Kondisi Kesehatan Warga Surabaya Baik, Syarat Utama Proses Belajar Mengajar di Sekolah Digelar
Sebelum memulai proses belajar mengajar melalui tatap muka di sekolah jenjang SD dan SMP, Pemerintah Kota Surabaya terlebih dahulu memastikan kondisi kesehatan semuanya baik.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebelum memulai proses belajar mengajar melalui tatap muka di sekolah jenjang SD dan SMP, Pemerintah Kota Surabaya terlebih dahulu memastikan kondisi kesehatan semuanya baik. Tidak hanya kesehatan guru, pegawai, dan siswa, tetapi juga seluruh pihak terkait dengan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, pemkot terus melakukan kajian sebelum memulai proses belajar mengajar di sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo, Kamis (20/8/2020), mengatakan bahwa Pemkot Surabaya melakukan kajian yang mendalam sebelum rencana memulai proses belajar mengajar di sekolah. Bahkan, untuk memastikan kesehatan para guru, murid, maupun warga sekolah tidak terpapar Covid-19, pihaknya bakal melakukan tes usap terhadap semua yang terkait dengan proses belajar mengajar.
Dengan demikian, kata Supomo, jika semua syarat-syarat tersebut terpenuhi, proses belajar dan mengajar melalui tatap muka di sekolah bisa terlaksana. ”Artinya, sekolah akan dibuka ketika semua yang akan datang di sekolah kondisinya sehat sehingga tidak terjadi penularan,” katanya.
Jika ada murid yang tidak sehat, dia tidak perlu datang ke sekolah dan bisa mengikuti pembelajaran secara daring. (Supomo)
Supomo pun memaparkan kepada masyarakat bahwa sekolah adalah lokus dan benda mati sehingga tidak menularkan. Justru yang menularkan virus korona adalah manusia dan penularan penyakit Covid-19 bisa terjadi di mana saja, termasuk di rumah. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah menjalankan disiplin protokol kesehatan secara ketat.
Meski begitu, mantan Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya ini memastikan bahwa Pemkot Surabaya telah menyiapkan proses pembelajaran agar kualitas pendidikan di Surabaya bisa maju serta karakter anak-anak terus terbangun. Salah satunya dengan menerapkan berbagai variasi pada proses pembelajaran daring, termasuk melalui media televisi lokal.
Belajar secara daring dan memanfaatkan saluran televisi lokal, menurut Supomo, merupakan opsi untuk memperkaya supaya anak-anak tidak jenuh. Dengan demikian, daya tahan tubuh atau imun pun tetap terjaga sehingga ketika belajar di sekolah dimulai, semuanya dalam kondisi kesehatan yang prima.
”Jika ada murid yang tidak sehat, dia tidak perlu datang ke sekolah dan bisa mengikuti pembelajaran secara daring,” ujar Supomo.
Menurut dia, ketentuan tersebut tak hanya berlaku bagi murid, tetapi juga guru dan pegawai di sekolah. Bagi para guru yang memiliki komorbid atau dalam kondisi hamil, dia tidak perlu datang mengajar ke sekolah. Guru tersebut dapat mengajar secara daring.
”Jadi, sebelum memulai sekolah tatap muka, persyaratannya begitu ketat. Sehingga semuanya tidak ada yang disalahkan, karena berdasarkan dengan kajian ilmiah,” pungkasnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali menegaskan bahwa sekolah akan dibuka lagi jika kondisinya benar-benar aman bagi seluruh warga Surabaya.
Demi melindungi dan menjaga kondisi kesehatan para guru dari penyakit Covid-19, Risma kembali memberikan perhatian dengan bertemu melalui telekonferensi video.
Pada kesempatan itu, Risma memaparkan kepada para guru bahwa pihaknya telah membuat Surat Edaran (SE) dengan nomor 800/7311/436.8.3/2020 perihal Pelaksanaan Tugas Kedinasan di Rumah bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD), baik itu negeri maupun swasta. Pelaksanaan tugas kedinasan itu berlaku sejak 18 Agustus 2020.
”Saya sudah membuat surat edaran untuk bapak ibu bekerja di rumah sehingga saya membuat prosedur standar operasi (SOP) agar bisabekerja dari rumah,” ujarnya.
Perempuan wali kota pertama di Surabaya ini mengungkapkan, para guru adalah sosok yang sangat dibutuhkan bagi kota, bahkan negara. Oleh karena itu, ia mengingatkan agar mereka tetap menjaga diri dan disiplin protokol kesehatan di mana pun berada.
Bekerja dari rumah
Untuk memastikan kondisi kesehatan para guru tersebut, Presiden Asosiasi Kepala Daerah Asia Pasific (UCLG Aspac) ini meminta mereka agar memaksimalkan bekerja dari rumah.
Bahkan, untuk mendukung hal itu, pihaknya tengah menyiapkan printer di setiap balai rukun warga (RW) di Surabaya. Penyediaan sarana peranti yang menampilkan data dalam bentuk cetakan ini perlu agar pelajar dapat memanfaatkan fasilitas itu untuk mengerjakan tugas di rumah.
Di kesempatan yang sama, Wali Kota Risma juga meminta para guru benar-benar membatasi diri untuk tidak keluar rumah. Apabila memang terpaksa, wajib membersihkan diri setelah berkegiatan di luar. Tidak hanya itu, berkali-kali ia meminta mereka agar rajin mencuci tangan, terutama setelah menggunakan komputer jinjing.
Menurut Supomo, saat ini Pemerintah Kota Surabaya tengah melakukan kajian mendalam dengan para pakar, ahli kesehatan, dan berbagai pihak terkait rencana pembukaan sekolah. Termasuk memastikan para guru, pelajar, petugas kesehatan, hingga petugas keamanan dalam kondisi yang sehat.
Tambah SMPN
Dalam situasi pandemi Covid-19, Risma meresmikan dua SMPN, yakni SMPN 61 di Jalan Tengger Raya, Kelurahan Kandangan, Kecamatan Benowo, dan SMPN 62 di Gunung Anyar.
Kehadiran dua SMPN tersebut, menurut Risma, semakin memberi peluang bagi warga yang tinggal di kawasan tersebut untuk mendapat sekolah yang dekat dengan rumah.
”Semua sekolah kualitasnya sama, tidak ada lagi istilah sekolah favorit. Paling penting bagaiaman para guru menyiapkan segala sesuatunya untuk kebaikan dan kemajuan siswa,” katanya.
Dengan kehadiran SMPN di beberapa wilayah, tidak ada lagi istilah sekolah favorit atau tidak. ”Saya minta para guru untuk menciptakan anak-anak Surabaya yang tangguh dan berkarakter sehingga mampu bersaing dengan anak-anak dari bangsa lain,” pesan Risma.
Di samping itu pula, ia juga berpesan kepada para guru agar mendorong siswa-siswi terus berinovasi dan gigih belajar. ”Anak-anak harus diajari banyak. Kalau sudah mencapai ini masih kurang, mencapai itu masih kurang. Dengan begitu, anak-anak tidak sombong dan mau terus belajar,” katanya.
Risma juga mengingatkan para guru, apabila ada anak yang belum bisa suatu hal, agar anak itu tidak langsung dianggap tidak mampu atau bodoh. Karena bisa jadi anak tersebut belum menemukan potensi yang ada pada dirinya. ”Tidak ada anak bodoh, yang ada adalah bagaimana cara memotivasi anak agar mau belajar dengan disiplin,” terangnya.
Proses belajar menjadi bagian penting agar anak dapat bersaing. Karena itu, jangan karena apa yang diajarkan jelek, maka hasilnya kelak buruk.
”Guru perlu benar-benar sabar dan yakin bahwa setiap anak memiliki potensi yang luar biasa sehingga perlu terus digali, bukan sebaliknya mudah mencitrakan siswa malas, bodoh, atau kekurangan lain,” ujarnya.