Gus Mus: Kesampingkan Ego, Lawan Korona Bersama-sama
Menurut Gus Mus, pandemi Covid-19 merupakan peringatan besar dari Allah SWT, sekaligus pengingat bahwa seluruh manusia bersaudara. Selama ini, bahkan sesama saudara sebangsa pun kerap kali lupa akan kepentingan bersama.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menyerukan anak bangsa bersatu di tengah pandemi Covid-19. Ego dan sikap mementingkan diri sendiri mesti dikesampingkan.
Gus Mus mengatakan hal itu pada sarasehan budaya peringatan kemerdekaan RI yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Jateng, dari Kota Semarang, Sabtu (29/8/2020). Acara tersebut digelar secara virtual.
Menurut Gus Mus, pandemi Covid-19 merupakan peringatan besar dari Allah SWT, sekaligus pengingat bahwa seluruh manusia bersaudara. Selama ini, bahkan, sesama saudara sebangsa pun kerap kali lupa akan hal itu. ”Kita diingatkan Tuhan bahwa kita mempunyai kepentingan bersama,” katanya.
Sebagai saudara sebangsa, kepentingan bersama mesti diutamakan dalam kepentingan pribadi. Hal itu antara lain tecermin dari kepatuhan menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker. Sebab, pemakaian masker tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain.
”Tidak bisa ego kita yang maju dan mengatakan ’kita berani dengan korona’ atau ’kita hanya takut kepada Tuhan’, lalu ke mana-mana tanpa menggunakan protokol kesehatan. Itu kelihatannya gagah, tetapi orang beriman dan ber-Indonesia tak seperti itu. (Sebaliknya), dengan memakai masker, kita sudah menunjukkan tepa salira,” ujar Gus Mus.
Kita diingatkan Tuhan bahwa kita mempunyai kepentingan bersama. (Mustofa Bisri)
Dalam sarasehan virtual yang diikuti sejumlah siswa sekolah ataupun perwakilan dari berbagai sekolah di Jateng, Gus Mus juga membacakan puisi tentang suara ibu kepada anaknya. Dalam puisi itu juga terkandung syair tentang arti sesungguhnya dari kemerdekaan.
Keindonesiaan
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, keindonesiaan harus dijaga selama pandemi Covid-19. Segala kendala dan masalah dihadapi bersama. Namun, tantangan itu harus dijawab oleh siapa pun, profesi apa pun dengan kreatif dalam mencari solusi alternatif.
Ganjar mencontohkan kreativitas warga dalam menghadapi pandemi Covid-19 ialah dengan bergotong royong. ”Ada yang tidak dapat BST (bantuan sosial tunai), tetapi jangan marah. Kita ajak teman-teman warga untuk saling membantu, selain itu ada zakat, infak, shadaqah,” katanya.
Kepala Reksa Pastoral Kampus (Campus Ministry) Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Aloys Budi Purnomo Pr mengatakan, di tengah pandemi, ekosistem perlu ditaburi dengan kisah-kasih yang segar dan sehat, apa pun agama dan kepercayaannya.
Sementara itu, budayawan Jateng, Prie GS, mengatakan, berkah kebangsaan sering kali berdampingan dengan benalu-benalu kebangsaan yang biasanya muncul di bawah refleksi berpikir manusia. Ia mencontohkan, hal itu terlihat saat enggan mengakui kesalahan saat berkendara di jalan raya.
”Kalau tak hati-hati, benalu kebangsaan akan menjadi prototipe untuk mengapresiasi bangsa, yang kemudian memunculkan sensasi-sensasi perasaan yang agak destruktif,” kata Prie.