Sejumlah upaya dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk memberdayakan perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga dari kelompok masyarakat kurang mampu. Salah satunya dengan memberdayakan ekonomi mereka.
Oleh
IQBAL BASYARI/ AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya menggulirkan program pemberdayaan ekonomi bagi para perempuan kepala keluarga, khususnya yang berasal dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, di daerah itu. Mereka berwirausaha di rumah dan menjadi tulang punggung keluarga.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Selasa (4/8/2020) mengatakan, perempuan bisa membantu perekonomian keluarga. Salah satu caranya berwirausaha dengan memproduksi barang dan jasa dari rumah. Dengan demikian, perempuan bisa produktif. ”Dua sumber pendapatan lebih baik daripada hanya satu sumber penghasilan,” ujarnya.
Sejak tahun 2010, Risma membuat program Pahlawan Ekonomi. Melalui program ini, ibu rumah tangga dilatih berwirausaha. Mereka mendapatkan pelatihan menciptakan produk dan memasarkan. Ada tiga jenis pelatihan, yakni bisnis kuliner, industri kreatif, dan industri rumahan. Warga bebas memilih pelatihan yang diinginkan. Selain warga yang memiliki usaha, warga yang ingin merintis usaha juga disarankan mengikuti pelatihan itu.
”Pelatihan dilakukan setiap Sabtu dan Minggu, selama pandemi Covid-19 (penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru), pelatihan dialihkan melalui daring,” katanya.
Upaya memberdayakan perempuan pada tahun 2010 diawali dengan memberikan perlindungan sekaligus pendampingan bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Lantas berlanjut ke warga Surabaya yang masuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarga miskin. Perempuan tidak hanya diselamatkan dari kekerasan dalam rumah tangga, tetapi juga didampingi lalu dibekali keterampilan sesuai minatnya.
”Pelatihan dan pendampingan dilakukan Pemkot Surabaya benar-benar sesuai kegemaran yang bersangkutan, mau menjahit, menyulam, membatik, kuliner atau kerajinan tangan lain, terserah. Pemkot memenuhi semua keinginan mereka sehingga mereka benar-benar mencintai segala usahanya untuk bisa bangkit,” ucap Risma.
Menurut Ketua Dharma Wanita Kota Surabaya Lis Hendro, pemberdayaan perempuan berhasil karena keterampilan yang diberikan sesuai kebutuhannya. ”Jika ada yang ingin mengembangkan budidaya lele, maka diajari dan didampingi sampai bisa mengolah produk yang dihasilkan, misalnya dengan membuat keripik lele atau abon lele, agar perempuan semakin berdaya,” ujarnya.
Pendampingan ibu rumah tangga korban KDRT, termasuk pekerja seks komersial dari enam bekas lokalisasi di Kota Surabaya, yang ditutup seluruhnya pada tahun 2014, terus bergulir dengan kehadiran program Pahlawan Ekonomi.
Agus Wahyudi dari Humas Pahlawan Ekonomi mengatakan, beberapa perempuan bahkan kini menjadi tulang punggung keluarga. Bisnis yang awalnya hanya menjadi usaha sampingan kini justru menjadi tulang punggung keluarga. Suami mereka bahkan rela keluar dari pekerjaan karena bisnisnya menjanjikan.
Diah Arfianti, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Diah Cookies, mengatakan, usaha bisnis kue pada awalnya hanya usaha sampingan untuk menambah penghasilan keluarga. Namun usaha itu menjadi tumpuan ketika suaminya dipecat dari pekerjaan. Pasangan itu kemudian fokus untuk mengembangkan bisnis kue kering.