Hasil Simulasi Dipertimbangkan Jadi Acuan Normal Baru Sekolah
Sebanyak 40 sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Tegal, Jateng, mengikuti simulasi belajar mengajar tatap muka selama sepekan terakhir. Hasil evaluasi akan dipertimbangkan untuk panduan normal baru.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Sepekan belakangan, sejumlah sekolah di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengikuti simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka. Hasil simulasi akan dievaluasi dan dipertimbangkan untuk menjadi acuan normal baru di sekolah.
Sebanyak 40 dari 800 sekolah tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Tegal mengikuti simulasi penerapan normal baru yang digelar dinas pendidikan dan kebudayaan setempat pada Senin-Jumat (15-19/6/2020). Peserta simulasi adalah sekolah-sekolah yang berada di kecamatan yang tidak masuk dalam kecamatan zona merah Covid-19 Kabupaten Tegal.
Simulasi ini bertujuan agar peserta didik, orangtua peserta didik, dan guru siap manakala kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali diberlakukan. Hal yang menjadi perhatian antara lain kesiapan sarana penunjang protokol kesehatan, prosedur antar jemput siswa oleh orangtua, dan tata cara kegiatan belajar mengajar.
Sebelum melaksanakan simulasi, sekolah harus mendapatkan izin dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kecamatan, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), komite sekolah, dan orangtua siswa. Sekolah juga harus menyediakan sarana pencegahan Covid-19, seperti wastafel, air bersih, sabun, alat pengukur suhu tubuh, pelindung wajah bagi para guru, dan penanda pembatasan jarak fisik.
”Simulasi ini bertujuan agar peserta didik, orangtua peserta didik, dan guru siap manakala kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali diberlakukan. Hal yang menjadi perhatian antara lain kesiapan sarana penunjang protokol kesehatan, prosedur antar jemput siswa oleh orangtua, dan tata cara kegiatan belajar mengajar,” kata Bupati Tegal Umi Azizah dalam keterangannya, Sabtu (20/6/2020).
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal Akhmad Wasari mengatakan, berdasarkan hasil pantauannya selama sepekan ini, 40 sekolah yang melaksanakan simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka sudah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Bahkan, di sejumlah sekolah, para petugas puskesmas dan perangkat desa setempat turut menjaga pelaksanaan simulasi tersebut.
Menurut Wasari, simulasi normal baru ini akan dievaluasi efektivitasnya. Jika terbukti efektif dan mendapatkan persetujuan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal, hasil simulasi ini akan diadaptasi untuk panduan normal baru di tahun ajaran baru, 13 Juli mendatang.
”Selain pelaksanaan secara teknisnya, kami juga akan memantau, ada atau tidaknya siswa yang terkonfirmasi positif setelah simulasi ini. Kalau semuanya aman, tidak ada penularan Covid-19, mungkin bisa kita pertimbangkan untuk diadaptasi pada tahun ajaran baru,” kata Wasari.
Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pangkah, Kabupaten Tegal, simulasi normal baru diikuti 635 siswa yang berasal dari kelas 7 dan kelas 8. Jumlah tersebut sudah dikurangi dengan jumlah siswa yang tidak mendapatkan izin dari orangtuanya, siswa yang sakit, dan siswa yang pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum.
Saat akan memasuki area sekolah, siswa langsung dicek suhu badannya menggunakan termometer tembak. Jika suhu badannya kurang dari 37 derajat celsius, siswa diizinkan masuk. Namun, jika suhu badannya di atas 37 derajat celsius, siswa diminta kembali ke rumah dan beristirahat.
Untuk mempertahankan pembatasan jarak fisik, tempat duduk siswa ditata berjarak masing-masing 1 meter antarsiswa. Sehingga, jumlah siswa yang masuk maksimal 50 persen dari kapasitas kelas.
”Lama waktu belajar siswa di sekolah juga kami potong. Biasanya, satu jam pelajaran setara dengan 45 menit. Pada masa simulasi ini, satu jam pelajaran setara dengan 25 menit,” ujar Kepala SMPN 1 Pangkah Ali Komsakum.
Saat di dalam kelas, siswa tidak boleh melepas masker, berkerumun, dan bersentuhan. Mereka hanya boleh berkomunikasi dengan siswa dari tempat duduknya masing-masing tanpa melakukan kontak fisik. Para guru terus mengawasi dan memastikan hal ini dipatuhi baik saat di dalam maupun di luar kelas.
Selama pelajaran berlangsung, guru terus berada di dalam kelas. Saat guru ada keperluan mendesak untuk keluar kelas, ada guru pengganti yang menunggui siswa selama guru tersebut keluar kelas.
Langsung ke rumah
Setelah selesai melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru memastikan para siswa langsung kembali ke rumahnya masing-masing. Petugas kebersihan juga diminta untuk membersihkan menyeterilkan seluruh lingkungan sekolah termasuk ruang kelas dengan cairan disinfektan.
Melepas anak kembali bersekolah di masa pandemi membuat sejumlah orang tua siswa cemas. Para orang tua terus memberikan pesan kepada anaknya untuk selalu menaati potokol kesehatan, memberi bekal makanan dan minuman, serta membawakan masker cadangan dan cairan pembersih tangan untuk menekan risiko penularan Covid-19.
”Biasanya, anak saya pergi dan pulang sekolah bareng teman-temannya. Mulai sekarang, saya akan mengantar dan menjemput anak saya agar lebih aman,” tutur Luki Kurniasih (40), orangtua siswa SMPN 1 Pangkah.
Sejak 17 Maret, seluruh sekolah di Kabupaten Tegal diminta mengganti proses belajar mengajar tatap muka dengan belajar mengajar jarak jauh secara daring. Hal itu dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.