MANIFESTO VII Memanggungkan Pemikiran 200-an Seniman terhadap Pandemi
Pameran MANIFESTO VII ”Pandemi” digelar secara daring melalui laman galnasonline.id. Siapa pun yang berkunjung akan diajak menyelami cara pandang 204 perupa terhadap pandemi Covid-19.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pameran MANIFESTO yang rutin digelar setiap dua tahun sekali oleh Galeri Nasional Indonesia, kali ini ditampilkan berbeda. Pengunjung di mana pun cukup menatap layar gawai masing-masing lalu menikmati pameran MANIFESTO VII ”PANDEMI” di laman galnasonline.id.
Ada video yang dikemas dalam wujud ukuran besar sehingga langsung menarik perhatian pengunjung. Video gambaran tanah berwarna coklat yang bergerak-gerak, misalnya. Ini adalah video berjudul ”ASMR Mars” buatan seniman Radhinal Indra, peserta asal Bandung. Sepanjang 3 menit 27 detik, pengunjung hanya disuguhi suara seismik dan angin sebagai latar gambar tiga dimensi permukaan planet Mars. Dalam deskripsinya, Radhinal Indra menjelaskan, suara itu diambil dari NASA Insight Lander tahun 2018.
Selain itu, dia menjelaskan, di tengah berita buruk meroketnya jumlah kematian di Italia dan Amerika Serikat, masih ada berita baik, yaitu membaiknya lapisan ozon Bumi. Manusia memiliki peran signifikan untuk menentukan keberlangsungan planet Bumi.
”Istilah anthrophocene yang saya dengar bertahun-tahun kini sangat terasa bermakna,” tulisnya.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, dia rutin melakukan perjalanan virtual dengan memakai aplikasi Google Earth. Hal ini dia lakukan demi memenuhi hasrat berpetualang ke luar rumah dan mencari tempat-tempat seakan mirip Mars. Semua footage dari hasil perjalanan virtual direkam, dirangkum jadi satu, lalu dikombinasikan dengan audio-seismik dari Mars hasil rilis NASA Insight Lander tahun 2018.
Radhinal Indra bukan kali pertama menggunakan antariksa sebagai obyek pameran. Mengutip sarasvati.co.id, dia pernah memakai Bulan dalam pameran ”Matter’s Matter” yang berlangsung 28 Oktober-26 November 2017 di Ruci Art Space, Jakarta. Bulan dipakai sebagai obyek pendekatan karena masyarakat di sejumlah daerah di mana pun memiliki mitologi dan interpretasi.
Ketika pengunjung kembali membuka tampilan awal galnasonline.id, kemudian berniat berkunjung ke pameran MANIFESTO VII ”Pandemi”, suguhan video-video karya berbeda lagi. Begitu pula video yang berukuran paling besar sehingga menonjol.
Misalnya, video berjudul ”Blue Surgery” yang dibuat oleh seniman Dewa Gede Purwita. Video berdurasi 5 menit itu menampilkan aktivitasnya merealisasikan menggambar anatomi tubuh manusia di kertas putih yang dia letakkan di lantai.
Dalam penjelasan karya, dia mengatakan menggunakan teks ”Manusia Tattwa” di Kitab Lontar untuk menjelajah tubuh, mencatat apa yang dia temukan dalam pikiran dan tubuh sendiri, membuat diagram organ, dan pola keterhubungan tubuh dengan jagad besar. Dia merasa, menjalankan kegiatan itu selama pandemi Covid-19 termasuk hal yang menyenangkan.
Pameran dua tahunan
Pameran MANIFESTO VII merupakan gelaran ketujuh dari pameran dua tahunan milik Galeri Nasional Indonesia. Pameran MANIFESTO diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia untuk pertama kali tahun 2008 bersamaan dengan menyambut 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto, awalnya pameran MANIFESTO VII disiapkan untuk digelar secara luring. Namun, situasi pandemi Covid-19 membuat pengelola galeri dan kurator bersiasat agar pameran tetap berjalan. Pergulatannya kemudian menyangkut menguatkan konsep.
Jika pameran MANIFESTO sebelumnya khusus mengundang perupa rekomendasi kurator, kini dibuka untuk publik luas. Ini juga pembeda dengan enam pameran MANIFESTO sebelumnya.
Medium berkarya adalah video karena dianggap paling representatif untuk mengekspresikan gagasan, pengalaman, dan harapan peserta. Selain itu, video juga dianggap paling pas dengan format pameran daring.
Hasil dari undangan terbuka berhasil menjaring 333 karya dari 267 peserta. Setelah dikurasi, terdapat 217 karya dari 204 peserta.
Pandemi Covid-19 mengubah tatanan hidup dan cara berkesenian.
”Pandemi Covid-19 mengubah tatanan hidup dan cara berkesenian. Pameran Manifesto VII menjadi pameran daring pertama bagi Galeri Nasional Indonesia,” ujarnya.
Makna luas
Salah satu kurator pameran MANIFESTO VII, Rizki Akhmad Zaelani, menjelaskan, pandemi Covid-19 bukan hanya melahirkan permasalahan kesehatan, melainkan juga sosial, ekonomi, dan politik. Berangkat dari gagasan inilah, dia bersama empat kurator lainnya sepakat menjadikan pandemi sebagai tema besar.
Konsep undangan terbuka berarti membuka sekat yang selama ini memisahkan kesempatan seniman profesional dengan mereka yang tengah belajar menjadi pencipta karya seni dan publik yang awam terhadap pernyataan seni secara khususnya. Harapannya adalah pameran mampu menggaet respons terhadap pandemi yang lebih terbuka dan jujur.
Secara keseluruhan, sikap dan cara pemahaman para peserta dipengaruhi oleh isu mengenai keadaan pandemi Covid-19 melalui media massa, yang kemudian dikaitkan dengan pengalaman hidup masing-masing secara personal.
Rizki menyampaikan, dari 200-an karya yang ada, kurator mengelompokkan ke dalam lima bentuk sikap dan cara pemahaman peserta terhadap pandemi Covid-19. Pertama, sikap untuk menyatakan respons balik. Kedua, sikap asimilasi terhadap keadaan hidup yang tengah berlangsung dan bisa mengandung kehendak yang sebaliknya. Ketiga, cara penerimaan dengan mengungkapkan isu pandemi sejajar dengan pengalaman lain dalam hidup.
Keempat, menjadikan pandemi Covid-19 sebagai inspirasi untuk sebuah aksi fantasi. Kelima, memahami pandemi sebagai persoalan yang memiliki dimensi nilai yang mengakar ke dalam.
Pameran MANIFESTO VII juga bisa dimaknai sebagai proyek pemetaan perkembangan seni rupa di Indonesia melalui cara yang lain dan tidak biasa. Penyelenggaraan secara daring ternyata mampu menunjukkan segi-segi persoalan yang khusus dalam perkembangan seni rupa Indonesia masa kini. Misalnya, praktik perkembangan seni media yang tidak mudah. Pameran MANIFESTO VII bertema ”Pandemi” akan berlangsung 8 Agustus-6 Desember 2020.
”Dari 217 karya yang tampil, kami melihat aneka varian isu yang sedang dihadapi dan bisa dikerjakan lebih mendalam untuk perkembangan seni rupa ke depan,” kata Rizki, menamabahkan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid saat pembukaan pameran, Sabtu (8/8/2020), mengatakan, pihaknya menyambut gembira penyelenggaraan pameran MANIFESTO VII. Format pameran berbeda, yaitu melalui media daring, sehingga harapannya semakin banyak masyarakat antusias menonton.”Semoga pameran ini menjadi titik berangkat membayangkan (seni rupa) masa depan,” katanya.