Pemerintah Kota Pariaman kembali mengadakan proses pembelajaran secara tatap muka di sekolah. Setiap sekolah diwajibkan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
PARIAMAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Pariaman kembali mengadakan pembelajaran secara tatap muka di sekolah. Setiap sekolah diwajibkan menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mengantisipasi penularan Covid-19 selama proses belajar-mengajar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Pariaman Kanderi di Pariaman, Kamis (13/8/2020), mengatakan, sekolah tatap muka tingkat SD dan SMP kembali dibuka mulai Kamis ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah merevisi aturan dan mengizinkan daerah zona kuning Covid-19 mengadakan proses pembelajaran tatap muka.
”Kamis ini, kami mulai kembali membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Tidak kami wajibkan semuanya. Sekolah yang dibolehkan yang benar-benar siap dengan standar protokol kesehatan dan orangtua siswa mengizinkan. Kami tegaskan kepada kepala sekolah untuk konsisten dengan komitmen menerapkan protokol kesehatan secara berkelanjutan,” tutur Kanderi.
Sebelumnya, pada awal tahun ajaran baru 13 Juli 2020, Pemkot Pariaman sempat mengadakan pembelajaran tatap muka sekitar seminggu. Namun, kemudian pembelajaran tatap muka kembali ditiadakan karena status Kota Pariaman berubah dari zona hijau menjadi zona kuning.
Perubahan status zona hijau menjadi kuning itu karena ditemukan dua orang positif Covid-19 di Kota Pariaman, Minggu (19/7/2020), yaitu guru dan operator di salah satu madrasah tsanawiyah. Mereka diketahui positif Covid-19 setelah mengikuti tes usap massal terhadap guru di Kota Pariaman.
Saat ini, Kota Pariaman berstatus zona kuning. Hingga Kamis siang, total ada tujuh orang positif Covid-19 di Pariaman dan dua orang di antaranya sudah sembuh. Adapun total kasus Covid-19 di Sumbar, hingga Kamis siang, 1.257 orang.
Kanderi melanjutkan, di Kota Pariaman terdapat 73 SD negeri dan sembilan SMP negeri dengan total siswa sekitar 14.300 orang dan guru sekitar 1.224 orang. Menurut Kanderi, masih ada SD dan SMP yang belum mengadakan pembelajaran tatap muka karena belum siap, tetapi ia belum mendapatkan laporan jumlahnya.
Kanderi menambahkan, sekolah tingkat SMA dan SMK di Kota Pariaman juga ada yang siap-siap mengadakan sekolah tatap muka. Namun, kebijakannya ada di Dinas Pendidikan Sumbar karena otoritasnya di provinsi.
Kanderi menjelaskan, selain penerapan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak, dinas juga membatasi jumlah maksimal siswa dan jam pelajaran, tetapi tidak membatasi jumlah minimalnya. Jumlah maksimal siswa dalam satu kelas 15 orang dan jam pelajaran maksimal pukul 07.30-10.15.
”Jika sekolah lebih nyaman dengan jumlah siswa satu kelas tujuh hingga delapan orang, kami bolehkan. Atau sekolah merasa jam pembelajaran 07.30-09.00 sudah cukup, juga kami bolehkan. Kalau mau tatap muka sekali seminggu, boleh juga. Sekolah yang paham kondisi masing-masing. Kami sangat fleksibel dengan sistemnya. Namun, untuk penerapan protokol kesehatan, kami sangat kaku dan tegas,” ujar Kanderi.
Kami sangat fleksibel dengan sistemnya. Namun, untuk penerapan protokol kesehatan, kami sangat kaku dan tegas.
Berdasarkan pantauan Kompas di SMP 9 Pariaman, Kamis pagi, pembelajaran tatap muka sudah berlangsung di kelas-kelas. Jumlah siswa setengah dibandingkan biasanya (normalnya sekitar 30 orang) sehingga antara satu meja di kanan dan kiri berjarak 1-1,5 meter.
Karena berjarak, di kelas siswa tidak memakai masker, tetapi ketika di luar kelas mereka diingatkan guru untuk menggunakan masker. Di depan setiap kelas juga disediakan fasilitas mencuci tangan. Sebelumnya, menjelang masuk, suhu tubuh siswa juga diperiksa di gerbang sekolah.
Kepala SMP 9 Pariaman Irzal mengatakan, untuk mengurangi kepadatan kelas, sekolah menerapkan sistem bergiliran bagi siswa. Siswa di kelas dibagi menjadi dua kelompok A dan B. Kelompok B masuk sekolah minggu ini, sedangkan kelompok A mendapat giliran masuk sekolah minggu depan. Kelompok siswa yang belajar dari rumah diberi tugas, kemudian tugas itu dikumpulkan ketika pertemuan tatap muka.
”Antuasias orangtua dan siswa untuk belajar tatap muka di sekolah sangat tinggi. Mereka merasakan pembelajaran jarak jauh secara daring dan luring kurang efektif. Apalagi, mereka harus punya gawai dan mengeluarkan biaya untuk paket data internet,” kata Irzal.
Irzal mengakui, memang menjadi tantangan bagi guru agar siswa disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebagian besar siswa di rumahnya tidak terbiasa menggunakan masker. Walaupun demikian, guru-guru berupaya selalu mengingatkan siswa agar disiplin menggunakan masker.
Maya Rina (36), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP 9 Pariaman sekaligus guru mata pelajaran IPS, mengatakan, pembelajaran tatap muka ini untuk menyempurnakan proses pembelajaran daring beberapa minggu sebelumnya.
Dalam keterbatasan pembelajaran daring, guru memberikan ringkasan materi dan tugas kepada siswa melalui wali kelas. Tugas dikumpulkan langsung ke sekolah tiap minggu. ”Dari tugas yang dikumpulkan, tampak ada kesulitan siswa mengerjakan. Kadang ada pula miskomunikasi. Ketika tatap muka ini, kami luruskan,” kata Maya.
Maya mengakui, pembelajaran daring di sekolahnya memang belum berjalan efektif. Cuma sekitar 30 persen siswa yang mempunyai akses gawai, baik dengan gawai sendiri, milik orangtua, atau saudara, maupun punya sanak keluarga. Dari 30 persen itu, tidak semua juga yang aktif, kemungkinan terkendala paket data internet karena rata-rata kondisi ekonomi siswa menengah ke bawah.
Sementara itu, kata Maya, siswa yang tidak mempunyai akses internet diupayakan datang ke sekolah untuk mengambil dan mengantarkan tugas. Dalam pertemuan grup kecil ini, siswa juga berkesempatan untuk berkonsultasi dengan guru jika ada materi atau tugas yang tidak dipahami.
”Dari 350 lebih siswa kami, yang kami bisa capai, maksudnya kami berikan tugas kemudian dikumpulkan, baru sekitar 30 persen. Ini kendala di sekolah kami yang berada di pinggiran kota dengan latar belakang ekonomi siswa menengah ke bawah,” kata Maya. Sementara itu, siswa yang belum mengumpulkan tugas bakal ditagih saat pembelajaran tatap muka ini.
Nadia Syahida Rahmi (14), siswa kelas IX SMP 9 Pariaman, mengatakan senang bisa kembali masuk sekolah. Selain lebih mudah memahami pelajaran secara tatap muka, Nadia senang juga bisa kembali berjumpa dengan teman-temannya.
”Belajar di rumah selain sulit dipahami, juga membosankan. Tugasnya banyak. Lebih seru di sekolah. Pelajaran lebih mudah ditangkap dan bisa bertemu dengan teman-teman,” kata Nadia.
Sementara itu, Rafilanfal (12), siswa kelas VII SMP 9 Pariaman, mengatakan lebih asyik belajar tatap muka. Sebab, saat belajar daring, banyak tugas dari guru dan Rafi juga mesti meminjam ponsel dari kakaknya.
”Kadang, kakak keluar rumah dan ponsel dibawanya. Saya menunggu kakak pulang dulu. Lebih asyik sekolah tatap muka. Sebab, guru menjelaskan langsung, kadang tidak ada tugas. Kalau belajar dari rumah, selalu ada tugas,” kata Rafi.
SMP 9 Pariaman berdiri di Desa Marunggi, Kecamatan Pariaman Selatan. Jaraknya sekitar 6 kilometer dari Kantor Wali Kota Pariaman atau sekitar 50 kilometer dari Kota Padang. SMP 9 Pariaman mempunyai 13 kelas dengan total siswa sekitar 350 orang, guru 36 orang, pegawai tata usaha 5 orang, dan petugas kebersihan 2 orang.