Ratusan Santri Ponpes Gontor Asal Sumsel Berangkat ke Jawa Timur
Sebanyak 326 santri dari Pondok Persantren Darussalam Gontor, Jawa Timur, berangkat dari Palembang, Sumsel, Sabtu (20/6/2020). Proses pemulangan dengan menggunakan bus ini dilakukan dengan protokol kesehatan ketat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Seorang santri Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, memandang dari jendela bus yang akan memberangkatkannya ke Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Ada 650 santri asal Sumatera Selatan yang diberangkatkan ke Jawa Timur untuk memulai aktivitas belajar.
PALEMBANG, KOMPAS — Sebanyak 326 santri dari Pondok Persantren Darussalam Gontor, Jawa Timur, berangkat dari Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (20/6/2020). Proses pemulangan dengan menggunakan bus ini dilakukan dengan mengikuti skema protokol kesehatan, termasuk dengan menjalani uji tes cepat (rapid test). Tidak ada satu pun dari santri tersebut yang dinyatakan reaktif.
Ketua Umum Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Modern Gontor cabang Sumatera Selatan Hendrawan Muhammad Ilyas, Sabtu (20/6/2020), menyampaikan, secara keseluruhan ada 650 santri yang berangkat dari Palembang ke Pondok pesantren Gontor, Jawa Timur. Mereka berasal dari 17 kabupaten/kota yang ada di Sumsel. Keberangkatan mereka dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang pertama diberangkatkan pada 15 Juni lalu, dan kini menyusul gelombang kedua.
Proses pengujian dilakukan di daerah tempat santri tersebut tinggal. Dari hasil laporan, dari 650 santri yang berangkat, tidak ada satu pun yang menunjukkan hasil reaktif. Kalau ada yang reaktif, tentu tidak diizinkan berangkat.
Ini dilakukan karena kegiatan belajar-mengajar di pondok pesantren tersebut akan dimulai pada Senin (22/6/2020). ”Dengan berangkat hari ini, diperkirakan mereka akan tiba pada Minggu (21/6/2020) sehingga ada waktu bagi mereka untuk mempersiapkan diri,” ucap Hendrawan. Mereka adalah santri dari kelas I sekolah dasar hingga tingkat pascasarjana.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Ratusan santri Pondok Pesantren Gontor bersiap untuk berangkat dari Kompleks Olahraga Jakbaring, Palembang, ke Jawa Timur dengan menggunakan bus, Sabtu (20/6/2020). Ada 650 santri asal Sumsel yang diberangkatkan ke Jawa Timur untuk memulai aktivitas belajar.
Namun, mereka harus menjalani tahapan uji cepat (rapid test) sebagai syarat keberangkatan. ”Proses pengujian dilakukan di daerah tempat santri tersebut tinggal. Dari hasil laporan, dari 650 santri yang berangkat, tidak ada satu pun yang menunjukkan hasil reaktif. ”Kalau ada yang reaktif, tentu tidak diizinkan berangkat,” ucap Hendrawan.
Sebelum sampai di sana, sepanjang perjalanan, pihaknya memastikan semua siswa berangkat dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, seperti mengenakan masker dan juga menjaga jarak. Berdasarkan pantauan Kompas, di setiap baris kursi bus hanya diisi oleh satu siswa.
Hendrawan menuturkan, untuk memastikan semua siswa menjalani protokol kesehatan, maka di setiap bus sudah ada setidaknya satu guru pendamping yang kebetulan berdomisili di Sumsel dan kembali lagi ke Gontor. ”Kami juga sudah menitipkan pesan kepada setiap petugas bus untuk memperhatikan siswa agar tetap mengikuti protokol kesehatan,” ucapnya.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, dengan berangkatnya para santri ini kembali ke Pondok Pesantren Gontor, menandakan sejumlah aktivitas sudah berjalan seperti biasa, tentu dengan protokol yang ketat. ”Pengawasan dilakukan sejak mereka masuk ke Sumsel dan kini, ketika mereka kembali, pemeriksaan juga dilakukan pada setiap santri,” ujarnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Gubernur Sumsel Herman Deru memberikan arahan kepada ratusan santri Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Sumsel. Ratusan santri Pondok Pesantren Gontor bersiap untuk berangkat dari Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Sabtu (20/6/2020). Ada 650 santri asal Sumsel yang diberangkatkan ke Jawa Timur untuk memulai aktivitas belajar.
Kembalinya kegiatan seperti biasanya ini juga akan diikuti oleh warga Sumsel sehingga perekonomian tetap berjalan terutama pada aspek pembangunan. ”Jangan sampai perputaran ekonomi berhenti, karena itu harus ada kegiatan yang terus berlangsung,” ucapnya.
Prioritas pemerintah saat ini adalah membangkitkan geliat perekonomian dengan menjadikan APBD sebagai stimulan. Untuk itu, ujar Herman, dirinya mengimbau semua kepala daerah di Sumsel memanfaatkan seoptimal mungkin anggaran yang masih tersisa untuk pembangunan. ”Walau dana alokasi khusus (DAK) dipotong, tetap harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, tegasnya.
Di sisi lain, ungkap Herman, proses pemeriksaan terus dilakukan, terutama pemetaan terhadap orang-orang yang kontak erat dengan para warga positif Covid. Memang, angka penularan di Sumsel masih tinggi di mana angka reproduksi efektif (Rt) masih di atas satu. ”Saya harap bisa segera turun, tetapi semua harus dilakukan secara bertahap,” ucapnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Dua santri Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, mengenakan masker sebelum berangkat ke Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Ada 650 santri asal Sumsel yang diberangkatkan ke Jawa Timur untuk memulai aktivitas belajar.
Perlu diingat, tegas Deru, angka kesembuhana terus bertambah, dan angka kematian di Sumsel masih terkendali, bahkan persentasenya masih di bawah angka nasional. ”Namun, yang terpenting adalah peran dari masyarakat untuk mematuhi protokol yang ada,” ucapnya.
Catatan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel per Jumat (20/6/2020), total warga Sumsel yang terjangkit Covid-19 mencapai 1.680 orang. Dari jumlah tersebut, 739 orang dinyatakan sembuh dan 66 orang meninggal dunia. Sementara yang masih dalam proses perawatan dan menjalani karantina mencapai 875 orang.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumsel Yusri menuturkan, tingginya angka positif ini tejadi lantaran upaya masif gugus tugas untuk melakukan pelacakan terutama kepada mereka yang berinteraksi erat dengan warga yang terjangkit Covid-19. Walau, dia mengakui, sampai saat ini tingkat pemeriksaan belum ideal.
”Seharusnya, dengan total penduduk Sumsel yang mencapai 8 juta orang, jumlah orang yang sudah mengikuti uji usap seharusnya mencapai 28.000, tetapi sampai sekarang masih 10.000,” kata Yusri.