Pandemi Jangan Halangi Keinginan Kuliah di Luar Negeri
Keinginan belajar di luar negeri kerap dihalangi berbagai kekhawatiran, tidak terkecuali pandemi yang kini dialami di hampir seluruh dunia. Kesempatan belajar di luar negeri bisa diraih dengan motivasi dan pendanaan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keinginan belajar di luar negeri kerap dihalangi berbagai kekhawatiran, tidak terkecuali pandemi yang kini dialami di hampir seluruh dunia. Kesempatan belajar di luar negeri bisa diraih dengan motivasi serta pendanaan dan persiapan komunikasi yang cukup.
Berbagai kekhawatiran itu diutarakan sejumlah orangtua dan peserta kuliah motivasi daring ”Kuliah & Riset di Universitas Top Dunia” yang diselenggarakan lembaga konsultan pendidikan ke luar negeri, Euro Management Indonesia, Sabtu (27/6/2020).
Direktur Kerja Sama Euro Management Indonesia Ishak pun menyarankan agar motivasi untuk belajar di luar negeri tetap dijaga dengan terus melakukan riset mengenai pendidikan di luar negeri. Selain itu, orangtua yang hendak menyekolahkan anak secara mandiri juga bisa mulai menyiapkan pendanaan.
”Motivasi jangan kasih kendur,” ujarnya.
Di tengah situasi pandemi ini, ia menyampaikan, kesempatan belajar di luar negeri masih terbuka, salah satunya di Jerman. Menurut laporan yang diterima dari Kedutaan Jerman, mulai 1 Juli, negara tersebut akan kembali membuka visa yang diprioritaskan untuk pelajar.
Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Program Habibie (Iabie) Kuntjoro Pinardi selaku narasumber acara tersebut mengatakan, selain niat, ada dua syarat umum yang harus dipenuhi mereka yang ingin sekolah di luar. Syarat itu meliputi bahasa dan rekomendasi.
”Kemampuan bahasa harus ada, minimal bahasa Inggris. Lalu, harus ada rekomendasi dari pengajar kita. Ini sangat penting untuk mendapatkan sekolah. Jadi, jangan takut, cukup mempersiapkan bahasa sebaik-baiknya, lalu cari orang untuk merekomendasi kita,” ujarnya.
Kemajuan diri
Kesempatan belajar di luar negeri, kata Kuntjoro, dapat melatih kemandirian lebih cepat dan menambah interaksi budaya yang berbeda. Hal itu bisa bermanfaat bagi kemajuan pelajar di masa depan, baik yang ingin menjadi wirausaha maupun profesional, untuk siap bersaing di dunia internasional.
”Motivasinya sederhana, kalau ada keinginan maju harus pintar belajar berkomunikasi. Jangan pernah takut berkomunikasi, dalam bentuk tulisan atau bicara. Kerja sama tim juga menjadi suatu kebiasaan dalam keseharian bekerja dan kuliah yang perlu dilatih,” katanya.
Pengalaman lebih juga bisa didapat dari melakukan penelitian. Penelitian, yang biasa dikerjakan pelajar magister hingga doktoral, bisa dengan mudah diikuti tanpa memikirkan biaya karena besarnya dukungan dari sekolah tinggi atau negara tempat belajar.
Alumnus Oxford University, Inggris, itu mengatakan, penelitian di luar negeri yang cenderung memprediksikan masa depan, baik persoalan sosial maupun teknis, akan menjadi pengalaman berharga.
”Penelitian itu biasanya menjadi program besar universitas atau negara yang mencari inovasi untuk sepuluh tahun ke depan. Bidang sosial, misalnya, mengenai kehidupan digital di 2020-an sudah diteliti sejak manusia mengenal web browser di awal 2000-an,” pungkasnya.