkan memicu seniman dan sekolah mencari inovasi.
Program GSMS tahun 2020 dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahap pertama diisi dengan persiapan dan penyelenggaraan bengkel kerja. Tahap kedua, pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Adapun tahap ketiga adalah presentasi hasil belajar siswa.
Penyelenggaraan bengkel kerja bagi seniman dilakukan secara training of trainee (TOT) oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan selama September 2020. TOT diharapkan bisa memunculkan seniman yang siap mengajarkan materi seni budaya.
”Seniman yang tadinya tidak berpikir memanfaatkan teknologi daring kini mau tidak mau harus mengoptimalkan. Mereka diperkenankan mengajar melalui metode daring. Di akhir pengajaran, siswa boleh menampilkan karya seni budaya juga melalui metode daring,” kata Restu.
Restu menambahkan, tujuan akhir GSMS, selain memberikan pengajaran ke sekolah, adalah merangsang aktivitas dan pelestarian seni budaya lokal. Misalnya, sanggar-sanggar seni budaya bergairah. Produk seni budaya pun bisa dipakai menyokong kegiatan pariwisata lokal. ”Keberadaan dana bantuan operasional sekolah sebenarnya bisa dipakai untuk melibatkan seniman untuk mengajar seni,” ujarnya.
Seniman teater asal Pati, R Beni Brata, memandang sekolah bisa menjadi ruang pelestarian seni budaya tradisi. Kehadiran seniman berfungsi membantu sekolah mengkreasikan bentuk-bentuk pelestarian seni budaya.