Jumlah kasus positif Covid-19 terus bertambah. Aktivitas warga di perkantoran dan ruang publik agar mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah berharap, warga mewaspadai penularan dari seseorang tak bergejala.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru bisa terjadi di perkantoran. Karena itu, aktivitas yang melibatkan banyak orang seperti rapat agar dikurangi, menjaga jarak sosial, dan sirkulasi udara dalam ruang rapat harus bagus.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers, menyebutkan, terdapat tambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.639 orang sehingga jumlah total kasus menjadi 86.521 orang. Kasus positif telah menyebar di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Jumlah tambahan kasus positif terkonfirmasi terbanyak berada di DKI Jakarta (313), Jawa Tengah (300), Jawa Timur (275), Sulawesi Selatan (158), Kalimantan Selatan (109), Kalimantan Tengah (75), dan Bali (55). Lima provinsi yang belum terdapat tambahan kasus positif Covid-19 antara lain Jambi, Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Timur.
Menurut Yurianto, total pasien terduga (suspect) Covid-19 mencapai sekitar 37.505 orang. Penularan virus korona baru masih terus terjadi. Kajian terakhir menyebutkan penyebaran melalui mikro droplet dimungkinkan terjadi karena keberadaannya bisa bertahan lama di udara. ”Harus diwaspadai seseorang terkonfirmasi positif tanpa gejala bisa jadi sumber penularan,” ujarnya.
Jaga jarak
Terkait hal itu, aktivitas perkantoran yang mulai berjalan kembali harus tetap mengedepankan kehati-hatian. Para pekerja wajib memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan. Kegiatan masuk kantor dibagi menjadi dua gelombang, yakni gelombang pertama pukul 07.30 dan kedua pukul 10.30. Pembagian ini bertujuan mencegah penumpukan penumpang transportasi umum.
”Kegiatan rapat di kantor sebaiknya dikurangi. Apabila tetap diselenggarakan, rapat harus diatur waktu, tidak ada hidangan, dan memberlakukan jaga jarak. Sirkulasi ruangan rapat harus dijaga,” ujarnya.
Saat berada dalam angkutan umum, warga wajib memakai masker, tidak makan dan minum, serta diharuskan tidak berbicara satu sama lain. Pekerja yang memiliki riwayat sakit tertentu diimbau tidak berangkat ke kantor.
Sementara itu, dr Muhammad Fajri Adda’i mengatakan, aktivitas warga di restoran ataupun tempat makan publik tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Contohnya, tetap memakai masker, begitu tiba di restoran segera mencuci tangan, dan tidak berbincang panjang lebar.
Pramusaji harus memakai masker untuk mengurangi penyebaran mikro droplet. Kebersihan meja makan, dapur, dan seluruh ruangan restoran harus selalu dijaga. Pemilik usaha harus memastikan sirkulasi udara melalui ventilasi berjalan lancar.
Kegiatan rapat di kantor sebaiknya dikurangi. Apabila tetap diselenggarakan, rapat harus diatur waktu, tidak ada hidangan, dan memberlakukan jaga jarak.
”Kepadatan kunjungan orang harus dijaga. Kalau perlu, pemilik usaha bisa membuat video profil tentang upaya-upaya kebersihan yang dilakukan,” kata Muhammad.
Dia menambahkan, warga perlu meminimalkan kunjungan makan ke restoran ataupun kedai makan dan beralih ke pemesanan dibawa pulang. Apabila tetap memaksakan ingin makan di tempat, warga harus memperhatikan sirkulasi udara di ruangan itu lancar, sebisa mungkin tidak berlama-lama, dan bayar memakai uang elektronik.
Kebiasaan kumpul
Pendiri The Atjeh Connection, Amir Faisal Nek Muhammad, mengatakan, saat ini, setiap meja makan dipasang sekat berupa mika. Sekat ini berfungsi sebagai pembatas tamu satu dengan lainnya saat memesan dan makan di lokasi.
Semua karyawan The Atjeh Connection juga rutin diikutkan tes Covid-19 setiap dua minggu sekali. Mereka diharapkan selalu rutin menjaga kebersihan di ruang makan dan dapur restoran.
Amir menyampaikan, jumlah pemesanan makan di tempat mengalami penurunan, tetapi pemesanan melalui aplikasi daring meningkat. Pengemasan produk hasil pesanan secara daring diupayakan tetap bersih.
”Tantangannya adalah kebiasaan orang Indonesia yang suka berkumpul lama di rumah makan dan kafe. Kebiasaan ini sudah menjadi budaya sehingga susah hilang,” katanya menjelaskan salah satu tantangan penerapan normal baru selama pandemi Covid-19.
Group General Manager Bintan Resort Abdul Wahab mengatakan, sejak pandemi Covid-19 berlangsung, sekitar 5.000 karyawan ”resort” diimbau tidak pulang ke kampung halaman. Mereka juga rutin diikutkan tes Covid-19.
Dia menceritakan, pintu keluar-masuk Bintan Resort hanya ada dua, yakni melalui jalur darat dan laut. Jalur darat biasanya dilakukan oleh turis nasional, sedangkan jalur laut dilakukan oleh turis asing yang naik feri.
Sekitar 80 persen tamu berasal dari warga negara asing, sementara sisanya turis nasional. Semenjak pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan anjlok. Abdul menggambarkan jumlah tamu bisa dihitung dengan jari.
Bupati Bintan Apri Sujadi menyampaikan, 60 persen pendapatan Bintan tergantung dari pariwisata. Ketika pandemi, sumber pendapatan otomatis terganggu. Apalagi, Bintan sempat ada tujuh orang positif terkena Covid-19. ”Kasus tersebut berasal dari orang yang transit. Satu dari tujuh orang pasien meninggal,” katanya.
Menurut Apri, Bintan kini tidak ada kasus positif Covid-19. Protokol kesehatan tetap dilakukan, seperti ajakan masyarakat wajib memakai masker. Tokoh agama diikutsertakan untuk membantu menyosialisasikan protokol kesehatan.
Kawasan resor yang jadi andalan Kabupaten Bintan tidak menyatu dengan permukiman warga. Hal ini dianggap mampu meminimalkan risiko penyebaran Covid-19. ”Setiap pintu masuk Bintan dipasang ketentuan yang mengharuskan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Kami mengajak warga dan pengunjung berkomitmen kuat mematuhi protokol kesehatan,” ujarnya.