Anggaran Terbatas, Sekolah Belum Bisa Berikan Kuota Internet
Pembelajaran jarak jauh di Lampung terkendala keterbatasan internet. Sekolah juga belum dapat memberikan subsidi kuota internet untuk siswa karena keterbatasan anggaran. Upaya lain dilakukan agar siswa bisa belajar.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pembelajaran jarak jauh di Lampung masih terkendala keterbatasan internet. Sekolah juga belum dapat memberikan subsidi kuota internet untuk siswa karena keterbatasan anggaran. Namun, upaya lain dilakukan agar kegiatan belajar tetap berjalan.
Kepala SMK Negeri I Bandar Lampung Edy Harjito menuturkan, selama ini pihak sekolah sudah memfasilitasi jaringan internet bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh dari sekolah. Namun, pihaknya belum dapat memberikan subsidi kuota internet bagi sekitar 1.000 siswa di sekolah itu.
”Kalau mau memberikan kuota internat untuk seluruh siswa dari dana BOS, pasti tidak cukup. Kami juga masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat terkait kebijakan itu,” kata Edy di Bandar Lampung, Rabu (26/8/2020).
Menurut Edy, dana BOS triwulan II ini sudah dialokasikan untuk sejumlah keperluan operasional sekolah, seperti gaji guru honor, pembelian buku, dan fasilitas pencegahan Covid-19. Selama pandemi, sekolah berupaya menekan biaya operasional karena banyak siswa yang belum membayar iuran sumbangan pembinaan pendidikan.
Dia mengatakan, tak dimungkiri, siswa membutuhkan bantuan kuota internet untuk memperlancar kegiatan pembelajaran jarak jauh. Pihaknya juga pernah menerima keluhan dari beberapa siswa terkait keterbatasan ekonomi untuk pembelian kuota internet.
”Kami memberikan solusi agar siswa belajar kelompok dengan 1-2 teman sekelas yang dekat dengan tempat tinggalnya, tentu tetap menerapkan protokol Covid-19,” kata Edy.
Mahalnya biaya pembelian internet juga dikeluhkan Mujiono (45), warga Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung. Selama pandemi, kebutuhan internet keluarganya naik hingga lebih dari dua kali lipat.
”Biasanya, 10 gigabite (GB) cukup untuk satu bulan. Sejak belajar online, saya bisa beli paket kuota internet hingga 2-3 kali,” katanya.
Untuk menghemat pemakaian kuota, Mujiono mengatakan, pihak sekolah sudah berupaya memberikan alternatif agar siswa datang ke sekolah setiap pekan. Kegiatan belajar tatap muka hanya dilakukan selama 3 jam untuk mengumpulkan dan memeriksa tugas.
Sejak belajar online, saya bisa beli paket kuota internet hingga 2-3 kali.
Kondisi serupa terjadi di perdesaan. Rukuan Sujuda (29), guru di SMP Negeri 2 Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, menuturkan, dia juga menerima banyak keluhan dari orangtua siswa terkait mahalnya kuota internet. Selain itu, banyak orangtua yang tidak memiliki gawai untuk sarana pembelajaran daring.
Orangtua juga mendesak agar sekolah segera dibuka. Namun, pandemi Covid-19 yang belum reda membuat sekolah belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran tatap muka.
Sejak sebulan terakhir, sekolah membuat jadwal pembelajaran tatap muka secara bergiliran. Siswa datang ke sekolah setiap pekan untuk menerima dan mengumpulkan tugas dari guru. Pembelajaran tetap dilakukan secara daring.
Wali Kota Bandar Lampung Herman HN menyatakan, Pemerintah Kota Bandar Lampung memperpanjang masa pembelajaran jarak jauh hingga 31 Oktober 2020. Kendati sudah berstatus zona kuning, penularan Covid-19 di Bandar Lampung masih terus terjadi. Pemkot Bandar Lampung khawatir risiko penularan semakin tinggi jika sekolah dibuka.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, hingga Rabu (26/8/2020), kasus Covid-19 di Lampung sebanyak 371 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 156 kasus berada di Kota Bandar Lampung.
Ke depan, pemerintah masih akan mempertimbangkan perkembangan kasus Covid-19. Jika penularan masih terjadi, masa pembelajaran jarak jauh dapat kembali diperpanjang.