Sebanyak 393 guru di Surabaya terkonfirmasi positif Covid-19 dari hasil tes usap massal yang dilaksanakan dalam sebulan terakhir. Tes massal masih terus dilakukan, tak hanya kepada guru, tetapi juga siswa dan orangtua.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 393 guru di Surabaya terkonfirmasi positif Covid-19 dari hasil tes usap massal yang dilaksanakan selama sebulan terakhir. Tes massal masih terus dilakukan, tidak hanya kepada guru, tetapi juga siswa dan orangtua siswa sebagai persiapan pelaksanaan kembali pembelajaran tatap muka.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Selasa (1/9/2020), mengatakan, tes massal terhadap guru sekolah negeri dan swasta jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, serta sekolah menengah atas sudah berlangsung sejak awal Agustus 2020.
Tes itu dilakukan sebagai bagian dari persiapan pelaksanaan kembali pembelajaran tatap muka. ”Tes massal pada guru langsung menggunakan metode tes usap, bukan tes cepat,” katanya.
Karena banyak ditemukan kasus positif Covid-19 pada guru, tes diperluas ke siswa dan orangtua siswa agar bisa memastikan semua orang yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak ada yang terpapar dan menularkan ke orang lain ketika sekolah kembali dibuka. (Tri Rismaharini)
Dari 3.882 guru yang sudah melaksanakan tes usap, sebanyak 393 orang terkonfirmasi positif. Temuan kasus positif pada guru diperkirakan masih bertambah karena baru sekitar 45 persen guru yang mengikuti tes. Tes usap itu dilaksanakan secara berkala di laboratorium kesehatan daerah setiap pekan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, sejak 18 Agustus 2020 semua guru diminta bekerja dari rumah. Kebijakan ini dibuat untuk memutus penularan di kalangan guru karena potensi penularan cukup tinggi apabila mereka mengajar siswa secara daring di sekolah.
Keputusan untuk bekerja di rumah bagi guru tertulis dalam surat edaran nomor 800/7311/436.8.3/2020. Ada tiga poin utama dalam surat tersebut. Pertama, perintah bagi seluruh pegawai sekolah, guru, dan tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugas kedinasan di rumah. Kedua, melarang kegiatan di sekolah. Ketiga, mengatur jadwal piket pegawai selama masa pelaksanaan tugas kedinasan di rumah.
Dari hasil evaluasi sementara pada tes massal guru, Risma kemudian meminta tes massal diperluas. Selain guru, semua orang yang beraktivitas di sekolah harus dites. Nantinya, siswa dan orangtua siswa juga akan dites sebelum kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka.
”Karena banyak ditemukan kasus positif Covid-19 pada guru, tes diperluas ke siswa dan orangtua siswa agar bisa memastikan semua orang yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak ada yang terpapar dan menularkan ke orang lain ketika sekolah kembali dibuka,” katanya.
Terkendali
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo mengatakan, pembelajaran tatap muka baru akan dilaksanakan jika Covid-19 sudah terkendali. Salah satunya mengacu pada aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengizinkan pembelajaran tatap muka di daerah zona kuning. Selain itu, seluruh guru, siswa, dan orangtua siswa juga harus sudah mengikuti tes massal. ”Keselamatan siswa menjadi yang paling utama,” katanya.
Beberapa waktu lalu, menurut Supomo, pihaknya telah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka tanpa melibatkan siswa. Uji coba hanya diikuti guru tanpa melibatkan siswa untuk mengantisipasi berbagai hal yang kemungkinan terjadi pada saat pembelajaran tatap muka.
Mereka mengevaluasi berbagai kegiatan untuk memastikan siswa tetap menaati protokol kesehatan jika suatu saat kembali mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, tes massal masih terus dilakukan di puskesmas-puskesmas. Selain untuk masyarakat umum, tes kini menyasar ibu hamil serta orang yang beraktivitas di sekolah.
”Hingga 23 Agustus 2020, Surabaya sudah melakukan tes usap pada 67.723 orang atau 5 per 1.000 penduduk, di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia yang mensyaratkan tes pada 1 per 1.000 penduduk,” kata Irvan.
Menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, tes massal sangat penting untuk menemukan kasus-kasus yang ada di bawah permukaan. Tes massal sekaligus menjadi acuan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat. ”Daerah dengan status zona kuning dan hijau perlu dipertanyakan, rendahnya temuan kasus memang karena tidak ada kasus atau karena tes yang rendah,” ujarnya.