Belasan ribu santri telah kembali ke Ponpes Lirboyo di Kediri sejak Juni lalu. Mereka datang bergelombang. Selain menerapkan protokol kesehatan, pihak pesantren mewajibkan mereka menjalani karantina selama dua pekan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, menerapkan protokol kesehatan bagi para santri selama tinggal dan menjalani proses belajar di ponpes. Pihak ponpes juga rutin memantau ribuan santri yang sudah masuk kembali sejak akhir Juni lalu guna memastikan kesehatan mereka.
Saat ini ada sekitar 12.500 santri yang sudah kembali ke Lirboyo setelah belajar di rumah masing-masing selama tiga bulan akibat pandemi. Mereka datang ke Kediri secara bergelombang, yakni 2.500 orang pada akhir pekan ketiga Juni (gelombang pertama) dan 10.000 orang pada pekan kedua Juli (gelombang kedua).
Menurut rencana, menyusul masuk 4.000 santri (gelombang ketiga) pada hari Sabtu (25/7/2020). Seperti gelombang pertama dan kedua, santri yang masuk dalam gelombang ketiga diwajibkan menjalani sejumlah tahapan, antara lain karantina mandiri di rumah masing-masing selama dua pekan dilanjutkan karantina di ponpes selama dua minggu.
Memang selama pandemi, kami jadi lebih peduli kepada para santri. Ada keluhan sedikit langsung diobati. (Abdul Mu’id Shohib)
Pembagian waktu masuk santri dalam beberapa gelombang dilakukan dalam rangka mengantisipasi penyebaran Covid-19. Santri yang datang pada gelombang ketiga juga melakukan tes cepat (rapid test) di daerah masing-masing sebelum berangkat ke Kediri. Jika hasilnya nonreaktif, mereka boleh datang dan sebaliknya. Tes cepat dilakukan bekerja sama dengan pemerintah daerah asal santri.
”Pada gelombang pertama dan kedua, mereka membawa surat keterangan sehat dari daerah masing-masing, rapid test-nya tergantung (daerah). Untuk gelombang ketiga, mereka melengkapi diri dengan tes cepat, kebetulan pemerintah daerah mereka membantu rapid test,” ujar Ketua Pesantren Tangguh Lirboyo KH Abdul Mu’id Shohib saat dihubungi dari Malang, Kamis (23/7/2020).
Meski pada gelombang pertama dan kedua tes cepat tergantung pemerintah daerah, para santri telah melalui proses screening di daerah asal. Pihak ponpes melibatkan lembaga alumni untuk memantau apakah lingkungan santri yang dimaksud aman dari kasus positif Covid-19.
Tidak diperbolehkan
Mereka yang hendak kembali ke Lirboyo juga bukan berasal dari zona merah, seperti Surabaya Raya serta Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek). Santri yang tinggal di daerah zona merah tidak diperbolehkan datang sampai suasana membaik.
Terkait 12.500 santri yang sudah berada di ponpes, Mu’id menjelaskan mereka terus dipantau kesehatannya. Aktivitas mereka juga dipantau pihak ponpes, termasuk para santri tidak diperbolehkan bergerombol, wajib menggunakan masker, dan menjaga jarak satu sama lain.
”Sebanyak 10.000 santri masih ada satu hari lagi sisa waktu karantina. Selama di karantina, setiap hari dimonitor untuk memastikan mereka sehat semua. Selama di asrama, mereka juga diminta tidak bergerombol,” ujarnya.
Selama menjalani karantina, menurut Mu’id, memang ada santri yang mengeluh sakit biasa. Pihak ponpes langsung membawa mereka berobat dan sembuh. ”Memang selama pandemi, kami jadi lebih peduli kepada para santri. Ada keluhan sedikit langsung diobati,” ucapnya.
Dihubungi secara terpisah, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar berharap ponpes di wilayahnya menerapkan protokol kesehatan secara optimal. Selain itu, para santri juga harus disiplin menjaga diri. ”Biar di situ saja (santri jangan keluar dari pesantren). Tidur juga jangan pindah-pindah kamar,” ujarnya.
Sejauh ini, menurut Abu Bakar, belum ada pesantren di wilayahnya yang menjadi tempat penularan Covid-19. Selain memantau ponpes yang ada, pihaknya juga menyambut baik upaya ponpes yang menyiapkan tempat karantina mandiri bagi santri.
Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Kediri. Sejauh ini belum ada pesantren yang menjadi tempat penularan Covid-19. Yang ada, delapan warga Kabupaten Kediri terkonfirmasi positif Covid-19 dan masuk dalam kluster Pesantren Temboro di Kabupaten Magetan. Itu pun sudah cukup lama tidak ada penambahan kasus positif dari kluster tersebut di Kabupaten Kediri.