Seniman Tetap Berkreativitas di Tengah Pandemi Covid-19
Pembatasan aktivitas sosial pada masa pandemi penyakit Covid-19 tidak menghalangi seniman tetap berproses dan berkreativitas. Berdiam di rumah menjadi kesempatan untuk merenung dan menggali ide-ide kreatif.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pembatasan aktivitas sosial pada masa pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19) tidak menjadi penghalang seniman tetap berproses dan berkreativitas. Berdiam di rumah menjadi kesempatan bagi seniman untuk merenung dan menggali ide-ide kreatif dalam proses penciptaan karya.
”Seniman jangan diam. Mesti harus bergerak walaupun makan susah,” kata I Nyoman Erawan dalam program interaktif Teras Bentara edisi Rabu (29/7/2020) yang ditayangkan secara langsung melalui Instagram live Bentara Budaya Bali.
Program ulasan seni budaya secara dalam jaringan (daring) dari Bentara Budaya yang dipandu kurator Bentara Budaya, Ipong Purnama Sidhi, itu membincangkan sosok Erawan sebagai seniman dan perspektifnya mengenai berkreativitas di tengah pandemi Covid-19.
Sebelum menghadirkan Erawan, Bentara Budaya Bali pernah menghadirkan Ayu Laksmi pada program Teras Bentara edisi Rabu (20/5) dan Pande Wayan Suteja Neka pada Rabu (24/6).
Erawan mengatakan, masa pandemi Covid-19 memberikannya kesempatan untuk retrospeksi diri dan fokus berkarya meskipun berada di studio atau di rumah akibat berlakunya pembatasan aktivitas sosial. ”Ini pendapat saya pribadi,” ujar Erawan menanggapi pertanyaan Ipong tentang momentum pada saat pandemi Covid-19.
Seniman jangan diam. Mesti harus bergerak walaupun makan susah.
Dalam masa pandemi Covid-19, program seni secara daring menjadi wahana pilihan. Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali juga membuat program pementasan secara daring dengan melibatkan lebih dari 200 kelompok seni atau sanggar dari seluruh Bali. Langkah itu bertujuan menjaga daya hidup kreatif seniman, khususnya seniman Bali, dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Erawan adalah seniman asal Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, yang dikenal dinamis. Bagi lingkungan Bentara Budaya, Erawan bukanlah sosok yang asing. Beberapa kali Erawan berpameran di Bentara Budaya, di antaranya pameran tunggal bertajuk ”Shadow Dance 3” di Bentara Budaya Bali, Sabtu (28/10/2017).
Multitalenta
Erawan disebut sebagai seniman dan kreator multitalenta, selain pelukis, alumnus Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) Yogyakarta, yang sekarang ISI Yogyakarta, itu juga dramawan. Erawan menggali nilai-nilai tradisi dan budaya Bali yang kemudian diekspresikannya secara bebas dalam karyanya yang lintas medium.
Erawan menyebutnya sebagai bentuk visual art, bahwa seni lukis tidak harus ditampilkan dalam medium dua dimensi. ”Kegelisahan saya tentang seni rupa, (saya) tidak ingin seni rupa dibagi-bagi, dikotak-kotakkan, ini seni lukisan ini seni apa. Bagi saya, (seni lukis) ini visual art,” kata Erawan dalam program Teras Bentara itu.
Dalam program Teras Bentara, Rabu, Ipong mengamati sejumlah lukisan karya Erawan yang dinilainya lebih ceria dan menampakkan keriangan dengan pilihan warna primer dan pastel. Erawan menyatakan, berkesenian juga menjadi sebuah terapi personal.
Penggarapan karya tersebut dinyatakan Erawan sebagai strategi untuk menyehatkan diri. ”Dalam kondisi sudah berumur, menghadapi hal-hal yang mengerikan seperti saat ini, ini upaya menjaga kegembiraan dalam tingkatan berbeda,” kata Erawan. ”Saya dengan sadar membuat sesuatu yang membangkitkan keriangan. Berkesenian menjadi sebuah terapi personal,” ujar Erawan.