Pencegahan Penularan Covid-19 di Pesantren Butuh Peran Berbagai Pihak
Upaya mencegah penularan Covid-19 di lingkungan pesantren tidak hanya menuntut peran serta dari pengelola, tetapi juga keterlibatan berbagai pihak agar upaya memutus rantai sebaran penyakit menjadi lebih efektif.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Upaya mencegah penularan Covid-19 di lingkungan pesantren tidak hanya menuntut peran serta dari pengelola. Berkaca pada kasus Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, sumber penularan berasal dari lingkungan luar sehingga memerlukan keterlibatan berbagai pihak agar upaya memutus rantai sebaran penyakit menjadi lebih efektif.
Data Pemkab Ponorogo menyebutkan, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG) hingga Selasa (21/7/2020) tercatat 51 orang dengan rincian sebanyak 34 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 17 lainnya masih dirawat di RSUD Ngawi dan RS Lapangan Indrapura Surabaya.
Saat itu seorang santri asal Sidoarjo yang baru kembali ke pesantren diduga terindikasi Covid-19 setelah orangtuanya dinyatakan positif. (Amal Fathullah)
Rektor Universitas Darussalam Gontor yang juga Pembina Satgas Covid-19 Gontor Profesor Amal Fathullah Zarkasyi dalam diskusi ”Laporan dari Pesantren” yang diadakan secara daring oleh BNPB, Selasa (21/7/2020), mengatakan, kasus pertama mencuat pada 2 Juli.
”Saat itu seorang santri asal Sidoarjo yang baru kembali ke pesantren diduga terindikasi Covid-19 setelah orangtuanya dinyatakan positif,” ujar Amal.
Indikasi itu kemudian dikonfirmasi melalui hasil uji usap yang menyatakan santri tersebut positif Covid-19 sehingga dia akhirnya dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kasus inilah yang dimaksud dengan penularan berasal dari luar lingkungan pesantren. Selain itu, kasus bisa diungkap karena kerja sama yang baik antara Gugus Tugas Sidoarjo, Provinsi Jatim, dan Ponorogo, dalam pelacakan kontak erat pasien positif.
Selain merawat santri yang terkonfirmasi positif, pesantren juga mengisolasi teman sekelas dan sekamarnya untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas. Namun, ditengah upaya menangani kasus tersebut, pesantren kembali dikejutkan dengan temuan sejumlah santri yang positif Covid-19.
Kasus kedua ini bermula saat 150 santri baru hendak berangkat menuju Kendari, Sulawesi Tenggara, menjalani uji cepat. Santri yang hasil uji cepatnya reaktif dilanjutkan dengan uji usap sehingga didapat 10 santri terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan penambahan itu, total santri positif menjadi 11 orang.
Tak berhenti di sini, pelacakan kontak dan pengetesan terhadap santri-santri di Pesantren Gontor semakin digencarkan untuk memetakan sebaran Covid-19 secara akurat. Pesantren menerima 1.500 reagen uji cepat dan 10.000 masker dari Pemprov Jatim untuk mempercepat penanganan. Hasilnya, hingga saat ini jumlah santri maupun pengasuh yang terkonfirmasi Covid-19 mencapai 51 orang.
Jauh hari
Amal Fatullah Zarkasyi mengatakan upaya mencegah sebaran virus korona sejatinya telah dilakukan jauh hari atau sejak awal pandemi. Upaya itu diawali dengan membentuk satgas Covid-19 yang tugasnya, antara lain, mengedukasi penghuni pesantren tentang penyakit, bahayanya, penularannya, hingga cara pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
”Sosialisasi protokol kesehatan itu berlanjut hingga sekarang dan disampaikan dalam berbagai kesempatan sehingga para santri menjadi tanggap Covid-19,” kata Amal.
Dia menambahkan pesantren juga sudah menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 sejak sebelum pandemi semakin merebak. Misalnya, memulangkan santri dengan menggunakan kendaraan sewaan pesantren dan bukan kendaraan umum untuk meminimalkan interaksi sosial.
Selain itu, selama di pesantren, santri juga diwajibkan bermasker dan membawa peralatan pribadi sendiri-sendiri, seperti alat makan. Bahkan, shalat dan tidur pun diatur dengan menerapkan jarak minimal aman dari sebaran Covid-19.
Amal Fathullah menambahkan, berkaca pada kasus Gontor, salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penanganan sebaran Covid-19 adalah kecepatan pengetesan. Dalam kasusnya, hasil uji cepat lambat diterima. Waktu tunggu hasil uji cepat rata-rata lima hari bahkan bisa lebih.
Padahal, dengan hasil uji usap yang bisa lebih cepat, penanganan yang dilakukan bisa lebih tepat. Upaya mencegah meluasnya sebaran virus juga bisa dilakukan sedini mungkin. Untuk mengatasi hal itu, Pesantren Gontor telah melakukan pengadaan alat uji usap secara mandiri.
Belum semua
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Waryono dalam kesempatan yang sama mengatakan pemerintah menindaklanjuti dengan surat tentang protokol kesehatan. Pendidikan diniyah dan pesantren. Kondisi pesantren di Indonesia sangat beragam ada yang jumlah santrinya banyak dan ada yang sedikit, ada yang sarana prasarana memadai dan ada yang masih kurang.
”Data sampai dengan 21 Juli, dari total sekitar 28.000 pesantren, baru 8.085 pesantren yang benar-benar siap menerima santri kembali ke pesantren. Ini menunjukkan, pesantren sangat kooperatif dan mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah,” ucap Waryono.
Waryono menambahkan, pesantren yang siap mendatangkan santri, mereka mendatangkannya pun secara bertahap dan tidak sekaligus. Pesantren telah menetapkan skala prioritas berdasarkan kondisi mereka, seraya menunggu terpenuhinya semua sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Dalam diskusi tersebut, Pelaksana tugas Kalakhar BPBD Provinsi Jateng dan Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sarwa Pramana mengatakan pemerintah daerah memiliki peran signifikan dalam upaya penanggulangan sebaran penyakit di pesantren melalui kebijakan atau regulasi yang dibuat.
Misalnya, regulasi yang mewajibkan pesantren membentuk gugus tugas penanganan Covid-19, mewajibkan santri yang tiba di pesantren menjalani masa karantina selama 14 hari dulu sebelum memulai kegiatan pendidikan. Kebijakan lain, melarang pengantar masuk ke pesantren untuk meminimalkan interaksi.
Selain itu, pemerintah daerah bisa memantau penerapan protokol kesehatan di pesantren melalui dinkes atau puskesmas terdekat. Sejauh ini di Jateng belum ada laporan sebaran Covid-19 yang berasal dari lingkungan pesantren.