Membagi Cerita Bacaan Sambil Merencanakan Jalan-jalan
Pandemi virus korona jenis baru belum terkendali sehingga berada di rumah akan lebih lama. Gerakan literasi #bacakelilingdunia bisa jadi alternatif membaca buku dengan cara berbeda.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pegiat literasi punya cara tersendiri menghabiskan waktu di sekitar rumah. Mereka tidak sekadar membaca buku di hari-hari pembatasan pergerakan, tetapi juga saling membagi isi cerita buku menarik. Pengalaman ini mereka nikmati sebagai penebus rindu bepergian ke banyak tempat.
Buku-buku Melisa Mariani (34) sudah menumpuk di salah satu sudut rumahnya di Surabaya, Jawa Timur. Saat sebagian besar waktunya ada di rumah, pada saat itulah dia merengkuh momen yang pas untuk menyelami cerita buku-bukunya. Walakin, aktivitas itu bisa membosankan jika membacanya satu per satu.
Saat berselancar di Twitter, dirinya tanpa sengaja menemukan #bacakelilingdunia. Inisiatif pegiat literasi untuk mengobati kerinduan jalan-jalan dengan membaca. ”Sepertinya seru, walaupun belum bisa keliling dunia sungguhan. Tetapi bisa jalan-jalan melalui buku,” ucap Melisa, Sabtu (8/8/2020).
Mereka yang aktif di tagar itu saling membagi pengalaman membaca buku favoritnya. Bukan saja mengurangi tumpuman buku, #bacakelilingdunia menuntunnya pada bacaan yang lebih beragam. Bacaannya pun tidak melulu karya dari negara tertentu yang sudah sering dibaca. Melainkan dari latar belakang penulis, budaya, dan negara yang lebih variatif.
Salah satu bacaan yang dibicarakan dalam tagar itu ialah I’ll Be Right There karya Shin Kyung-sook. Ceritanya berlatar 1980-an tatkala terjadi gejolak politik dan protes mahasiswa di Korea Selatan. Melisa menyukai gaya penulisan dan banyaknya referensi sastra Eropa di dalam cerita.
”Tantangan baca seperti ini mendorong untuk eksplorasi bacaan lebih jauh, tidak baca yang itu-itu saja. Waktunya juga tepat sekali saat harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah,” katanya.
Caranya praktis untuk ikut #bacakelilingdunia. Pertama-tama susun rencana liburanmu melalui aplikasi perencana liburan. Tentukanlah kota-kota tujuan atau impian. Ingat, perjalanan keliling dunia #bacakelilingdunia ala-ala backpacker.
Baca minimal satu buku di setiap kota tujuan. Buku wajib karya penulis asal atau kelahiran kota tersebut. Informasi tentang buku terkait bisa dicari di jagat maya. Pilihlah buku yang kira-kira sesuai minatmu. Setiap orang wajib megulas buku bacaan dari setiap kota tersebut. Ulasan dibagikan ke Twitter dengan tagar #bacakelilingdunia untuk referensi orang lain.
Marina Fariza (31) juga mencoba #bacakelilingdunia sebagai cara keluar negeri melalui sudut pandang penulis buku asal kota tujuan liburannya. Aktivitas itu ampuh mengobati rasa rindu untuk jalan-jalan.
Di sisi lain, menambah referensi buku, penulis, dan tentu saja sisi lain kota-kota di belahan dunia. ”Menyenangkan berkenalan dengan teman-teman yang pilihan bukunya tidak kalah menarik,” ujar Marina yang lebih banyak di rumah saja di Bekasi, Jawa Barat.
Ia sudah mengunjungi Kamboja dan India selama #bacakelilingdunia. Ada dua buku favoritnya sejauh itu. Lusifer! Lusifer! karya Venerdi Handoyo dan Neraka Kamboja 2: Siksa dan Derita karya Haing Ngor.
Lusifer! Lusifer! menceritakan tentang agama sebagai dalih untuk menutupi kejahatan di dalam diri manusia. Sementara Neraka Kamboja 2: Siksa dan Derita mengisahkan si penulis Haing Ngor yang hidup dalam rezim Khmer Merah. Haing Ngor bertahan hidup dengan kerja paksa dan penyiksaan.
Menurut dia, inisiatif membaca seperti #bacakelilingdunia tidak saja menumbuhkan minat membaca. Ada eksplorasi penulis berdasarkan tempat kelahiran sekaligus berkenalan melalui karyanya. ”Membaca itu bisa dibuat menyenangkan seperti ini dan dilakukan bersama-sama juga melalui tagar,” katanya.