Siswa SD Diajak Lakukan Aksi Nyata Melindungi Bumi
Siswa SD diajak untuk menunjukkan aksi nyata menyelamatkan bumi melalui Olimpiade Sains Kuark 2020. Tahun ini, olimpiade dilakukan secara daring, dengan mengunggah video ke Youtube.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Melindungi bumi dari dampak perubahan iklim menjadi tanggung jawab semua orang, tak terkecuali siswa sekolah dasar. Ternyata, mereka pun sudah menunjukkan aksi nyata untuk ikut menyelamatkan bumi. Lewat kegiatan Olimpiade Sains Kuark yang berlangsung tiap tahun, siswa SD dari seluruh Indonesia diajak untuk menjadi saintis yang melindungi bumi.
Peristiwa pandemi Covid-19 membuat kegiatan puncak atau final Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2020 yang biasanya digelar dengan meriah disertai kunjungan lapangan terpaksa disulap menjadi daring. Sebanyak 300 finalis dari 100 kota/kabupaten di 24 provinsi yang terpilih diminta membuat proyek sains secara daring yang diunggah ke Youtube.
Melalui proyek Aksiku untuk Bumiku ini, anak-anak mendapatkan pengalaman menarik karena mereka memiliki kebebasan dalam mengembangkan ide dan menerapkan konsep sains dalam isu perubahan iklim. Mulai dari membuat hidroponik, memanfaatkan sampah atau limbah, memanfaatkan energi alternatif, hingga mengurangi emisi karbon dengan pola hidup sehari-hari.
Pengumuman pemenang OSK 2020 dilakukan di acara Virtual OSK 2020 Awarding, Minggu (28/6/2020). Selain peraih medali emas, perak, perunggu, dan honorable mention untuk level 1 (kelas I dan II), level 2 (kelas III dan IV), serta level 3 (kelas V dan VI), juga ada pemenang kategori Youtube favorit, dan best inqury. Adapun peraih nilai tertinggi atau absolute winner diraih Muhammad Khairan Rafie, siswa SDIT Samawa Cendekia, Sumbawa Nusa Tenggara Barat (level 2).
Khairan membuat proyek Aplikasi Menu Bekal Makan Siang Bergizi dan Rendah Emisi Karbon. Dia membuat video berdurasi sekitar 5 menit yang menjelaskan perlunya orang-orang untuk memikirkan makanan yang tidak meninggalkan jejak karbon yang besar.
Khairan pun mendapatkan informasi soal emisi karbon dari internet, majalah sains Kuark, majalah komik sains untuk siswa SD, dan penjelasan sejumlah kakak SMA. Dia membuka video dengan menjelaskan tentang emisi karbon yang merupakan gas-gas yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia dalam bentuk senyawa karbon.
Lalu, Khairan pun bertanya kepada seorang kakak SMA, mengapa emisi karbon berbahaya bagi kita. ”Emisi karbon berbahaya karena akan memengaruhi kenaikan suhu bumi dan menyebabkan perubahan iklim yang berdampak negatif bagi keseimbangan alam dan merugikan kehidupan mahluk hidup,” kata seorang kakak SMA tersebut memberikan penjelasan.
Meneliti makan siang
Khairan pun tersadar jika dia juga selama ini menyumbang emisi karbon. Lalu, dia mencoba membuat aksi nyata dengan meneliti soal bekal makan siangnya setiap hari. Dibantu guru, Khairan mendata kalori dan jejak emisi karbon tiap makanan yang disantapnya di aplikasi menu.
Sebagai contoh, jejak emisi karbon tiap 1 kilogram nasi (1.000 gram) sebesar 2,7 CO2. Kebutuhan makan siang anak SD 100 gram. Setelah dihitung, jejak emisi karbonnya sebesar 0,27 CO2. Khairan pun menyusun kartu menu makan siangnya lengkap dengan perhitungan kalori dan jejak karbon.
”Minum dari air botol mineral besar lho jejak karbonnya. Aku jadi bawa botol minuman isi ulang supaya tidak meninggalkan jejak emisi karbon,” ujar Khairan.
Menurut Khairan, dengan membuat kartu menu yang memberikan gambaran perhitungan kalori dan jejak emisi karbon ke ibunya, terbukti Khairan dapat mengurangi emisi karbon dengan tetap dapat menikmati makanan bergizi yang disukainya.
Minum dari air botol mineral, besar lho jejak karbonnya. Aku jadi bawa botol minuman isi ulang supaya tidak meninggalkan jejak emisi karbon.
Sementara itu, Putra Atebela, finalis dari Rote, Nusa Tenggara Timur, membuat minyak kelapa murni (VCO) dengan memanfaatkan kelapa yang sangat banyak di sekitar rumahnya. Putra tinggal di pesisir pantai dengan pohon kelapa yang melimpah. Bahkan, buah kelapa berjatuhan dan dibiarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan.
Melihat hal itu, Putra mengolahnya menjadi minyak kelapa murni dengan proses fermentasi. Proses fermentasi ini tidak memerlukan proses pembakaran kayu api di tungku. ”Selain berkontribusi mengurangi gas emisi karbondioksida dari pembakaran, juga menjaga melestarikan pohon, terutama di lingkungan sekitar pantai,” tutur Putra soal proyek risetnya.
Hafidz Rasya Putra, finalis OSK 2020 Level 2, mengungkapkan, OSK 2020 telah mengajarkannya untuk tetap semangat walaupun menemui banyak halangan. ”Kita harus semangat dalam meraih impian meskipun banyak halangan yang harus dilewati, seperti pada saat mengerjakan tugas OSK di rumah dikarenakan wabah Covid-19. Namun, sebagai anak yang pantang menyerah, kita dapat mengerjakan dan mempresentasikan dengan hasil yang terbaik,” papar Hafidz.
Jadi saintis
Direktur PT Kuark Internasional Sanny Djohan mengatakan, dalam kegiatan OSK, finalis mencoba menempatkan diri sebagi saintis yang bersikap aktif dalam upaya melindungi bumi dari ancaman perubahan iklim. Sebagai saintis harus menyusun tiap langkah dengan metode ilmiah melalui proses berinkuiri.
”Hasilnya muncul ratusan video yang hebat dari finalis OSK. Itu terjadi karena perilaku pantang menyerah. Wabah Covid-19 pun tidak menghalangi para finalis untuk berkreasi,” tutur Sanny.
Finalis di level 1 membuat proyek dengan topik Bijak Mengonsumsi: Mari beraksi untuk Bumi; level 2 dengan tema Memilih untuk Rendah Emisi Karbon; serta Level 3 bertema Inovasiku Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca.
Secara daring Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nubaya Bakar mengatakan, dirinya melihat bahwa pandemi Covid-19 tidak menggoyahkan langkah kita untuk berkarya dan berinovasi, termasuk untuk menyelamatkan bumi. Perubahan iklim membutuhkan perhatian dan aksi nyata dari semua pihak.
”Sains dan teknologi bukan untuk memenuhi ego dan kebutuhan manusia semata, melainkan juga untuk menyelaraskan hidup dengan alam dan keselarasan interaksi manusia dengan alam. Anak-anak membuktikan, dengan semangat aku saintis, aku lindungi bumi. Yang diusung OSK, anak-anak terlibat menyelesaikan isu perubahan iklim, lewat kajian ilmiah dan inkuiri serta implementasi kecakapan abad ke-21 dengan satu tujuan melakukan sesuatu untuk membantu menyelesaikan masalah perubahan iklim,” papar Siti.
Sanny menambahkan, proyek final dengan tema Aksiku untuk Bumiku yang dilakukan finalis adalah wujud dari pengembangan kecakapan abad ke-21 yang meliputi tiga pilar, yaitu literasi dasar, kompetensi, dan karakter berkualitas. Dalam pilar literasi dasar ada lima hal yang dikembangkan, yakni literasi, numerasi, literasi ilmiah, literasi TIK, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.
Dalam pilar kompetensi, anak juga dilatih berpikir kritis (critical thinking), kreatif (creativity), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration). Melalui proyek final ini, pilar karakter berkualitas anak anak juga dikembangkan, seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif, ketekunan, adaptasi, dan kepemimpinan. Kesadaran sosial budaya pun dilatih melalui proses berinkuiri ABCDE (amati, bertanya, cari tahu, diskusi, evaluasi).
Para orangtua finalis juga mengakui, ada perubahan dalam kebiasaan sehari-hari finalis dan keluarga setelah melakukan proyek ini. ”Proyek ini benar-benar membuat anak-anak tambah ilmunya. Kami pun menjadi lebih memperhatikan lingkungan, belajar menghargai alam yang sudah memberikan segalanya untuk manusia,” kata orangtua Syifa, finalis level 2 OSK 2020.