Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meresmikan Alun-alun Surabaya yang berlokasi di kompleks Balai Pemuda, Senin (17/8/2020). Ruang publik dengan beragam fasilitas ini diharapkan bisa memacu kreativitas anak muda.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meresmikan Alun-alun Surabaya yang berlokasi di kompleks Balai Pemuda, Senin (17/8/2020). Ruang publik dengan beragam fasilitas ini diharapkan bisa memacu kreativitas anak-anak muda Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Alun-alun Surabaya yang diresmikan kali ini baru bisa dinikmati separuh dari keseluruhan area. Kawasan yang sudah tuntas pembangunannya adalah bagian plaza atas, sedangkan bagian bawah tanah atau basemen baru bisa dibuka pada akhir 2020 saat pembangunan alun-alun tuntas 100 persen.
”Sebenarnya Alun-alun Surabaya baru selesai akhir tahun, tetapi saya minta bagian plaza atas bisa diresmikan terlebih dahulu agar bisa segera dimanfaatkan warga Surabaya,” kata Risma.
Saya ingin kalau ada pertunjukan kesenian, seperti ludruk atau wayang orang, nanti penontonnya duduk di bawah, seperti zaman dahulu.
Alun-alun Surabaya terdiri atas dua bagian. Bagian plaza atas yang diresmikan terdiri dari halaman dan dua air mancur kabut berdiameter 8 meter. Halaman ini bisa dimanfaatkan sebegai tempat berkumpul dan arena kesenian. Lokasi ini pun bisa menjadi salah satu tempat berfoto karena memiliki latar belakang Gedung Balai Pemuda yang bergaya kolonial.
”Saya ingin kalau ada pertunjukan kesenian, seperti ludruk atau wayang orang, nanti penontonnya duduk di bawah, seperti zaman dahulu,” ujar Risma.
Sementara bagian basemen yang berlokasi di bawah Jalan Yos Sudarso ditargetkan bisa dibuka pada akhir 2020. Basemen ini dirancang sebagai tempat olahraga, berkumpul, serta menjajakan produk usaha mikro, kecil, dan menengah.
Beragam fungsi
Risma menuturkan, Alun-alun Surabaya memiliki beragam fungsi. Tidak hanya sebagai ruang publik untuk bersosialisasi, kawasan ini juga dilengkapi sejumlah fasilitas kesenian dan pendidikan. Ada gedung kesenian yang rutin digunakan untuk seniman ludruk dan wayang orang. Sementara di bagian lain ada fasilitas pendidikan berupa perpustakaan, rumah matematika, dan rumah bahasa.
Kepala Bidang Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya, dan Tata Ruang Kota Surabaya Iman Krestian menuturkan, untuk sementara hanya bagian plaza atas Balai Pemuda yang diresmikan. Adapun bagian bawah tanah yang akan menjadi alun-alun masih dalam pembangunan. ”Targetnya Desember 2020 pembangunan Alun-alun Surabaya tuntas,” ucapnya.
Desain Alun-alun Surabaya, lanjut Iman, memanfaatkan ruang bawah tanah di Jalan Yos Sudarso. Bentuk alun-alun bawah tanah itu akan menjadi ciri khas Surabaya karena akan menjadi alun-alun bawah tanah pertama di Indonesia.
Pengembangan alun-alun bawah tanah dilakukan dengan standar konstruksi ketat agar Jalan Yos Sudarso yang dikeruk tidak longsor. Beberapa penahan di jalan itu antara lain dinding penahan keliling basemen dan dilengkapi atap pelat basemen.
Pada kesempatan itu, Risma mengajak maestro seniman asal Surabaya naik ke panggung. Mereka adalah Cak Kartolo, Ning Kastini, Cak Lupus Arboyo, dan Cak Suro. Tak pelak, para maestro seniman Suroboyo ini berhasil membuat Wali Kota Risma bersama para tamu undangan tertawa dengan parikan-parikan atau pantun lucu khas Surabaya.
Saya setuju karena sekarang masyarakat ingin hiburan, harus diteruskan seperti di THR (taman hiburan rakyat) zaman dahulu. Kalau ada ketoprak, ludruk, wayang, ya senang.
Cak Kartolo mengatakan sangat mendukung dan mengapresiasi adanya ruang kesenian baru di Kota Surabaya itu. Apalagi, masyarakat Surabaya sangat membutuhkan hiburan kesenian rakyat, seperti ludruk ataupun lawak Srimulat, seperti zaman dahulu kala.
”Saya setuju karena sekarang masyarakat ingin hiburan, harus diteruskan seperti di THR (taman hiburan rakyat) zaman dahulu. Kalau ada ketoprak, ludruk, wayang, ya senang,” kata Cak Kartolo saat ditemui di akhir acara.
Meski konsep bangunan Alun-alun Surabaya ini terbuka, Cak Kartolo meyakini bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah. Sebab, di mana pun tempatnya, setiap pelaku seni harus dapat menjiwai setiap penampilannya. ”Di sini (Alun-alun Surabaya) terbuka tidak apa-apa, yang penting pemainnya bisa menjiwai, mewakili cerita,” ujarnya.