Tambah 28 Kasus Baru Covid-19, Ponpes Gontor Antisipasi Potensi Penularan Baru
Kasus positif Covid-19 di Pesantren Gontor Ponorogo bertambah 28 orang sehingga total menjadi 84 santri. Harapannya kasus ini yang terakhir. Upaya penanganan dilakukan secara optimal untuk mencegah penularan baru.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Jumlah kasus positif Covid-19 di Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo kembali bertambah 28 orang sehingga total menjadi 84 santri. Kasus ini diharapkan menjadi yang terakhir. Upaya penanganan dilakukan secara optimal untuk mencegah potensi penularan baru.
Penambahan 28 kasus positif Covid-19 itu terjadi Jumat (24/7/2020). Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni. Dalam pernyataan resminya, total ada penambahan kasus baru Covid-19 sebanyak 32 orang, dengan rincian 28 orang berasal dari santri Gontor, dua warga Desa Kauman, seorang warga Kecamatan Sampung, dan satu lagi warga Kecamatan Sawoo.
”Dengan adanya penambahan kasus tersebut, total terkonfirmasi positif Covid-19 di Ponorogo saat ini menjadi 178 kasus. Dari jumlah tersebut, kelompok kasus terbanyak dari Gontor,” ujar Ipong.
Ipong mengajak masyarakat bersatu memutus rantai sebaran Covid-19. Caranya kompak menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin tinggi. Selalu memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak fisik saat berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, menjaga daya tahan tubuh dengan asupan makanan bergizi, istirahat cukup, rajin berolahraga, dan rutin berjemur di pagi hari.
Di samping menerapkan protokol kesehatan, Ipong juga mengajak warga meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pengawasan terhadap kedatangan warga dari daerah zona merah. Satgas Covid-19 di tingkat desa diminta berperan aktif mencegah sebaran virus korona galur baru dengan cara membangun masyarakat yang tanggap terhadap bencana akibat penyakit ini.
Berangkat ke Surabaya
Wakil Ketua Satgas Covid-19 Gontor Adib Fuadi Nuriz mengatakan, 28 santri yang baru terkonfirmasi positif tersebut saat ini tengah bersiap berangkat ke Rumah Sakit Lapangan Indrapura, Surabaya. Mereka akan menjalani perawatan intensif dan mendapat penanganan optimal supaya cepat sembuh.
Dengan adanya penambahan kasus tersebut, total terkonfirmasi positif Covid-19 di Ponorogo saat ini menjadi 178 kasus. Dari jumlah tersebut, kelompok kasus terbanyak dari Gontor. (Ipong Muchlissoni)
Menurut Adib, seluruh 28 santri yang terkonfirmasi Covid-19 baru-baru ini dalam kondisi sehat tanpa gejala klinis Covid-19. Mereka juga sudah menjalani masa karantina selama beberapa hari setelah menjalani pemeriksaan uji cepat dan hasilnya reaktif. Karantina dilakukan di Wisma Gontor dengan prosedur standar kesehatan dan penerapan protokol pencegahan Covid-19 secara maksimal.
Dari 84 santri Gontor yang terkonfirmasi positif Covid-19, saat ini tinggal 35 orang yang menjalani perawatan. Sebanyak 49 santri telah dinyatakan sembuh. Meski demikian, para santri yang sembuh masih harus menjalani masa pemulihan sampai kondisinya benar-benar sehat. Hal itu dilakukan sebagai upaya kehati-hatian dalam penanganan Covid-19.
”Harapannya ini menjadi gelombang terakhir kasus Covid-19 di Pesantren Gontor 2 Ponorogo. Upaya penanganan dilakukan secara optimal untuk mencegah potensi penularan baru,” kata Adib.
Pesantren Gontor telah mengadakan alat uji usap Covid-19 secara mandiri untuk mempercepat penanganan kasus. Satgas Covid-19 Gontor juga telah memperluas upaya pencegahan sebaran virus hingga ke pesantren cabang di luar Ponorogo, seperti PMDG Magelang dan PMDG Putri Ngawi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Rektor Universitas Darussalam Gontor yang juga Pembina Satgas Covid-19 Gontor, Profesor Amal Fathullah Zarkasyi, mengatakan kasus pertama mencuat pada 2 Juli lalu. Saat itu seorang santri asal Sidoarjo yang baru kembali ke pesantren diduga terindikasi Covid-19 setelah orangtuanya dinyatakan positif.
Luar lingkungan pesantren
Indikasi itu kemudian dikonfirmasi melalui hasil uji usap yang menyatakan santri tersebut positif Covid-19 sehingga dia akhirnya dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kasus inilah yang dimaksud dengan penularan berasal dari luar lingkungan pesantren. Selain itu, kasus bisa diungkap karena kerja sama yang baik antara Gugus Tugas Sidoarjo, Provinsi Jatim, dan Ponorogo dalam pelacakan kontak erat pasien positif.
Selain merawat santri yang terkonfirmasi positif, pesantren juga mengisolasi teman sekelas dan sekamarnya untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas. Namun, di tengah upaya menangani kasus tersebut, pesantren kembali dikejutkan dengan temuan sejumlah santri yang positif Covid-19.
Kasus kedua ini bermula saat 150 santri baru hendak berangkat menuju Kendari, Sulawesi Tenggara, menjalani uji cepat. Santri yang hasil uji cepatnya reaktif dilanjutkan dengan uji usap sehingga didapat 10 santri terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan penambahan itu, total santri positif menjadi 11 orang.
Pelacakan kontak dan pengetesan terhadap santri di Pesantren Gontor semakin digencarkan untuk memetakan sebaran Covid-19 secara akurat. Pesantren menerima 1.500 reagen uji cepat dan 10.000 masker dari Pemerintah Provinsi Jatim untuk mempercepat penanganan. Hasilnya, hingga saat ini jumlah santri maupun pengasuh yang terkonfirmasi Covid-19 mencapai 51 orang.
Harapannya ini menjadi gelombang terakhir kasus Covid-19 di Pesantren Gontor 2 Ponorogo. Upaya penanganan dilakukan secara optimal untuk mencegah potensi penularan baru. (Adib Fuadi Nuriz)
Amal Fatullah Zarkasyi mengatakan, upaya mencegah sebaran virus korona sejatinya telah dilakukan jauh hari atau sejak awal pandemi. Misalnya, memulangkan santri dengan menggunakan kendaraan sewaan pesantren dan bukan kendaraan umum untuk meminimalkan interaksi sosial.
Sebelum kembali ke pesantren, santri diminta melakukan karantina di rumah dengan pengawasan wali santri. Syarat kembali ke pesantren pun cukup ketat dengan mewajibkan pemeriksaan kesehatan dan uji cepat.
Selama di pesantren, santri diwajibkan bermasker dan membawa peralatan pribadi sendiri-sendiri seperti alat makan. Bahkan, shalat dan tidur pun diatur dengan menerapkan jarak minimal aman dari sebaran Covid-19.