Di Luar Belajar, Anak Gunakan Gawai Lebih dari Lima Jam
Selama masa pandemi, anak menggunakan gawai dalam sehari lebih dari satu jam untuk di luar kepentingan belajar, bahkan ada yang menggunakan gawai lebih dari lima jam. Orangtua agar menaruh perhatian akan hal ini.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat anak-anak semakin lekat dengan gawai. Tidak hanya untuk kepentingan belajar dari rumah, tetapi juga untuk kepentingan lain. Selama masa pandemi, sejumlah anak menggunakan gawai dalam sehari lebih dari satu jam untuk di luar kepentingan belajar, bahkan ada yang menggunakan gawai lebih dari lima jam.
Selain untuk permainan (game), anak juga menggunakan gawai untuk mengakses media sosial dan menonton video, terutama melalui Youtube. Umumnya orangtua cenderung tidak melakukan pendampingan saat anak menggunakan gawai. Kalau ada pendampingan dari orangtua, hal itu lebih banyak dilakukan ibu daripada ayah.
Demikian hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap anak dan orangtua di 34 provinsi dengan responden anak (25.164 orang) dan orangtua (14.169 orang). Dari survei daring yang berlangsung 8-14 Juni 2020, KPAI juga menemukan selama pandemi, sebagian besar anak (79 persen) diizinkan menggunakan gawai untuk belajar dan 71,3 persen anak memiliki gawai sendiri. Mayoritas anak tidak memiliki aturan (79 persen) penggunaan gawai dari orangtua.
Hasil survei tersebut disampaikan Ketua KPAI Susanto bersama komisioner KPAI, Rita Pranawati dan Margaret Aliyatul Maimunah, dalam keterangan pers secara daring, Rabu (22/7/2020). Survei tersebut menemukan, lebih dari separuh responden anak mengakses permainan daring.
”Ketika ditanya soal jenis permainan yang diakses anak-anak saat menggunakan gawai, para responden menjawab permainan perang adalah yang paling banyak dimainkan (26 persen),” ujar Margaret.
Selain permainan perang, anak-anak juga menyukai permainan petualangaan (16 persen), edukasi dan kreativitas (12 persen), olahraga (6 persen), kekerasan (3 persen), dan percintaan (1 persen).
Ketika ditanyakan perasaan apa yang paling sering anak rasakan selama menjalani situasi pandemi Covid-19, jawaban paling banyak adalah bosan (63 persen). Untuk mengatasi kondisi tersebut, anak-anak bercerita ke orangtua (65 persen), atau bercerita ke teman (52 persen), dan hanya sebagian kecil (3 persen) anak-anak yang merasa tidak nyaman dengan pandemi mengakses layanan konsultasi atau layanan pengaduan.
Paling banyak tidur
Selama pandemi Covid-19, survei KPAI juga menemukan bahwa aktivitas paling banyak dilakukan anak selain belajar adalah bermain game, menonton televisi, tidur, menonton Youtube, mengakses media sosial, dan baca buku.
Dari sisi jenis kelamin, anak laki-laki paling banyak main game, kemudian menonton televisi, tidur, menonton Youtube, dan mendengarkan musik. Sedangkan anak perempuan aktivitas paling banyak adalah tidur, kemudian menonton televisi, mendengarkan musik, menonton Youtube, dan mengakses media sosial.
Survei KPAI juga menemukan, selama pandemi Covid-19, anak mengalami kekerasan dan pelakunya keluarga sendiri, yakni ibu, kakak/adik, dan atau ayah. Adapun bentuk kekerasannya dicubit, dipukul, dijewer, dan lain sebagainya.
”Meskipun anak mengalami kekerasan fisik dan psikis dari orangtua, emosinya masih positif. Hal ini dapat dilihat dari situasi senang yang mereka rasakan,” kata Rita.
Atas survei tersebut, KPAI merekomendasikan penguatan edukasi tentang penggunaan gawai bagi anak, terutama aturan bagi anak dalam menggunakan gawai, batas waktu, serta penjelasan dampak negatif dan positif penggunaan gawai. Selain itu, sangat penting keterlibatan ayah dalam melakukan pengawasan dan pendampingan saat anak menggunakan gawai.
Perlu kontrol yang lebih ketat terhadap permainan daring dan akses internet untuk menghindari permainan game daring perang-perangan dan tontonan yang tidak sopan saat anak mengakses internet. (Rita Pranawati)
”Perlu kontrol yang lebih ketat terhadap permainan daring dan akses internet untuk menghindari permainan game daring perang-perangan dan tontonan yang tidak sopan saat anak mengakses internet,” ujar Rita.
Selain itu, KPAI juga merekomendasikan perlunya edukasi pembagian peran yang baik antara ibu dan ayah dalam mengasuh anak, terutama dalam kondisi Covid-19. Ayah harus lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak karena sejatinya anak memerlukan kedua orangtuanya. Sebab, kerja sama orangtua dalam hal urusan rumah tangga dan pengasuhan akan berdampak positif pada anak serta mengurangi kekerasan fisik dan psikis terhadap anak.
”Ada potensi gap pengasuhan orangtua dengan penerimaan anak sehingga kualitas komunikasi dalam pengasuhan harus terus diintensifkan. Selain itu, perlu ada edukasi pola pengasuhan kreatif kepada orangtua sehingga anak dapat beraktivitas positif dan kreatif di rumah,” ujar Rita.