Sejumlah anak yang tergabung dalam Forum Anak Indonesia menyuarakan aspirasi mereka terkait pandemi Covid-19. Mereka berharap semua pihak mematuhi protokol kesehatan agar penyebaran penyakit itu tidak meluas.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·5 menit baca
”Semua bosan, semua susah, semua ingin hidup normal. Jadi, tolong jangan egois, tetap terapkan protokol kesehatan. Untuk masyarakat Indonesia, tolong peduli dengan tenaga medis, mau berapa banyak lagi, sih, tenaga medis yang berguguran. Mereka juga punya keluarga, lho.”
Kalimat ini diucapkan oleh Diana Nadia Maulida, remaja putri dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mewakili suara Forum Anak Indonesia, saat menyampaikan isi hati anak-anak Indonesia kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Darmawati, Selasa (14/7/2020), di Jakarta, secara daring.
Ibu dari Diana selama pandemi Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru bekerja untuk mendistribusikan alat kesehatan dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Diana mengaku khawatir jika ibunya terinfeksi virus korona baru dari orang-orang di rumah sakit.
Tak hanya Diana, Hana Nuha, seorang anak dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, juga mengungkapkan sempat merasa sedih dan frustrasi saat dia dinyatakan positif terkena Covid-19, setelah tertular dari ayahnya. ”Yang Hana rasa ketika terkena Covid-19, merasa kesepian, dan beribadah adalah aktivitas untuk melawan Covid-19,” ujar Hana yang bersyukur karena kini telah sembuh meski mendapat perundungan dari orang yang tidak dikenal.
Semua bosan, semua susah, semua ingin hidup normal. Jadi, tolong jangan egois, tetap terapkan protokol kesehatan.
Diana dan Hana, dalam Forum Anak Se-Indonesia, menyampaikan perasaan mereka tentang pandemi Covid-19 serta harapan terhadap tenaga medis, pemerintah, dan masyarakat. Empat anak lain yang berbicara adalah Siti Rizki Fitri (Lombok Timur), Siti Lutfiya Munzilal Wahyu (Kota Serang), Ananda Akbari (Maluku), dan Afiqah Nepa MH (Tanjung Pinang).
Pada acara yang dikemas dalam bentuk ”Audiensi Bersama Kementerian Kesehatan” Forum Anak juga menyampaikan E-Book Surat Cinta untuk Tenaga Medis (SCUTM) kepada Menteri Kesehatan.
”Kami mengerti begitu banyak hal telah pemerintah lakukan pada masa pandemi Covid-19 ini. Tapi, besar harapan kami, sebagai calon generasi emas Indonesia 2045 agar optimalisasi terus dilakukan dengan mendengar pendapat anak Indonesia,” ujar Tristania Faisa Adam, Ketua Forum Anak Nasional yang memandu audiensi secara daring tersebut.
Hasil survei
Selain menyuarakan pandangan anak tentang pandemi, tiga perwakilan anak dari wilayah Indonesia bagian timur (Chritine Nebore, Papua Barat), tengah (Muhammad Adillah), dan barat (Fayanna) menyampaikan rekap survei Forum Anak terkait kondisi di setiap daerah saat pandemi.
Christin, misalnya, perwakilan dari Forum Anak Papua Barat, menuturkan sulitnya anak-anak di kawasan Indonesia timur belajar secara daring karena terkendala berbagai fasilitas. Sementara di saat pandemi, masyarakat tidak mau menerapkan protokol kesehatan.
Dalam e-book SCUTM, beberapa anak menulis surat cinta kepada tenaga medis. Misalnya, Nufaisah Andini Putri dari Bangka Belitung, dalam suratnya dia menulis ”Kepada pahlawan kemanusiaan yang telah berjuang setengah mati di saat yang mencekam. Terima kasih atas pengorbanan untuk memastikan kesembuhan dan kebahagiaan banyak orang, merawat dengan sepenuh hati, bahkan sampai mengorbankan diri sendiri. Engkau adalah pahlawan, pasukan pemulih kesehatan bangsa ini”.
Pada awal pandemi Covid-19 (26-29 Maret 2020) forum anak juga telah menghimpun aspirasi dan pandangan anak melalui Survei Ada Apa Dengan Covid 19 (AADC 19) lewat jaringan pengurus Forum Anak Se-Indonesia. Salah satu tujuan survei ini adalah untuk mengetahui persepsi dan pengetahuan anak tentang Covid-19.
Dari hasil survei yang menjaring 717 anak dari 29 provinsi sebagai responden, 81 persen anak tahu mengenai Covid-19 dan gejalanya. Bahkan, 98 persen anak yang menjadi responden merasa dengan adanya penyebaran Covid-19 berpengaruh pada kebiasaan serta pola hidup bersih dan sehat, termasuk sering mencuci tangan. Sebagian responden ada yang mempunyai keluarga sebagai tenaga medis Covid-19 yang membuat mereka merasa cemas sekaligus bangga.
Hak partisipasi anak
Menteri PPPA, saat mengawali acara tersebut, mengungkapkan inisiasi pembuatan e-book Surat Cinta Untuk Tenaga Medis datang dari anak-anak. Pada masa pandemi ini, anak-anak berhak untuk menyampaikan hak partisipasinya. Berdasarkan undang-undang, anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang wajib dilindungi.
”Tidak ada jalan terbaik untuk memahami persepsi mereka mengenai dampak pandemi ini serta menciptakan intervensi yang paling sesuai selain mendengarkan aspirasi mereka,” kata Menteri PPPA yang berpesan jika anak-anak tetap di rumah, disiplin menjaga kesehatan, berarti mereka menjadi pahlawan.
Menanggapi suara dan e-book SCUTM Forum Anak Se-Indonesia, Terawan mengaku bangga dan terharu atas semua yang diungkapkan oleh anak-anak. Semua itu memotivasinya untuk menyelesaikan pekerjaan mengatasi Covid-19. ”Mudah-mudahan kita bisa mengatasinya tidak lama lagi,” ujarnya.
Namun, kalau harus lama, Terawan berharap semua harus terus bertahan. Kepada anak-anak, dia berpesan untuk meningkatkan imunitas tubuh sehingga tidak mudah terinfeksi. Agar tidak terinfeksi, protokol kesehatan harus dilaksanakan dengan baik. Selain itu, anak-anak harus pakai masker dan rajin cuci tangan agar angka positif Covid-19 makin kecil.
Anak-anak juga diminta menyiasati kondisi pandemi saat ini agar tidak stres dengan melakukan kegiatan positif dan terus berkomunikasi dengan sesama anak serta memakai bahasa anak-anak sehingga mereka menjadi makin percaya diri sehingga imunitasnya menjadi meningkat.
Semenjak terjadi kasus Covid-19 pertama pada 2 Maret 2020, hingga 12 Juli 2020, terdata 75.669 orang di Indonesia dinyatakan positif terjangkit Covid-19, dengan jumlah penderita yang sembuh 35.638 orang dan jumlah korban meninggal yang mencapai angka 3.606 orang.
Meski angka positif Covid-19 didominasi oleh kelompok usia dewasa, di mana jumlah anak tercatat hanya 8,1 persen dari jumlah angka keseluruhan positif Covid-19, dampak dari wabah ini amat dirasakan anak-anak sebagai salah satu kelompok yang rentan.
Kementerian PPPA memberikan perhatian khusus karena selain nasib anak yang positif menderita Covid-19, nasib anak yang harus dipisahkan dari orangtuanya yang harus menjalani proses isolasi setelah dinyatakan sebagai penderita Covid- 19 juga perlu mendapat perhatian.
Selama masa pandemi Covid-19, isu kesehatan anak tak hanya berhenti pada isu kesehatan fisik, tetapi juga melingkupi isu kesehatan jiwa. Sebab, anak-anak harus berjuang melawan kebosanan untuk tetap berada di rumah saja serta berkegiatan dan belajar di rumah selama masa karantina.