Perjalanan Panjang Pemkot Surabaya Meraih Rumah Kelahiran Bung Karno
Pemerintah Kota Surabaya sejak Senin (17/8/2020) kembali menambah aset berupa bangunan cagar budaya, yakni rumah kelahiran Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno yang berada di Jalan Peneleh Gang Pandean IV/40.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya sejak Senin (17/8/2020) kembali menambah aset berupa bangunan cagar budaya, yakni rumah kelahiran Bung Karno (Soekarno), Presiden pertama Republik Indonesia. Bangunan rumah yang berlokasi di Jalan Peneleh Gang Pandean IV/40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, luasnya 80 meter persegi.
Keinginan Pemkot Surabaya memiliki rumah yang selama ini dihuni oleh ahli waris sudah sejak 10 tahun silam. Ketika Tri Rismaharini menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, bangunan tua dan bersejarah itu langsung menjadi salah satu incaran untuk dijadikan aset pemkot. Rumah ini bakal menambah museum di Kota Surabaya, yang kini sudah ada 15 museum.
Serah terima rumah di gang itu digelar tepat dengan Hari Ulang Tahun ke- 75 Kemerdekaan Republik Indonesia, Senin (17/8/2020). Proses penyerahan itu dilakukan langsung oleh ahli waris kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di depan rumah bersejarah itu.
Seusai diserahkan, Wali Kota Risma sempat meninjau langsung kondisi di dalam rumah yang pada 2013 sudah menjadi bangunan cagar budaya tersebut, bahkan ia juga menyempatkan diri membaca salah satu tulisan di rumah tersebut.
Ini merupakan simbol kebanggaan kami, yang nanti akan menjadi museum, apalagi di kawasan ini banyak nilai sejarahnya. Pemkot Surabaya sudah menandai titik-titik, seperti langgar, makam, dan beberapa benda lainnya.
Setelah itu, ia juga meninjau beberapa tempat bersejarah yang ada di kawasan tersebut, seperti Langgar Dukur Kayu di Kampung Lawang Seketeng, Makam Mbah Pitono, dan beberapa benda bersejarah lainnya yang ada di kawasan tersebut.
Merelakan
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma menyampaikan terima kasih banyak kepada para ahli waris rumah kelahiran Bung Karno yang telah sudi dan berkenan merelakan rumahnya diserahkan kepada Pemkot Surabaya.
Menurut dia, rumah ini adalah rumah kebanggaan bersama dan merupakan simbol kebanggaan bersama. Pada kesempatan itu, Risma mengucapkan terima kasih kepada para ahli waris yang sudah sudi dan berkenan merelakan rumah kebanggaan semua warga Surabaya tersebut.
”Ini merupakan simbol kebanggaan kami, yang nanti akan mejnadi museum, apalagi di kawasan ini banyak nilai sejarahnya. Pemkot Surabaya sudah menandai titik-titik seperti langgar, makam, dan beberapa benda lainnya,” kata Wali Kota Risma seusai menerima rumah kelahiran Bung Karno itu.
Presiden Pemerintah Daerah Asia Pacific (UCLG ASPAC) ini mengatakan bahwa niat baik para ahli waris ini tentu akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. Sebab, nanti anak-anak Surabaya dan anak luar Surabaya bisa belajar sejarah di rumah ini, termasuk bagaimana perjuangan Bung Karno dengan segala keterbatasannya, tetapi mampu membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara lain di dunia.
Jadi, meskipun usia Indonesia saat itu masih sangat muda, sudah bisa sejajar dengan bangsa lain di dunia. Itu sungguh luar biasa dan tidak mudah,” ujar Risma. Menurut dia, rumah ini mempunyai arti yang sangat besar dan kuat bagi anak-anak. Makanya, dia berkali-kali memohon kepada para ahli waris rumah itu untuk ikhlas supaya rumah tersebut bisa dijadikan tempat belajar bagi anak-anak, baik anak Surabaya maupun luar Surabaya.
”Saya yakin, anak-anak dari luar daerah juga akan belajar ke sini, terutama belajar bagaimana besarnya Bung Karno di tengah keterbatasan kala itu,” kata Risma, menambahkan.
Kawasan diperbaiki
Perempuan Wali Kota pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan bahwa nantinya rumah itu akan dijadikan museum, makanya sejak beberapa waktu lalu Pemkot Surabaya sudah memperbaiki beberapa infrastruktur di kawasan tersebut, termasuk jalur pedestriannya. Bahkan, beberapa benda sejarah lain sudah diperbaiki karena kawasan itu nantinya akan dijadikan
kawasan wisata yang luar biasa.
”Saya harap warga Paneleh bersiap diri menyambut itu. Sebab, dia sangat yakin bahwa suatu saat nanti wilayah itu akan bisa menjadi kawasan wisata yang sangat besar, karena ada rumah HOS Tjokroaminoto dan ada beberapa peninggalan sejarah lainnya,” kata Risma.
Wali Kota Risma juga mengaku sampai bermimpi untuk menjadikan kawasan itu sebagai kawasan bersejarah, termasuk dipikirkan pula alur wisatanya harus dimulai dari mana dan berakhir di tempat mana.
”Warga di sini saya harap tetap kompak dan bersatu untuk menyambut peluang ini. Setelah pemkot memperbaiki infrastrukturnya, juga menyiapkan warga supaya siap jadi pemandu atau bahkan bisa menjual suvenir sehingga peluang tidak diambil oleh warga luar,” ujar Risma.
Rumah tersebut berada di gang yang berukuran 3,5 meter. Persis di depan gapura, sudah ada prasasti dan baliho bergambar Bung Karno yang bertuliskan ”Di sini Tempat Kelahiran Bapak Bangsa Dr. Ir. Soekarno. Penyambung Lidah Rakyat, Proklamator, Presiden pertama RI, Pemimpin Besar Revolusi”.
Rumah kelahiran Proklamator yang sudah dibeli dan akan dijadikan museum tentu menjadi mometum histori mengulik kembali perjuangan Soekarno mulai dari Pandean 4/40 Surabaya sampai dengan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Pada prasasti yang ditandatangani oleh Wali Kota Surabaya Bambang DH pada 29 Agustus 2010 itu tertulis Pandean IV/40, 06 Juni 1901 (Kamis Pon). Di atas pintu rumah yang selama ini ditempati Djamilah bersama tiga saudaranya, terpasang selembar kuningan bertuliskan bangunan cagar budaya dengan SK Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/321/436.1.2/2013.
Isa Ansori, selaku Sekretaris Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek, mengatakan, sebagai warga Surabaya tentu ini merupakan kado indah, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan RI, Surabaya menegaskan kembali sebagai ”Kota Pahlawan” yang menghargai jasa dan peninggalan sejarah para pahlawan.
”Rumah kelahiran Proklamator yang sudah dibeli dan akan dijadikan museum tentu menjadi mometum histori mengulik kembali perjuangan Soekarno mulai dari Pandean 4/40 Surabaya sampai dengan Pegangsaan Timur 56 Jakarta,” ujar Isa Ansori.
Dengan menjadi museum, akan menjadi tempat belajar generasi muda khususnya generasi muda Surabaya untuk menjadi perpanjangan perjuangan Soekarno dan cita-citanya.