Kasus Covid-19 Melonjak, Pariaman Kembali Tutup Sekolah Tatap Muka
Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat, kembali menutup kegiatan sekolah tatap muka seiring terjadi lonjakan kasus positif Covid-19. Penutupan sekolah tatap muka ini merupakan yang kedua kali dilakukan Pariaman.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat, kembali menutup kegiatan sekolah tatap muka seiring terjadi lonjakan kasus positif Covid-19. Penutupan sekolah tatap muka ini merupakan yang kedua kali dilakukan Pemkot Pariaman pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pariaman Kanderi, Kamis (27/8/2020), mengatakan, penutupan kembali sekolah tatap muka dimulai Rabu (26/8). Penutupan dipicu tambahan signifikan kasus Covid-19 di Pariaman sehari sebelumnya dan dikhawatirkan merembet ke sekolah.
”Kami tutup kembali sekolah tatap muka karena banyak tambahan kasus positif Covid-19. Penutupan direncanakan sekitar dua pekan,” kata Kanderi. Meskipun direncanakan dua pekan, penutupan sekolah tatap muka bisa diperpanjang jika kondisi tidak mereda.
Pada Selasa (25/8), kasus positif Covid-19 di Pariaman bertambah 31 orang. Sebanyak 27 orang adalah personel Kepolisian Resor Pariaman dan 4 orang adalah anggota keluarga personel itu. Dari data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar menunjukkan, total kasus positif Covid-19 di Pariaman hingga Kamis mencapai 47 orang dan 6 orang di antaranya sembuh. Pariaman masih dikategorikan zona kuning.
Kanderi melanjutkan, dengan penutupan sekolah tatap muka, proses pembelajaran kembali menggunakan sistem daring. Bagi siswa yang tidak bisa mengakses internet, diberlakukan pembelajaran jarak jauh luring, yaitu siswa menjemput dan mengantarkan tugas ke sekolah.
Pariaman sebenarnya baru kembali membuka sekolah tatap muka pada 13 Agustus 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan. Pembukaan itu setelah ada kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengizinkan daerah zona kuning mengadakan sekolah tatap muka.
Sebelumnya, pada awal tahun ajaran 13 Juli 2020, Pariaman sempat mengadakan sekolah tatap muka karena berstatus zona hijau. Namun, sepekan kemudian, sekolah tatap muka dihentikan karena status Pariaman berubah menjadi zona kuning karena ada dua orang (guru dan operator) positif Covid-19 di salah satu madrasah tsanawiyah.
Secara terpisah, Kepala SMP 9 Pariaman Irzal mengatakan, sekolah telah menghentikan pembelajaran tatap muka pada Rabu. Pembelajaran jarak jauh kembali diterapkan, baik secara daring maupun luring. ”Baru sekitar 40 persen siswa kami yang bisa mengakses internet,” kata Irzal.
Irzal menjelaskan, pada pembelajaran daring, guru memberikan tugas kepada siswa melalui grup Whatspp, kemudian siswa mengumpulkan tugas ke sekolah. Adapun pada pembelajaran luring, siswa menjemput dan mengantarkan tugas ke sekolah. Jadwal penjemputan dan pengantaran tugas sesuai kesepakatan siswa dan guru.
Menurut Irzal, berdasarkan pengalaman sebelumnya, pembelajaran jarak jauh di SMP 9 Pariaman kurang efektif. Sangat sedikit siswa yang mengantarkan tugas ke sekolah. Kondisi itu, antara lain, dipicu rendahnya minat belajar siswa dan kurangnya pengawasan, bantuan, dan motivasi dari orangtua agar anaknya belajar.
Sangat sedikit siswa yang mengantarkan tugas ke sekolah.
”Kalau sekolah tatap muka, guru bisa mengawasi, memotivasi, dan membantu siswa kalau ada kesulitan memahami materi pelajaran. Kalau daring interaksi terbatas, apalagi fasilitas belum memadai untuk konferensi video. Memang, dalam sistem pembelajaran jarak jauh siswa bisa berkonsultasi dengan guru di sekolah, tetapi sebagian kecil saja yang bisa. Kebanyakan siswa hanya datang untuk menjemput dan mengantarkan tugas,” ujar Irzal.
Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Adib Alfikri mengatakan, daerah dengan zona hijau Covid-19, seperti Pasaman, Solok Selatan, dan Kepulauan Mentawai, telah mengadakan sekolah tatap muka. Sebagian daerah dengan zona kuning juga ada yang membuka sekolah tatap muka.
”Saya tidak memegang data terbaru. Yang jelas setiap zona hijau dan kuning sudah dibuka. Namun, perubahan zona sangat cepat. Ini kan sangat fleksibel, sekarang hijau atau kuning, besok oranye atau merah langsung ditutup (sekolah tatap muka). Kepala sekolah sudah paham prosedur tetapnya,” kata Adib.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Kamis (27/8/2020), dari 19 kabupaten/kota di Sumbar, ada 3 daerah zona hijau, 10 daerah zona kuning, dan 6 daerah zona oranye.
Adib melanjutkan, pembukaan sekolah tatap muka bagi daerah zona hijau atau zona kuning tidak bersifat wajib, tetapi diperbolehkan. Pertimbangan sekolah tatap muka, selain mengacu pada status zona, juga tergantung dari kebijakan bupati/wali kota, kesiapan kepala sekolah, dan izin dari orangtua siswa.
”Jadi, bisa saja di salah satu daerah sekolah sudah belajar tatap muka, tetapi ada sebagian siswa belajar daring karena orangtua tidak mengizinkan sekolah tatap muka,” ujar Adib.