Kursus Daring Terbuka Semakin Berkembang di Masa Pandemi
Enam bulan terakhir, sejak pandemi Covid-19, sebanyak 250 universitas di dunia mengumumkan 900 kursus daring secara gratis. Kursus daring secara besar-besaran (MOOC) berkembang sejak 2012.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Kompas
Layar televisi memuat secara langsung halaman situs web IndonesiaX saat penandatanganan MOU antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Universitas Airlangga dengan IndonesiaX di Gedung Rektorat ITS di Surabaya, Kamis (28/1). IndonesiaX adalah platform yang menawarkan kursus-kursus daring gratis dengan beragam topik.
Selama ini sejumlah universitas di seluruh dunia menawarkan kursus daring secara terbuka untuk masyarakat. Pandemi Covid-19 semakin meningkatkan minat masyarakat pada kursus daring terbuka besar-besaran atau massive open online courses ini.
Dalam sembilan tahun terakhir, lebih dari 900 universitas telah menawarkan sekitar 15.000 massive open online courses (MOOC) yang diikuti sekitar 110 juta orang di seluruh dunia. Dalam enam bulan terakhir saja, classcentral.com (mesin pencari dan situs ulasan untuk MOOC) menyebutkan, 250 universitas mengumumkan 900 kursus daring secara gratis, termasuk Harvard, Stanford, dan Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Dari total peserta kursus tersebut, 25-30 persen mendaftar pada masa pandemi ini. Tiga penyedia MOOCs teratas di dunia, yaitu Coursera, edX, dan Futurelearn, mencatatkan pendaftaran baru pada April 2020 sebanyak selama 2019.
Untuk 100 kursus teratas, ada 11,7 juta pendaftaran selama pandemi ini. Sebagian besar, sekitar 20 persen, dari 11,7 juta pendaftar ini meminati mata kuliah The Science of Well-Being atau Ilmu Kesejahteraan dari Universitas Yale di Amerika Serikat.
Selama pandemi, sejumlah universitas dan lembaga menawarkan kursus terkait Covid-19. Total ada sekitar 30 kursus terkait Covid-19 yang diluncurkan, antara lain, oleh sejumlah universitas dan lembaga, seperti Harvard, Stanford, John Hopkins, dan Organisasi kesehatan Dunia (WHO).
Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, misalnya, menawarkan kursus tentang ventilasi mekanik untuk Covid-19. Universitas Stanford di California menawarkan kursus ilmu data dan kecerdasan buatan untuk Covid-19. Adapun Sekolah Kedokteran John Hopkins menawarkan kursus memerangi Covid-19 dengan epidemiologi.
KOMPAS/EDDY HASBY
Mahasiswi program pascasarjana di salah satu perguruan tinggi di Jakarta tengah mengikuti mata kuliah secara daring di rumahnya di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (27/4/2020).
Kursus daring terbuka yang berkembang saat ini berawal dari kursus daring secara gratis yang ditawarkan Universitas Stanford pada pertengahan 2011, yaitu tentang kecerdasan buatan. Kursus ini ditawarkan untuk mahasiswa Stanford dan mahasiswa di seluruh dunia. Dalam tempo sekitar sebulan, sekitar 58.000 orang mendaftar untuk mengikuti kursus tersebut.
Masih dalam tahun yang sama, jumlah kursus ataupun jumlah pendaftar terus bertambah. Langkah ini diikuti sejumlah universitas, seperti MIT dan institusi swasta, seperti Coursera dan Udacity. Institusi swasta menggandeng universitas-universitas ternama sebagai mitra.
Pendaftaran kursus daring terbuka secara besar-besaran terjadi pada periode 2012 sehingga New York Times mendeklarasikan tahun itu sebagai Tahun MOOC. Pada Juli-September 2012, Coursera yang menggandeng 33 mitra universitas untuk menyelenggarakan lebih dari 100 kursus berhasil menarik peserta kursus terbanyak, mencapai 1 juta orang.
Lambat berkembang
Bagaimana dengan di Indonesia? Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 109 Tahun 2013, Pemerintah Indonesia memberikan ruang lembaga pendidikan untuk melaksanakan MOOC. Peraturan menteri ini mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di perguruan tinggi.
Namun, perkembangan MOOC di Indonesia terhitung lambat. Berdasarkan penelitian berjudul Paparan Penggunaan MOOC di Indonesia yang dipublikasikan di Jurnal Internasional Penelitian Ilmiah dan Teknologi pada Februari 2020, hingga 2019 hanya ada enam platform MOOC yang populer di Indonesia dengan pengguna sekitar 695.000 orang.
Tim peneliti gabungan Universitas Medan Area dan Universitas Malaysia Perlis dalam penelitian ini mengategorikan situs web SekolahPintar, IndonesiaX, SPADA, CodeSaya, MOOC Universitas Terbuka, dan Dicoding sebagai enam platform MOOC terpopuler di Indonesia. Namun, berbeda dengan pengertian MOOC pada umumnya, sejumlah situs web ini merupakan platform pembelajaran daring. SPADA, misalnya, merupakan sistem pembelajaran daring untuk perguruan tinggi yang dibuat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2014.
Kompas
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Selasa (13/3/2018), memberikan kuliah tamu di Politeknik Negeri Malang, Jawa Timur. Menristek mendorong adanya perkuliahan daring guna menyikapi keterbatasan sumber daya manusia dan infrastruktur.
Studi berjudul ”Perspektif Indonesia tentang Kursus Online Terbuka Besar-Besaran: Peluang dan Tantangan” yang dipublikasi di Jurnal Pendidik Online pada Januari 2018 menyebut MOOC sangat berbeda dari platform pembelajaran daring (e-learning). Dalam MOOC, para peserta tidak harus terdaftar sebagai siswa di lembaga mana pun.
Para penulis studi ini, Berliyanto dan Harry B Santoso dari Universitas Indonesia, mengamati empat penyedia MOOC lokal Indonesia, yaitu IndonesiaX, MOOC Universitas Terbuka, UCEO (Grup Ciputra), dan FOKUS Fisipol UGM.
Saat ini, berdasarkan pengamatan Kompas, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia mulai mengembangkan MOOC. Sejumlah perguruan tinggi tersebut di antaranya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga. IndonesiaX bermitra dengan sejumlah perguruan tinggi untuk menyelenggarakan MOOC.