Bermain Bersama Ayah Dapat Meningkatkan Kontrol Diri pada Anak
Permainan ayah bersama anak saat anak berusia 0-3 tahun akan membuat anak menjadi lebih mudah mengendalikan perilaku dan emosi mereka ketika mereka tumbuh dewasa.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Ketika orangtua mengajak anak bermain, bukan hanya akan mendekatkan diri dengan anak, tetapi juga dapat membantu mengembangkan emosi dan kepribadian anak. Dan, setiap orangtua dapat memainkan peran yang berbeda.
Penelitian menunjukkan, ayah yang meluangkan waktunya untuk bermain dengan anaknya ketika anak berusia 0-3 tahun akan berpengaruh sangat positif pada anak. Anak menjadi lebih mudah mengendalikan perilaku dan emosi mereka ketika mereka tumbuh dewasa.
Tim peneliti dari Fakultas Pendidikan Universitas Cambridge, Inggris, dan Yayasan LEGO mengumpulkan bukti secara terpisah untuk memahami tentang bagaimana ayah bermain dengan anak-anak mereka ketika anak berusia 0-3 tahun dalam 40 tahun terakhir. Ini untuk mengetahui apakah permainan ayah dan anak berbeda dengan permainan ibu dan anak, dan dampaknya terhadap perkembangan anak.
Penelitian yang menyelidiki permainan ayah-anak sangat jarang, atau kadang hanya kebetulan.
Permainan orangtua-anak di tahun-tahun pertama kehidupan anak diketahui penting untuk mendukung keterampilan sosial, kognitif, dan komunikasi anak, tetapi selama ini sebagian besar penelitian berfokus pada ibu dan bayi. Penelitian yang menyelidiki permainan ayah-anak sangat jarang, atau kadang hanya kebetulan.
”Penelitian kami mengumpulkan semua yang dapat kami temukan pada subyek, untuk melihat, apakah kami bisa mengambil pelajaran temuan kami,” kata Paul Ramchandani, Profesor Bermain dalam Pendidikan, Pengembangan dan Pembelajaran di Universitas Cambridge seperti dikutip Science Daily, 29 Juni 2020.
Hasilnya, ada banyak kesamaan antara ayah dan ibu ketika bermain bersama anak. Meskipun begitu, secara keseluruhan tim peneliti menemukan bahwa ayah lebih banyak bermain secara fisik seperti menggelitik, mengejar, atau bermain kuda-kudaan.
Permainan seperti itu membantu anak-anak belajar mengendalikan perasaan mereka, dan mungkin juga membuat anak-anak lebih baik dalam mengatur perilaku mereka di kemudian hari. Keterampilan pengaturan dalam permainan-permainan tersebut penting untuk perkembangan emosi anak.
Pada tingkat kebijakan, kata Dr Ciara Laverty dari Yayasan LEGO, ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan figur ayah, dan ibu, yang memberi waktu dan ruang untuk bermain bersama anak-anak mereka pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Saat ini, hampir tidak biasa kita melihat ayah yang membawa anak mereka ke kelompok orangtua-anak balita.
Permainan fisik
Dalam penelitian ini, para akademisi Universitas Cambridge menggunakan data dari 78 penelitian yang dilakukan antara tahun 1977 dan 2017, sebagian besar di Eropa dan Amerika Utara. Para peneliti menganalisis informasi gabungan untuk pola tentang berapa sering ayah dan anak bermain bersama-sama, sifat permainannya, dan kaitannya dengan perkembangan anak.
Rata-rata tim peneliti menemukan bahwa kebanyakan ayah bermain dengan anak mereka setiap hari, dan permainannya lebih cenderung ke permainan fisik. Dengan bayi, ayah mengangkat tubuh anak, dengan anak balita ayah biasanya memilih bermain dengan lebih riuh seperti kejar-kejaran.
Di hampir semua penelitian yang dikaji, ada korelasi yang konsisten antara permainan ayah-anak dengan kemampuan anak-anak di kemudian hari untuk mengendalikan perasaan mereka. Anak-anak yang menikmati waktu bermain berkualitas tinggi dengan ayah mereka kecil kemungkinan menunjukkan hiperaktif, serta masalah emosional dan perilaku.
Anak-anak tersebut juga tampak lebih baik dalam mengendalikan agresi mereka, dan cenderung kurang menyerang anak-anak lain ketika ada perselisihan di sekolah. Mungkin karena permainan dengan ayah ketika mereka kecil sangat cocok untuk mengembangkan keterampilan ini.
”Bermain fisik menciptakan situasi yang menyenangkan dan mengasyikkan di mana anak-anak harus menerapkan pengaturan diri. Anak-anak mungkin harus mengendalikan kekuatannya, belajar ketika keadaan sudah terlalu jauh atau mungkin ayah menginjak kaki anak secara tidak sengaja dan anak marah,” kata Ramchandani.
Permainan orangtua-anak, dalam hal ini ayah-anak, kata Ramchandani, merupakan lingkungan yang aman di mana anak-anak dapat berlatih bagaimana merespons suatu tindakan atau keadaan. ”Jika mereka bereaksi dengan cara yang salah, mereka mungkin akan diberi tahu, dan kondisi seperti ini akan diingat anak ketika mereka menghadapi perilaku atau situasi yang berbeda,” ujarnya.
Penelitian ini juga menemukan sejumlah bukti bahwa permainan ayah-anak secara bertahap meningkat seiring usia anak, kemudian menurun ketika anak berusia 6-12 tahun. Ini mungkin karena secara fisik sangat penting untuk membantu anak-anak di tahun-tahun awal kehidupan mereka untuk menegosiasikan tantangan yang mereka hadapi ketika mereka menghadapi kondisi di luar rumah, khususnya di sekolah.
Terlepas dari manfaat bermain ayah-anak, bukan berarti anak-anak yang hanya tinggal bersama ibu mereka akan dirugikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa perlu ada variasi jenis permainan yang dapat diakses oleh anak-anak, dan ibu bisa mengajak anak bermain fisik.
”Anak-anak akan mendapat manfaat besar jika mereka diberikan berbagai cara untuk bermain dan berinteraksi,” kata Ramchandani. Penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Developmental Review pada 27 Juni 2020.